THR, Mudik, dan Berkah Ekonomi Lebaran
Mohammad Faizal
Senin, 09 Mei 2022, 17:20 WIB
Setelah dua tahun tak dibarengi prosesi mudik, perayaan Lebaran tahun ini diyakini akan berdampak lebih besar terhadap geliat pertumbuhan ekonomi.
Efek Lebaran, Ekonomi Kuartal II Diramal Terkerek Naik hingga 5%
Konsumsi dan aktivitas masyarakat pada masa Lebaran 2022 diproyeksi mengerek pertumbuhan ekonomi kuartal II sebesar 4-5% year on year (yoy). Konsumsi masyarakat terutama dimotori kalangan menengah atas yang mulai berbelanja setelah selama ini menahan uangnya di bank.
"Apalagi, ada dorongan THR (Tunjangan Hari Raya) swasta yang wajib dibayar penuh sehingga kontribusi lebaran terhadap konsumsi rumah tangga cukup tinggi. Wajar kalau estimasi pertumbuhan ekonomi di kuartal yang bertepatan dengan Lebaran bisa tembus 4-5% yoy," ungkap Direktur CELIOS Bhima Yudhistira kepada MNC Portal Indonesia, Kamis (5/5/2022).
Menurut Bhima, secara umum kuartal yang bersamaan dengan Lebaran akan memberi sumbangan besar ke pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun. Meskipun, lanjut dia, untuk mencapai pertumbuhan full year 5%, tidak bisa hanya mengandalkan mudik Lebaran saja, karena di kuartal III tantangan ekonomi akan jauh lebih berat.
"Mulai dari inflasi, naiknya suku bunga pinjaman, stabilitas nilai tukar, hingga tekanan daya beli masyarakat," papar Bhima. Lebih lanjut, setelah Lebaran, THR mulai menipis bahkan habis untuk kebutuhan pokok, sementara indikator kesempatan kerja masih belum menunjukkan titik optimisme.
Beberapa momentum seperti penyelenggaraan KTT G20 hingga libur akhir tahun dinilai akan mendongkrak perekonomian untuk mencapai target. Karena itu, Bhima berharap pemerintah memperhatikan kebijakan agar tantangan-tantangan tadi dapat teratasi.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan bahwa momen Lebaran kali ini berbeda dengan dua tahun sebelumnya, di saat pandemi masih mengganas dan memukul semua sektor di dalam negeri. Lebaran kali ini, kata dia, adalah momen untuk menjaga persatuan bangsa dan pertumbuhan ekonomi, khususnya pascapandemi.
"Lebaran kali ini berbeda dengan dua tahun kemarin. Tentu kita berharap momentum ini bisa kita jaga bersama," kata Menko Airlangga seusai melaksanakan salat Ied di Masjid Ainul Hikmah Slipi, Jakarta Barat, Senin (2/5/2022).
Momen Lebaran kali ini juga menjadi spesial karena pemerintah kembali membolehkan mudik. Hal ini, tegas dia, tentunya akan mendukung pemulihan ekonomi. Dia berharap dengan demikian pertumbuhan ekonomi akan kembali meningkat, seperti pencapaian di kuartal pertama tahun lalu yang mencapai 7,07%.
Cair, Perputaran Uang di Daerah Paling Sedikit Rp42 Triliun
Hari Raya Idul Fitri menjadi momentum untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi karena menjadi puncak perputaran uang terbesar di Indonesia melalui arus mudik. Tingginya animo mudik akan menggerakkan perekonomian daerah dan meningkatkan produktivitas berbagai sektor usaha.
"Sektor industri transportasi seperti bus, travel, rental, kreta api, kapal laut, dan pesawat udara diperkirakan akan mengalami omzet yang signifikan. Dalam perjalanan mudik baik dengan memakai kenderaan pribadi, motor dan angkutan umum akan berdampak pada sektor usaha restoran, warung makan, oleh-oleh khas daerah, kebutuhan BBM, tiket tol dan tiket penyeberangan yang ke wilayah Sumatra," kata Wakil Ketua Umum Kadin Sarman Simanjorang, dikutip Sabtu (30/4/2022).
Menurut Sarman, dengan asumsi jumlah yang pemudik sekitar 85 juta orang dan rata rata per keluarga 3 orang, maka jumlah yang mudik lebih kurang adalah 28 juta keluarga. Jika rata-rata per keluarga membawa minimal Rp1,5 juta saja, maka uang yang mengalir ke daerah paling sedikit mencapai Rp42 triliun.
"Kita menghitung angka yang moderat dan minimal, mengingat sebagian besar keuangan masyarakat kita masih belum pulih dan belum semua mendapatkan THR," tambah Sarman.
Uang yang mengalir ke daerah mudik tersebut sekitar 25% dari uang tunai yang disiapkan Bank Indonesia untuk kebutuhan selama Lebaran sebesar Rp175,2 triliun, meningkat 13,42% dari periode yang sama tahun 2021. Uang tersebut sekitar 58% mengalir paling banyak di Pulau Jawa.
Menurut Sarman, perputaran uang yang sangat besar ini akan menggenjot tumbuhnya konsumsi rumah tangga yang sangat tajam dan akan memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional di kuartal II-2022 yang ditargetkan sebesar 7%.
"Jika tercapai tentu akan dapat memberikan kontribusi terhadap target pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2022 sebesar 5% s/d 5,5%. Artinya momentum Idul Fitri tahun ini akan memberikan dampak yang sangat besar terhadap pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional," tandas Sarman.
Karena itu, momentum Lebaran kali ini juga membuat kalangan pengusaha makin optimistis akan pertumbuhan ekonomi kuartal II. Sarman meyakini, Lebaran tahun ini akan mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi dan mendukung pencapaian target 7% di kuartal kedua tahun ini.
Sebelumnya, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno juga mendorong pelaku ekonomi kreatif menangkap peluang dari perputaran uang di sektor pariwisata saat libur Lebaran. Dia memperkirakan jumlah uang beredar bisa mencapai Rp72 triliun. Jumlah uang beredar ini terdistribusi di sejumlah daerah yang menjadi tujuan mudik masyarakat.
Dari angka Rp72 triliun itu, kata Sandi, 60% beredar di Pulau Jawa dan 40% tersebar di luar Pulau Jawa. "Oleh karena itu, peluang ini perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya. Pelaku ekonomi kreatif kita bisa kita arahkan untuk mengambil peluang ini," ungkap Sandi saat ditemui di kawasan JCC Jakarta, Senin (25/4/2022).
Sandi mengatakan, momen mudik Lebaran bisa meningkatkan perputaran uang sebanyak 10% dan mampu berkontribusi 25% lebih pada pertumbuhan ekonomi secara kuartalan.
Sandi menjelaskan, rata-rata pengeluaran wisatawan nusantara (wisnus) di Indonesia pada 2020 mencapai Rp1,5 juta. Adapun, wisnus yang berasal dari Pulau Jawa dan berkunjung ke destinasi di Pulau Jawa rentang rata-rata pengeluarannya mencapai Rp900.000 hingga Rp1,5 juta.
Orang Kaya Belanja Lebaran, Ekonomi Makin Bergairah
Momen Lebaran kali ini diyakini akan diikuti lonjakan perputaran uang jika dibandingkan Lebaran tahun sebelumnya. Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira memperkirakan, selama periode Lebaran 2022 uang berputar di Jabodetabek naik 62,5% menjadi Rp55,6 triliun dari tahun sebelumnya Rp34,8 triliun.
"Peredaran uang didorong oleh meningkatnya aktivitas belanja di beberapa pusat ritel dan pasar tradisional. Indikator utama di Pasar Tanah Abang kenaikan penjualan pakaian jadi dan aksesoris Lebaran naik signifikan," terang Bhima kepada MNC Portal Indonesia, Selasa (3/5/2022).
Selain itu, tambah Bhima, kenaikan perputaran uang bisa dilihat dari toko atau tenant di mal yang sudah mulai membuka operasionalnya pasca-pandemi. "Itu tanda positif ekonomi di Jabodetabek mulai bergairah kembali," imbuhnya.
Menurut direktur CELIOS itu, kelas menengah atas yang lebih imun soal kenaikan harga barang atau inflasi sudah tidak sabar membelanjakan uangnya saat Lebaran. Pusat-pusat perbelanjaan menurutnya akan diserbu oleh kelas menengah atas. "Selama ini kan uangnya ditahan di bank atau deposito, harapannya sudah mulai dibelanjakan," ujar Bhima.
Meskipun menggeliat, Bhima menilai keyakinan belanja masih belum pulih 100% seperti 2019. Hal tersebut bisa dilihat dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Maret 2022. Bhima menuturkan, IKK atau keyakinan konsumen membelanjakan uangnya belum kembali seperti pra-pandemi. Menjelang Ramadhan, IKK BI per April 2019 tercatat 128,1 sementara IKK per Maret 2022 masih berada di 111.
"Salah satu alasannya adalah kekhawatiran inflasi pangan dan energi terutama pasca-Lebaran. 2019 bertepatan dengan Ramadhan-Lebaran inflasi hanya 0,68% (mtm). Proyeksi inflasi di momen Lebaran 2022 bisa menembus 1,5%-1,7% (mtm)," ujar dia.
Berkah Lebaran 2022, Omzet UMKM Diramal Melesat 60%
Momen Lebaran tahun 2022 dinilai menjadi awal kebangkitan para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Ketua Komite Tetap UKM dan Koperasi Kadin Indonesia Sharmila Yahya optimistis kebangkitan para pelaku UMKM ini akan terus berlanjut selama lima tahun ke depan.
"Selama dua tahun belakangan UMKM kita dalam rangka recovery ekonomi, ada yang bertahan, ada juga yang gulung tikar. Tapi sekarang sedang mencoba start kembali dari kuartal pertama 2022. Saya melihat ada kebangkitan 3-5 tahun ke depan," ujarnya dalam diskusi di IDX Channel, dikutip Sabtu (7/5/2022).
Dia mengungkapkan bahwa kebijakan pemerintah yang mewajibkan para pengusaha memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) kepada karyawannya menjadi booster peningkatan daya beli masyarakat. "Pemerintah kan waktu itu meminta kepada seluruh pengusaha untuk memberikan THR. Nah THR ini jadi booster untuk meningkatkan daya beli masyarakat. Karena tanpa ini tidak bisa mengubah perilaku masyarakat untuk berkonsumsi," jelasnya.
Momen Lebaran yang juga diikuti dengan prosesi mudik kali ini juga menjadi berkah tersendiri bagi para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Sharmila memproyeksikan usai mudik Lebaran, omzet para pelaku UMKM bisa melesat hingga 60%.
"Saya yakin, setelah pulang Lebaran, omzet mereka (pelaku UMKM) akan melesat 60%, yang kemarin sempat turun 50%," katanya.
Dia menyebut, banyak stimulus yang diberikan pemerintah untuk membangkitkan para pelaku UMKM. Salah satunya dengan pemanfaatan digitalisasi bikin pelaku usaha makin mudah menjual produknya.
"Pemerintah membuat program digitalisasi sehingga memudahkan pelaku usaha. Banyak laporan ke kami, berjualan melalui digital kalau udah ketemu click-nya, itu luar biasa indahnya. Cost lebih murah, jualannya lebih cepat, lebih efektif, lebih murah. Sehingga bisnis ini akan lebih kencang dan bisa menjangkau semua wilayah," ungkap Sharmila.
Adapun stimulus lainnya, pemerintah mendukung para UMKM mendapatkan bahan baku dari negara sendiri. Pasalnya, selama ini para pelaku UMKM masih mengambil bahan baku dari impor. "Banyak sekali bahan baku yang semulanya impor sekarang di produksi di lokal," ujarnya.
Dia menambahkan, pengadaan barang dan jasa yang dibuat oleh pemerintah melalui e-katalog LKPP juga akan menjadi stimulus kebangkitan UMKM Indonesia.