Haji 2025 Haji Akbar yang Dirindukan Jemaah Haji

Haji 2025 Haji Akbar yang Dirindukan Jemaah Haji

Andryanto Wisnuwidodo
Jumat, 09 Mei 2025, 15:31 WIB

Penyelenggaraan ibadah haji tahun 1446 Hijriah/2025 Masehi kali ini disebut sebagai haji akbar, Apa maksudnya dan mengapa jemaah haji merindukan haji akbar?

Haji Akbar, Keutamaannya 70 Kali Lebih Utama daripada Haji Biasa

Haji Akbar, Keutamaannya 70 Kali Lebih Utama daripada Haji Biasa

Tahun 2025 pelaksanaan ibadah haji disebut Haji Akbar yang dirindukan jemaah haji karena memiliki keutamaan lebih daripada haji biasa. Musim haji tahun 2025 ini disebut sebagai haji akbar, mengapa dimaksud dengan haji akbar?

Istilah “Haji Akbar” kerap menimbulkan rasa penasaran, karena terdengar seolah-olah lebih istimewa dibandingkan ibadah haji pada umumnya. Padahal, secara prinsip, haji akbar ini bukanlah jenis ibadah haji yang berbeda. Lalu, apa sebenarnya haji akbar itu? Simak informasinya berikut ini untuk mengenalnya lebih jauh.

Baca Juga: Kakbah dan Tempat-tempat Suci di Makkah

Apa yang Dimaksud dengan Haji Akbar? Haji akbar merupakan istilah untuk menyebut pelaksanaan ibadah haji yang wukuf -nya di Arafah bertepatan dengan hari Jumat. Sebagaimana diketahui, dalam Islam hari Jumat memiliki keistimewaan sebagai "sayyidul ayyam" atau penghulu segala hari.

Sejalan dengan hal tersebut, pelaksanaan haji dianggap istimewa apabila prosesi wukufnya berlangsung di hari Jumat. Kondisi ini yang kemudian memunculkan istilah ‘Haji Akbar’. Namun, pengertian haji akbar masih kerap menimbulkan perdebatan di antara beberapa ulama. Alasannya karena ada yang menyebut haji akbar bertepatan dengan hari Arafah (9 Zulhijah), lalu terdapat pula yang percaya haji akbar bertepatan dengan hari Idul Adha (10 Zulhijah).

Bersyukurlah Bapak Ibu sekalian, insya Allah tahun ini adalah haji akbar
Nasaruddin Umar


Kabar baiknya, di tahun 2025 ini merupakan tahun haji akbar. Hal ini disampaikan Menteri Agama RI Nasaruddin Umar saat memberikan materi pada Bimbingan Ibadah Haji Nasional di Asrama Haji Pondok Gede, Sabtu (19/4). "Bersyukurlah Bapak Ibu sekalian, insya Allah tahun ini adalah haji akbar. Puncak haji kita pada tanggal 6 Juni 2025. Kita lebarannya sama, puasanya sama, kemudian juga haji akbarnya juga sama," ucap Nasaruddin Umar.

Secara rukun dan tata cara, Haji Akbar dan haji biasa sebenarnya tidak memiliki perbedaan. Keduanya menjalankan ibadah dan proses haji yang sama, terkecuali memang waktu wukuf di Arahan yang tiba pada hari Jumat. Singkatnya, haji biasa wukufnya bisa jatuh pada hari apa saja selain Jumat. Sedangkan untuk haji akbar, prosesi wukufnya tiba di hari Jumat.

Menurut Menteri Agama Nasaruddin Umar, haji akbar memiliki keutamaan yang luar biasa berdasarkan hadis Nabi. Adapun hal tersebut berkenaan dengan keutamaannya 70 kali lebih utama dari haji biasa. "Haji akbar itu dalam hadis Nabi memiliki keutamaan 70 kali lebih utama dibandingkan haji biasa. Jadi kalau Bapak-Ibu haji tahun ini, sama dengan 70 kali haji," jelasnya. Jadi, terjawab sudah pertanyaan “Apa yang dimaksud dengan haji akbar?”

Haji 2025 Musim Haji Terakhir yang Bertepatan dengan Musim Panas

Haji 2025 Musim Haji Terakhir yang Bertepatan dengan Musim Panas

Penyelenggaraan Haji 2025 ini akan menjadi ibadah haji terakhir kalinya diselenggarakan di musim panas hingga datang 17 tahun lagi. Pasalnya, negara Arab Saudi akan masuk musim semi tahun depan. Pusat Meteorologi Nasional (NCM) Arab Saudi mengumumkan hal tersebut, dan mulai pada tahun 2026 ibadah haji tahunan tersebut bergeser ke musim yang semakin dingin—pertama ke musim semi dan akhirnya ke musim dingin—karena pergeseran kalender Islam secara bertahap dan mengalami kemunduran selama 10 hari.

Menurut NCM, haji akan jatuh selama bulan-bulan musim semi dari tahun 2026 hingga 2033, sebelum memasuki siklus musim dingin yang panjang hingga tahun 2041. Ibadah haji tidak akan kembali ke musim panas hingga tahun 2042, memulai periode sembilan tahun baru ritual cuaca hangat.

Baca Juga: Perbedaan Rukun dan Wajib Haji, Apa Saja?

Seperti dilansir Gulfnews, perubahan musim haji ini pasti akan disambut baik oleh jutaan jamaah yang telah mengalami panas ekstrem dalam beberapa tahun terakhir. Selama haji 2024, suhu di Makkah melonjak antara 46°C dan 51°C, yang mengakibatkan lebih dari 2.760 kasus kemarian akibat sengatan panas ekstrem.

Pemerintah Saudi sendiri, menyadari meningkatnya risiko yang ditimbulkan oleh panas ekstrem. Upaya yang dilakukan pemerintah Arab adalah meningkatkan perlindungan para peziarah. Langkah-langkah tersebut mencakup pemasangan area teduh yang luas, peningkatan stasiun air, penyebaran unit pendingin bergerak, dan kampanye kesadaran publik terhadap panas.

Pada tahun 2024, Kerajaan memperkenalkan 33 stasiun pemantauan cuaca baru dan memperluas penggunaan radar bergerak untuk meningkatkan pelacakan iklim waktu nyata di seluruh zona haji. Untuk tahun 2025, diperkirakan 1,8 juta calon jamaah haji yang akan menunaikan rukun Islam kelima tersebut.

Laporan AFP menjelaskan, Arab Saudi waspadai panas ekstrem pada musim haji 2025 ini. Pada Juni tahun lalu, suhu udara melonjak hingga 51,8 derajat Celsius di Makkah. Sumber AFP dari Pusat Penelitian Medis Internasional Raja Abdullah di Arab Saudi, Abderrezak Bouchama, mengatakan meski pemerintah Arab Saudi belum merinci persiapan haji tahun ini, pihak berwenang pastinya ingin menghindari terulangnya tragedi haji tahun lalu.

"Saya kira yang terutama adalah mengurangi risiko masuknya jamaah haji ilegal," kata Bouchama, yang bekerja sama dengan pemerintah Saudi selama lebih dari tiga dekade untuk mengurangi kematian akibat cuaca panas."Saya rasa, pemerintah sudah belajar dari kesalahan ini, jadi kita harus melihat tindakan apa yang sudah mereka ambil untuk mengatasinya."

Bouchama menyebut langkah mitigasi lain seperti sensor pendeteksi panas dini. Peneliti Chatham House Karim Elgendy memperkirakan Arab Saudi akan memperbaiki infrastruktur untuk mitigasi suhu panas selama musim haji 2025.
"Respons pemerintah di masa lalu biasanya difokuskan pada peningkatan infrastruktur dan langkah-langkah pengendalian massa. Berdasarkan pola ini, kami memperkirakan untuk musim haji 2025 pemerintah Saudi akan memperbaiki infrastruktur demi memitigasi suhu panas dan kemungkinan kontrol kapasitas yang lebih ketat," katanya.

Anggota Dewan Syura yang merupakan peneliti perubahan iklim, Dr. Mansour Al Mazroui, juga menegaskan haji 2025 akan menjadi musim haji terakhir yang bertepatan dengan musim panas sebelum akhirnya memasuki musim semi selama delapan tahun dilanjutkan musim dingin selama delapan tahun juga.

"Musim haji datang di musim dingin, dimulai pada tahun Hijriah 1454 dan berlanjut selama 8 tahun, berakhir pada tahun Hijriah 1461. Sedangkan untuk musim gugur, musim haji berlangsung antara tahun 1462 dan 1469," rincinya.

Mengapa Haji Itu Disebut Panggilan Allah SWT? Ini Penjelasannya

Mengapa Haji Itu Disebut Panggilan Allah SWT? Ini Penjelasannya

Ibadah haji menjadi rukun Islam terakhir yang harus dilakukan oleh umat Islam yang mampu dan mendapatkan panggilan dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Kenapa disebut panggilan Allah? Karena panggilan haji lebih istimewa dibanding panggilan untuk melaksanakan ibadah lainnya seperti panggilan jihad dan sebagainya.

Panggilan haji sangat istimewa karena panggilan ibadah haji ini di antaranya termaktub dalam Al-Qur’an surat Al-Imran ayat 96: ''Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana.''

Perintah haji diawali dengan kata walillah (Allah). Ini menunjukkan bahwa panggilan haji adalah hal yang spesial karena langsung memuat asma Allah. Sehingga siapa pun yang menjalankan ibadah haji haruslah menata niat dengan baik lillahi ta’ala (hanya karena Allah). Maka, niatkan berhaji hanya untuk beribadah kepada Allah SWT.

Baca Juga: Kakbah dan Tempat-tempat Suci di Makkah

Sesungguhnya haji adalah bentuk ketaatan yang agung dan ibadah yang mulia. Didalamnya terdapat realisasi penghambaan dan kesempurnaan ketundukan dan kerendahan diri di hadapan Rabb Azza wa Jalla. Haji mengeluarkan manusia dari kenikmatan dan gemerlap dunia menuju kepada Rabb-nya, meninggalkan harta dan sanak keluarganya, meninggalkan rumah dan tanah airnya, melepaskan pakaian yang biasa ia kenakan dan hanya mengenakan dua helai pakaian (pakaian ihram), tidak mengenakan penutup kepala, merendahkan diri kepada Rabb-nya, meninggalkan wewangian dan istri, melakukan banyak amalan sunnah di sela-sela manasik haji dengan hati yang khusyu’, mata yang berlinang air mata, dan lisan yang berzikir, mengharap rahmat dari Rabb-nya, takut akan adzab-Nya.

Syiar dari semua yang disebutkan di atas adalah:

لَبَّیكَ اللھمَّ لبَّیْكَ


Labbaik Allahumma labbaik

Maknanya, sesungguhnya aku tunduk kepada-Mu wahai Rabb, aku memenuhi panggilan-Mu, mentaati hukum-Mu dan melaksanakan perintah-Mu.

Talbiyah adalah syiar haji. Seorang muslim memulai amalan haji dengan talbiyah dan berjalan menuju Makkah dengan bertalbiyah hingga tiba di Baitullah kemudian segera melaksanakan thawaf. Setelah itu ia bertalbiyah setiap kali berpindah dari satu rukun ke rukun yang lain dan dari satu manasik ke manasik yang lain.

Jika ia berjalan menuju Arafah maka ia bertalbiyah, begitu juga jika ia menuju Muzdalifah dan Mina sampai melempar jumrah aqabah baru ia memutus talbiyah. Talbiyah adalah syi’ar haji dan yang disunnahkan dalam amalan-amalan manasik.
Betapa besar pengaruh dari ibadah haji yang penuh keberkahan bagi kaum muslimin terhadap pensucian dan perbaikan jiwa, dan sebagai obat kekurangannya dalam menjalankan perintah dan melaksanakan hak-hak Allah.

Jadwal Pelaksanaan Ibadah Haji hingga Puncak Haji Tahun 2025

Jadwal Pelaksanaan Ibadah Haji hingga Puncak Haji Tahun 2025

Jadwal pelaksanaan ibadah Haji 2025 secara resmi dirilis oleh Pemerintah Indonesia melalui Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama RI. Calon jemaah haji asal Indonesia dijadwalkan memasuki asrama pada tanggal 1 Mei 2025, dan kelompok pertama akan diberangkatkan ke Tanah Suci pada 2 Mei 2025.

Direktur Jenderal PHU, Hilman Latief, mengimbau seluruh jemaah untuk melakukan persiapan menyeluruh, baik dari sisi fisik maupun pengetahuan agama, agar pelaksanaan ibadah haji berlangsung lancar dan penuh kekhusyukan.

Baca Juga: 7 Amalan Pahalanya Setara Haji dan Umrah, Ada yang Sangat Sederhana Dilakukan

Dalam rangka meningkatkan kesiapan jemaah, Kemenag mengadakan manasik haji secara nasional. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menyatukan pemahaman mengenai tata cara beribadah haji, sehingga para jemaah dapat bersikap mandiri selama menjalani ibadah di Arab Saudi. Hilman menegaskan bahwa kemandirian merupakan kunci untuk menjaga ketahanan jamaah selama di tanah suci.

Rangkaian Waktu Pelaksanaan Ibadah Haji Tahun 2025:
1 Mei 2025 (3 Dzulqa'dah 1446 H): Jemaah mulai masuk asrama
2 Mei 2025 (4 Dzulqa'dah 1446 H): Pemberangkatan gelombang pertama dari Indonesia ke Madinah
11 Mei 2025: Jemaah gelombang pertama mulai bergerak dari Madinah menuju Makkah
16 Mei 2025: Keberangkatan terakhir gelombang pertama dari Indonesia
17 Mei 2025: Awal keberangkatan gelombang kedua menuju Jeddah
25 Mei 2025: Gelombang pertama selesai diberangkatkan dari Madinah ke Makkah
31 Mei 2025: Penutupan keberangkatan jemaah gelombang kedua dan batas operasional Bandara Jeddah
4 Juni 2025: Perjalanan dari Makkah ke Arafah dimulai
5 Juni 2025: Pelaksanaan wukuf di Arafah
6 Juni 2025: Idul Adha
7–9 Juni 2025: Tiga hari Tasyrik
11 Juni 2025: Gelombang pertama mulai dipulangkan ke Indonesia
18 Juni 2025: Perpindahan jamaah gelombang kedua dari Makkah ke Madinah
25 Juni 2025: Gelombang pertama selesai dipulangkan
26 Juni 2025: Tahun baru Hijriah sekaligus dimulainya pemulangan gelombang kedua
2 Juli 2025: Gelombang kedua terakhir diberangkatkan ke Madinah
10 Juli 2025: Proses akhir pemulangan jemaah gelombang kedua
11 Juli 2025: Semua jamaah gelombang kedua telah tiba di tanah air

Pada musim haji tahun ini, Indonesia menerima alokasi kuota sebanyak 221.000 jemaah. Jumlah tersebut meliputi 201.063 jemaah reguler, 1.572 petugas haji daerah, 685 pembimbing dari kelompok bimbingan ibadah (KBIHU), dan 17.680 jemaah haji khusus. Secara keseluruhan, fase pemberangkatan dan pemulangan berlangsung selama satu bulan, dengan rata-rata masa tinggal jemaah Indonesia di Arab Saudi selama 41 hari.
Author
Andryanto Wisnuwidodo