Marhaban Yaa Syahrul Dzulqadah, Bulan Mulia Menyambut Musim Haji
Andryanto Wisnuwidodo
Jumat, 02 Mei 2025, 10:21 WIB
Marhaban Yaa Syahrul Dzulqadah, selamat datang bulan Dzulqadah yang dimuliakan Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang memiliki keutamaan termasuk bulan menyambut haji.
Marhaban Dzulqadah, Bulan Mulia Menyambut Musim Haji
Marhaban Yaa Syahrul
Dzulqadah , selamat datang bulan Dzulqadah yang dimuliakan Allah Subhanahu Wa Ta'ala sebagai pertanda bulan penyambut musim haji. Mulai 29 April 2025, umat Islam memasuki 1 Dzulqadah 1446 Hijriyah.
Dzulqadah adalah bulan ke-11 dalam kalender Islam setelah bulan Syawal. Secara bahasa, Dzulqadah (ذو القعدة) terdiri dari dua kata, "Dzul" yang artinya sesuatu yang memiliki dan Al-Qa'dah artinya tempat yang diduduki.
Bulan ini disebut Dzulqadah karena kebiasaan masyarakat Arab duduk (tidak bepergian) di daerahnya dan tidak melakukan peperangan dan perjalanan. Mereka beristirahat dari berperang guna menyambut bulan Haji yaitu Dzulhijjah. Bulan ini juga disebut pintu gerbangnya memasuki bulan Haji (Dzulhijjah).
Baca Juga: Khotbah Jumat: Anjuran Memperbanyak Zikir di Bulan Dzulqadah Dzulqadah juga diharamkan menganiaya diri sendiri. Inilah bulan tenang atau bulan santai bagi masyarakat Arab terdahulu. Mereka memuliakan dan menghormati bulan ini dengan berdiam diri di rumah. Keutamaan Dzulqadah Allah sangat memuliakan bulan ini sehingga kita dilarang untuk berbuat bermaksiat.
Berikut firman-Nya dalam Al-Qur'an :
[ذو القعدة]: إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ ۚ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً ۚ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ
Artinya: "Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, Maka janganlah kamu Menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu". (QS At-Taubah ayat 36)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam (SAW) bersabda: "Setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulannya berturut-turut yaitu Dzulqadah, Dzulhijjah dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadil (akhir) dan Sya'ban". (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Dalam ayat di atas, Allah berfirman yang artinya: "...Maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu". Para ulama menjelaskan maksud menganiaya diri sendiri adalah jangan sampai berbuat maksiat. Sebab kemaksiatan yang dilakukan di bulan haram dosanya lebih besar daripada kemaksiatan di bulan lain.
Misalnya, melakukan maksiat atau berbohong di bulan Dzulqa'dah dosanya lebih besar daripada di bulan Syawal. Dan sebaliknya, jika seseorang melakukan kebaikan di bulan ini misalnya membaca Al-Qur'an, bersedekah, puasa, maka pahalanya dilipatgandakan dari bulan lain.
Ibnu 'Abbas berkata: "Allah mengkhususkan empat bulan tersebut sebagai bulan haram, dianggap sebagai bulan suci. Melakukan maksiat pada bulan tersebut dosanya akan lebih besar, dan amalan saleh yang dilakukan akan menuai pahala yang lebih banyak". (Lathoif Al-Ma'arif, 207)
Asal-usul, Penamaan, Keutamaan Dzulqadah sebagai Bulan Haram
Mulai Selasa (29/4/2025) umat Islam memasuki bulan haram baru yakni Bulan Dzulqadah 1446 Hijriah. Dzulqadah adalah bulan ke-11 dalam kalender Islam (Hijriyah). Berikut asal-usul penamaan bulan tersebut dan bagaimana sejarahnya termasuk salah satu bulan mulia (bulan haram).
Wakil Katib PCNU Ponorogo, Gus Muqorrobin dalam satu khotbah Jumatnya menjelaskan bahwa orang Jawa menyebut bulan ini Dzulqodah, Dzulqaidah, Dzulkadah dan Dulkangidah. Bulan ini dikenal pula dengan nama bulan Selo, Apit atau Hapit.
Menurut masyarakat Jawa, Apit berarti terjepit. Hal ini karena bulan ini terletak di antara dua hari raya besar yaitu, Idulfitri (Syawal) dan Iduladha (Zulhijah). Juga disebut Selo karena bulan ini jeda dari dua hari raya besar tersebut.
Baca Juga: Hadis tentang Anjuran Puasa Sunah di Bulan Dzulqadah Secara bahasa, Dzul Qadah terdiri dari dua kata: Dzul bermakna shohib artinya sesuatu yang memiliki. Sedangkan Al-Qa'dah artinya tempat yang diduduki. Bulan ini disebut Dzulqadah karena pada bulan ini, kebiasaan masyarakat Arab duduk (tidak bepergian) di daerahnya dan tidak melakukan perjalanan atau peperangan.
Secara bahasa, Dzulqadah juga berarti penguasa genjatan senjata karena pada saat itu orang Arab dilarang melakukan peperangan. Bulan ini memiliki nama lain. Orang Arab jahiliyah menyebut bulan ini dengan waranah. Ada juga yang menyebut bulan ini dengan nama Al-Hawa'. (Al-Mu'jam Al-Wasith)
Mengutip keterangan dari Hidayatullah bahwa Dzulqadah (dalam Kamus Ma'ajim juga bisa dibaca kasrah, Dzulqidah) terdiri dari dua kata, yaitu; Dzu dan Qi'dah. Dzu (ذو) bermakna memiliki, mempunyai, dan menguasai.
Apabila kata ini disandarkan pada kata benda, maka memiliki arti lain, seperti Dzu Ba'sin (yang kuat); Dzu Ta'sir (yang manjur); Dzu Nufudz (yang berpengaruh). Yang bermakna pemilik seperti Fulan Dzu Malin (فلان ذو مال) orang yang punya harta.
Kata Qa'dah atau Qi'dah adalah derivasi dari Qa'ada-Yaq'udu (َقَعَد يَقْعُد) yang memiliki beberapa arti. Di antaranya duduk (berdiri kemudian duduk, berbeda dengan Jalasa). Juga bermakna menahan, telat, bersandar, melayani dan beberapa makna lainnya. Jadi Zulkaidah secara umum diartikan dengan duduk, orang yang duduk, atau orang yang mengambil tempat duduk.
3 Keutamaan Bulan Dzulqadah sebagai Bulan Haram1. Bulan Haram yang Diagungkan AllahImam At-Thabari dalam tafsirnya menyebutkan bahwa Dzulqa'dah adalah salah satu bulan haram. Yaitu bulan yang dijadikan Allah sebagai bulan suci dan diagungkan kehormatannya. Di dalamnya amalan-amalan baik dilipatgandakan pahalanya, sedangkan amalan-amalan buruk dilipatgandakan dosanya.
2. Bulan Rasulullah SAW Melaksanakan UmrahDisebutkan dalam Hadis: "Bahwa Rasulullah shollallahu 'alaihi wasallam melakukan umrah 4 kali, semuanya di bulan Dzulqa'dah, kecuali umrah yang mengiringi haji beliau. (yaitu) Umrah dari Hudaibiyah atau di tahun perjanjian Hudaibiyah di bulan Zulkaidah, Umrah di tahun berikutnya di bulan Zulkaidah, Umrah dari Ji'ranah, dimana beliau membagi ghanimah Hunain di bulan Zulkaidah, dan umrah ketika beliau haji." (HR Al-Bukhari dan Muslim)
3. Bulan Munajat Nabi MusaDzulqadah merupakan bulan munajat Nabi Musa 'alaihissalam sebelum menerima Kitab Taurat dari Allah. Berikut firman-Nya dalam Al-Qur'an: "Dan Kami telah menjanjikan kepada Musa untuk memberikan kepadanya Kitab Taurat setelah berlalu tiga puluh malam (bulan Zulkaidah), dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh malam lagi (sepuluh malam pertama bulan Zulhijjah), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya menjadi empat puluh malam. Dan Musa berkata kepada saudaranya, yaitu Harun, 'Gantikanlah aku dalam memimpin kaumku, dan perbaikilah dirimu dan kaummu, dan janganlah engkau mengikuti jalan orang-orang yang berbuat kerusakan." (QS Al-A'raf ayat 142)
Bulan Dzulqadah Tiba, Inilah Amalan dan Keutamaannya
Dalam kalender hijriah, bulan setelah Syawal adalah Dzulqa'dah, bulan yang juga termasuk dalam salah satu bulan yang memiliki kemuliaan di sisi Allah dengan julukan Asyhurul haram (bulan haram). Karena bulan istimewa seyogianya bulan ini diisi dengan kebajikan dan memperbanyak amalan yang sangat dianjurkan.
Bulan Syawal sendiri akan berakhir pada tanggal 28 April 2025, sehingga awal Bulan Dzulqa'dah masuk pada tanggal 29 April 2025 ini. Dirangkum dari berbagai sumber, berikut amalan-amalan sunah bulan Dzulqa'dah yang istimewa ini, yakni :
1. Memperbanyak amal kebaikan/kebajikanKemuliaan bulan Dzulqa’dah tergambar jelas dalam QS At Taubah ayat 36. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ
“Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, sebagaimana dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan yang diagungkan (QS at-Taubah: 36).
Dalam Tafsir Jalalain, dijelaskan bahwa yang dimaksud bulan-bulan haram tersebut atau bulan yang disucikan, yaitu Dzulqa'dah, Zulhijjah, Muharram dan Rajab. Imam Ibnu Katsir dalam Ibnu Katsir dalam kitab 'Tafsir Al-Qur’an al-‘Adhim', menjelaskan bahwa di bulan-bulan haram, terdapat pelbagai larangan yang harus dijauhi dan ditinggal kaum muslimin. Berperang termasuk perkara yang terlarang. Demikian juga melakukan pelbagai kemaksiatan.
Di samping, amalan yang dilakukan di bulan tersebut berlipat ganda pahalanya. Namun, di sisi lain, segala dosa dan bentuk kemaksiatan lain yang sengaja dilakukan di Dzulqa’dah juga akan berlipat ganda dosanya. Ibnu Katsir dalam kitab Tafsir Al-Qur’an al Adhim menjelaskan hal itu sebagai berikut;
ثُمَّ اخْتَصَّ مِنْ ذَلِكَ أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍ فَجَعَلَهُنَّ حَرَامًا، وعَظم حُرُماتهن، وَجَعَلَ الذَّنْبَ فِيهِنَّ أَعْظَمَ، وَالْعَمَلَ الصَّالِحَ وَالْأَجْرَ أَعْظَمَ
Allah SWT mengkhususkan empat bulan haram dari 12 bulan yang ada, bahkan menjadikannya mulia dan istimewa, juga melipatgandakan perbuatan dosa disamping melipatgandakan perbuatan baik.
2. Memperbanyak Puasa sunnah
Dalam sebuah hadis dijelaskan bahwa selepas puasa Ramadan, maka puasa di bulan haram, adalah puasa yang terbaik
أفضل الشهور للصوم بعد رمضان الأشهر الحرم. وأفضلها المحرم، ثم رجب، ثم الحجة، ثم القعدة، ثم شهر شعبان
Artinya; Bulan paling utama untuk melakukan puasa setelah bulan Ramadan adalah bulan-bulan yang dimuliakan. Paling utamanya bulan-bulan haram untuk melakukan puasa adalah bulan Muharram, kemudian Rajab, Zulhijjah, Dzulqa‘dah, dan terakhir bulan Sya’ban.
Dalam kitab I’anah ath Thalibin, dijelaskan bahwa puasa di bulan haram (Dzulqa’dah), termasuk puasa sunah yang dianjurkan setelah puasa Ramadan. Terdapat keutamaan besar bagi orang yang melaksanakan ibadah. Abu Bakar Ad Dimyati berkata;
أَفْضَلُ الشُّهُوْرِ لِلصَّوْمِ بَعْدَ رَمَضَانَ الْأَشْهُرُ الْحُرُمُ وَأَفْضَلُهَا الْمُحَرَّمُ، ثُمَّ رَجَبَ ثُمَّ الْحِجَّةُ ثُمَّ الْقَعْدَةُ
“Bulan yang paling utama untuk berpuasa setelah bulan Ramadan adalah Al-Asyhur al-Ḥurum. Dan, yang paling utama dari keempatnya adalah bulan Muharram, Rajab, Dzulhijah, kemudian Dzulqa’dah.
3. Umrah
Amalan sunah yang bisa dilakukan di bulan Dzulqa’dah adalah melaksanakan umrah. Saat masih hidup, Nabi Muhammad pada Dzulqa’dah selalu melazimi melaksanakan ibadah umrah.
Inilah salah satu ibadah yang selalu dilaksanakan Rasulullah. Imam Bukhari meriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik, dalam sebuah Riwayat hadis: "Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berumrah sebanyak empat kali, semuanya pada bulan Dzulqa’dah kecuali umrah yang dilaksanakan bersama haji beliau, yaitu satu umrah dari Hudaibiyah, satu umrah pada tahun berikutnya, satu umrah dari Ji’ranah ketika membagikan rampasan perang Hunain dan satu lagi umrah bersama haji” (HR Bukhari).
Musim Haji Tiba, Inilah Jadwal Jemaah Haji Indonesia 2025
Jadwal
Haji 2025 yang bertepan memasuki bulan
Dzulqadah secara resmi telah dirilis oleh Pemerintah melalui Direktorat Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama RI. Calon jemaah haji dijadwalkan mulai memasuki asrama pada tanggal 1 Mei 2025, dan kelompok pertama akan diberangkatkan ke Tanah Suci pada 2 Mei 2025.
Direktur Jenderal PHU, Hilman Latief, mengimbau seluruh jemaah untuk melakukan persiapan menyeluruh, baik dari sisi fisik maupun pengetahuan agama, agar pelaksanaan ibadah haji berlangsung lancar dan penuh kekhusyukan. Dalam rangka meningkatkan kesiapan jemaah, Kemenag mengadakan manasik haji secara nasional.
Baca Juga: Marhaban Yaa Syahrul Dzulqadah, Bulan Mulia Menyambut Musim Haji Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menyatukan pemahaman mengenai tata cara beribadah haji, sehingga para jemaah dapat bersikap mandiri selama menjalani ibadah di Arab Saudi. Hilman menegaskan bahwa kemandirian merupakan kunci untuk menjaga ketahanan jamaah selama di tanah suci.
Berikut rangkaian waktu pelaksanaan ibadah haji tahun 2025: 1 Mei 2025 (3 Dzulqadah 1446 H): Jemaah mulai masuk asrama
2 Mei 2025 (4 Dzulqadah 1446 H): Pemberangkatan gelombang pertama dari Indonesia ke Madinah
11 Mei 2025: Jemaah gelombang pertama mulai bergerak dari Madinah menuju Makkah
16 Mei 2025: Keberangkatan terakhir gelombang pertama dari Indonesia
17 Mei 2025: Awal keberangkatan gelombang kedua menuju Jeddah
25 Mei 2025: Gelombang pertama selesai diberangkatkan dari Madinah ke Makkah
31 Mei 2025: Penutupan keberangkatan jemaah gelombang kedua dan batas operasional Bandara Jeddah
4 Juni 2025: Perjalanan dari Makkah ke Arafah dimulai
5 Juni 2025: Pelaksanaan wukuf di Arafah
6 Juni 2025: Idul Adha
7–9 Juni 2025: Tiga hari Tasyrik
11 Juni 2025: Gelombang pertama mulai dipulangkan ke Indonesia
18 Juni 2025: Perpindahan jamaah gelombang kedua dari Makkah ke Madinah
25 Juni 2025: Gelombang pertama selesai dipulangkan
26 Juni 2025: Tahun baru Hijriah sekaligus dimulainya pemulangan gelombang kedua
2 Juli 2025: Gelombang kedua terakhir diberangkatkan ke Madinah
10 Juli 2025: Proses akhir pemulangan jemaah gelombang kedua
11 Juli 2025: Semua jemaah gelombang kedua telah tiba di tanah air
Pada musim haji tahun ini, Indonesia menerima alokasi kuota sebanyak 221.000 jemaah. Jumlah tersebut meliputi 201.063 jemaah reguler, 1.572 petugas haji daerah, 685 pembimbing dari kelompok bimbingan ibadah (KBIHU), dan 17.680 jemaah haji khusus. Secara keseluruhan, fase pemberangkatan dan pemulangan berlangsung selama satu bulan, dengan rata-rata masa tinggal jemaah Indonesia di Arab Saudi selama 41 hari.
Follow WhatsApp Channel SINDOnews untuk Berita Terbaru Setiap Hari
Follow
Author
Andryanto Wisnuwidodo