Link Copied
AS-Rusia Saling Gertak, Eropa Bakal Jadi Medan Laga?

AS-Rusia Saling Gertak, Eropa Bakal Jadi Medan Laga?

By Mohammad Faizal
Amerika Serikat (AS) dan Rusia, dua kekuatan nuklir utama dunia, kembali saling gertak. Kali ini, dengan wacana menempatkan rudal nuklir di negara sekutunya.

AS Akan Tempatkan Lagi Nuklir Taktis di Inggris, Rusia Meradang

AS Akan Tempatkan Lagi Nuklir Taktis di Inggris, Rusia Meradang


Amerika Serikat (AS) berencana menempatkan kembali senjata nuklir taktis di Inggris untuk pertama kalinya dalam 15 tahun. Laporan ini muncul di tengah makin panasnya hubungan antara Rusia dan NATO, serta munculnya seruan beberapa politisi Barat untuk bersiap menghadapi potensi bentrokan bersenjata dengan Rusia.

Rencana itu dilaporkan surat kabar Inggris, Telegraph, pada Jumat (26/1/2024), mengutip dokumen Pentagon. Surat kabar Inggris tersebut mengutip kontrak pengadaan fasilitas baru di pangkalan Royal Air Force (RAF) di Lakenheath di Suffolk yang menunjukkan niat Washington membawa senjata nuklir ke pangkalan tersebut.

"RAF Lakenheath diperkirakan akan menampung bom B61-12 yang tiga kali lebih kuat dibandingkan bom yang dijatuhkan di Hiroshima pada tahun 1945," ungkap Telegraph. AS diketahui telah mengirimkan pesawat tempur F-35 berkemampuan nuklir ke pangkalan itu tahun lalu.

Menanggapi isu tersebut, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan bahwa Moskow akan terpaksa melakukan "tindakan balasan" jika hulu ledak nuklir Amerika kembali ke Inggris.

Rusia menuduh negara-negara Barat memicu ketegangan di Eropa. Moskow juga menyatakan bahwa ekspansi NATO yang terus berlanjut ke arah timur adalah salah satu akar konflik yang sedang berlangsung di Ukraina.
Ketegangan antara Rusia dengan NATO makin memuncak di tengah sruan dari sejumlah pejabat tinggi Eropa, termasuk Menteri Pertahanan Jerman Boris Pistorius, yang sempat berbicara mengenai perlunya bersiap menghadapi potensi perang besar-besaran dengan Rusia.

Pekan lalu, Ketua Komite Militer NATO Laksamana Rob Bauer juga mengeluarkan desakan agar aliansi militer tersebut "lebih siap di seluruh spektrum" untuk konfrontasi langsung.

Di pihak Rusia, Kepala Badan Intelijen Luar Negeri Rusia Sergey Naryshkin tegas menolak klaim Barat tersebut. Menurut dia, isu bahwa Moskow merencanakan serangan terhadap NATO sebagai perang informasi yang bertujuan membenarkan agresi hibrida yang sedang berlangsung.

Balas AS, Moskow Pertimbangkan Kirim Senjata Nuklir ke Kuba

Balas AS, Moskow Pertimbangkan Kirim Senjata Nuklir ke Kuba


Rencana Amerika Serikat (AS) menempatkan senjata nuklir di Inggris menuai reaksi keras dari Rusia. Parlemen negara itu mendesak pemerintah mengerahkan senjata nuklirnya di negara-negara sahabat di dekat AS, seperti Kuba.

Desakan tersebut disampaikan anggota Parlemen Aleksey Zhuravlev sebagai pembalasan atas rencana Washington untuk memindahkan nuklir taktisnya ke Eropa. Pengerahan senjata nuklir ke Eropa itu bertujuan untuk melawan peningkatan ancaman dari Rusia.

Dalam sebuah postingan di Telegram, Zhuravlev - Wakil Ketua Pertama Komite Pertahanan Parlemen Rusia dan pemimpin Partai Rodina - mengatakan bahwa Inggris memiliki senjata nuklir sendiri, dan AS telah mengerahkan sebagian dari persenjataan nuklirnya ke beberapa negara Eropa yang dekat dengan Rusia. "Oleh karena itu, kecil kemungkinannya bahwa pengerahan tambahan (senjata nuklir ke Inggris) akan berdampak pada lanskap militer-politik," kata Zhuravlev, seperti dikutip dari RT, Selasa (30/1/2024).

Namun demikian, sebagai balasan, politisi tersebut mendesak agar Moskow mempertimbangkan untuk mengerahkan senjata nuklirnya lebih dekat ke AS. "Mengirimkannya ke negara-negara sahabat seperti Kuba, Venezuela, dan Nikaragua," ujarnya.

Zhuravlev mengakui, bagaimanapun, bahwa sistem persenjataan telah membuat lompatan besar dalam beberapa tahun sejak Krisis Rudal Kuba pada tahun 1962. "Rudal hipersonik Rusia yang diluncurkan dari wilayah kami akan mencapai AS lebih cepat daripada rudal subsonik yang diluncurkan dari wilayah Amerika," ujarnya.

Dia juga menunjukkan bahwa Rusia memiliki penerbangan strategis serta persenjataan kapal selam yang luas yang ditempatkan di lokasi yang tidak diketahui di seluruh lautan dunia. "Kami mempunyai cara untuk menanggapi setiap gangguan yang dilakukan AS dan NATO, yang mereka kendalikan," tegas Zhuravlev.

Kementerian Luar Negeri Rusia sebelumnya telah memperingatkan bahwa Moskow akan terpaksa melakukan tindakan balasan jika hulu ledak nuklir Amerika kembali ke Inggris. Rusia juga berulang kali menuduh Barat memicu ketegangan di Eropa.

Sementara itu, sejumlah pejabat Barat - termasuk dari Inggris, Jerman, Estonia, dan bahkan ketua Komite Militer NATO, semakin memanaskan suasana dengan membuat pernyataan mengenai dugaan serangan Rusia terhadap Eropa dalam beberapa tahun mendatang. Para pejabat tersebut meminta pemerintah dan warga negara Barat untuk mempersiapkan diri menghadapi konflik besar dengan Moskow.

Namun Rusia dengan keras membantah adanya rencana untuk menyerang negara-negara tetangganya di Eropa. Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menyebut klaim tersebut sebagai tipuan. Presiden Rusia Vladimir Putin juga menepis klaim tersebut. "Moskow tidak tertarik secara geopolitik, ekonomi atau militer untuk melancarkan perang melawan NATO," tegasnya. Sebaliknya, kata Putin, Rusia lebih memilih untuk meningkatkan hubungan dengan blok yang dipimpin AS.

AS: Rencana Pengerahan Senjata Nuklir ke Inggris Alami Kemajuan

AS: Rencana Pengerahan Senjata Nuklir ke Inggris Alami Kemajuan


Rencana Amerika serikat (AS) untuk mengerahkan senjata nuklir ke pangkalan udara di Suffolk, Inggris, terus berlanjut. Berdasarkan sebuah dokumen pemberitahuan dari Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS), diketahui bahwa kontrak untuk membangun tempat perlindungan bagi pasukan yang akan mempertahankan fasilitas penyimpanan di RAF Lakenheath, Suffolk, telah dikeluarkan.

Dokumen Departemen Pertahanan Amerika menyatakan bahwa pekerjaan tersebut merupakan persiapan untuk misi nuklir mendatang pangkalan tersebut. Mengutip laporan BBC, Selasa (30/1/2024), Angkatan Udara AS (USAF) belum menanggapi permintaan komentar.

Kementerian Pertahanan Inggris menyatakan ada kesepakatan lama di antara mitra NATO untuk tidak mengomentari lokasi senjata nuklir. Pada bulan Maret 2023, sebuah dokumen dari Kantor Wakil Menteri Pertahanan AS mengungkapkan bahwa anggaran USD50 juta telah dialokasikan untuk membangun fasilitas yang dikenal sebagai "Surety Dormitory" di RAF Lakenheath. Frasa ini dipahami merujuk pada penyimpanan senjata nuklir.

Bulan September berikutnya, pemberitahuan pemberian kontrak pemerintah AS diterbitkan yang menunjukkan bagaimana anggaran USD924.000 akan dibelanjakan untuk membangun fasilitas penjagaan yang dikenal sebagai "tempat perlindungan keamanan balistik yang diperkeras". Sebanyak 22 kabin bermanuver tahan ledakan juga sedang dibangun dengan lembaran logam antipeluru yang dilas ke rangkanya untuk melindungi aset bernilai tinggi dari pasukan pertahanan RAF Lakenheath; Skuadron Pasukan Keamanan ke-48 (48 SFS).

Spesifikasi jendelanya termasuk kaca yang tahan terhadap benturan senapan kaliber 30 mm. Kontraktor yang ditunjuk untuk pekerjaan tersebut adalah perusahaan yang berbasis di Uni Emirat Arab, Specialist Solutions LLC.

Rencana pengerahan senjata nuklir AS ke Inggris pertama kali terungkap di surat kabar The Telegraph. Itu akan menjadi pertama kalinya dalam lebih dari 15 tahun senjata nuklir Amerika dikerahkan di wilayah Inggris. Pada 2008, BBC melaporkan bahwa senjata tersebut telah dipindahkan dari RAF Lakenheath, yang menampung 4.000 personel militer dan lebih dari 1.500 warga sipil Inggris dan AS. Pangkalan tersebut saat ini menjadi rumah bagi Sayap Tempur ke-48 USAF, satu-satunya unit di Eropa yang mengoperasikan pesawat tempur F-15E Eagle dan F-35A Lighting II.

Laporan dari AS menunjukkan bahwa F-35A yang lebih baru telah diuji terbang menggunakan varian terbaru bom termonuklir B61-12, yang membuka jalan bagi pesawat tersebut untuk mulai membawa senjata tersebut. Menurut publikasi pertahanan; Janes, B61-12 mampu menghasilkan daya ledak hingga 340 kiloton, atau lebih dari dua puluh kali kekuatan bom Hiroshima.

Sekretaris Jenderal Kampanye Perlucutan Senjata Nuklir, Kate Hudson, mengatakan: "Dokumen-dokumen ini menyoroti dengan jelas bahwa 'misi nuklir yang akan datang' akan ditempatkan di RAF Lakenheath - membenarkan apa yang telah kami duga sejak November 2022 - bahwa senjata nuklir AS akan kembali ke Inggris."

“Sangat memalukan bahwa pemerintah AS dan Inggris terus menganggap masyarakat bodoh mengenai masalah serius ini - menolak memberi informasi penting tentang keamanan kami,” imbuh dia. Hudson mengeklaim hal itu meningkatkan bahaya. "Dan malah menjadikan kami target nuklir," cetusnya.

Nuklir Taktis AS Kembali ke Inggris, Ancaman di Eropa Meningkat

Nuklir Taktis AS Kembali ke Inggris, Ancaman di Eropa Meningkat


Rusia dengan tegas memperingatkan Amerika Serikat (AS) agar tidak mengembalikan senjata nuklir taktisnya ke Inggris. Langkah itu disebut tidak akan memperkuat keamanan Inggris atau AS, namun justru malah meningkatkan ketegangan dan ancaman di Eropa.

Hal itu ditegaskan Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Ryabkov menegaskan pada Selasa (30/1/2024). "Mengenai kembalinya senjata nuklir taktis AS ke wilayah Inggris, saya ingin memberikan peringatan keras terhadap langkah destabilisasi ini," ujar Ryabkov.

Menurut diplomat itu, para pengambil keputusan di Washington dan London tidak mengambil pelajaran dari pengalaman sebelumnya. "Dari sudut pandang menjamin keamanan Eropa, pengalaman beberapa tahun terakhir di London dan Washington, para pemarah itu tidak mengambil pelajaran apa pun dari hal ini, jadi skenario ini sangat mungkin terjadi," ujarnya.

The Telegraph melaporkan pada tanggal 26 Januari bahwa Amerika Serikat diperkirakan akan menempatkan bom gravitasi B61-12, yang tiga kali lebih kuat dari bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima, di pangkalan Lakenheath, Inggris. Ini merupakan pertama kalinya dalam 15 tahun setelah Washington memutuskan memindahkan persenjataan nuklirnya dari Inggris pada tahun 2008.

Seorang juru bicara Pentagon, mengomentari perkembangan tersebut, mengatakan kepada Sputnik bahwa merupakan kebijakan AS untuk tidak mengonfirmasi atau menyangkal ada atau tidaknya senjata nuklir di lokasi tertentu di tengah laporan Washington berencana menempatkan senjata nuklirnya di Kerajaan Inggris. "Amerika Serikat secara rutin meningkatkan fasilitas militernya di negara-negara sekutu," ungkap pernyataan tersebut.

Di bagian lain, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan dengan tegas bahwa Kremlin akan memandang penempatan senjata nuklir AS di Inggris sebagai tindakan eskalasi.
(fjo)