Deru Senjata di Tanah Ukraina
Zen Teguh Triwibowo
Selasa, 01 Agustus 2023, 10:59 WIB
Ketegangan berbulan-bulan di Ukraina timur meledak jadi perang dahsyat. Rusia mengerahkan pasukan untuk menginvansi negara tetangganya itu. Apa reaksi dunia?
Perang Pecah, Darah pun Tumpah
Semua bermula dari rivalitas politik dalam negeri. Dua wilayah Ukraina timur yang dikuasasi separatis pro-Rusia, Donetsk dan Luhanks, mendeklarasikan diri sebagai wilayah merdeka. Mereka pun berpesta kala Moskow mengakui kemerdekaan tersebut.
Donetsk dan Luhanks menjadi negara dengan nama Republik Rakyat Donetsk (DPR) dan Republik Rakyat Luhansk (LPR). Pengakuan atas kemerdekaan itu kontan menyulut bara perseteruan antara Ukraina dan Rusia. Ketegangan antar-kawasan semakin tak terbendung.
Puncaknya terjadi Kamis Presiden Vladimir Putin pada Kamis (24/2/2022) memerintahkan militer Rusia untuk melakukan operasi khusus di wilayah Donbass, Ukraina timur. “Keadaan mengharuskan kita untuk mengambil tindakan tegas dan segera," kata Putin, seperti dilansir Russia Today.
Perang pun pecah. Tanah Ukraina menjadi ladang pertempuraan pasukan dan senjata. Pada Senin (28/2/2022), invasi Rusia telah memasuki hari kelima. Militer Kiev mengonfirmasi bahwa pangkalan militer di Vasylkiv diserang artileri pasukan Moskow.
Melalui posting Facebook, yang dikutip Reuters, Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina mengatakan anggota pasukan pertahanan di pangkalan udara militer Vasylkiv di barat daya Kiev melawan serangan artileri dan serangan lainnya dari pasukan Moskow.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan Ukraina mengatakan pada hari Minggu bahwa 352 warga sipil, termasuk 14 anak-anak, telah tewas sejak awal invasi Moskow. Disebutkan juga bahwa 1.684 orang, termasuk 116 anak-anak, terluka.
Dewan Keamanan PBB pada hari Minggu waktu Amerika Serikat menyerukan sesi khusus darurat yang langka dari 193 anggota Majelis Umum tentang invasi Rusia ke Ukraina.
Sesi khusus darurat akan diadakan pada hari Senin, ketika sekutu Barat meningkatkan kampanye diplomatik untuk mengisolasi Moskow. Pemungutan suara oleh dewan beranggotakan 15 orang itu bersifat prosedural sehingga Rusia tidak dapat menggunakan hak vetonya.
Sebuah resolusi yang mengadakan sesi Majelis Umum diadopsi dengan 11 suara ya. Rusia memilih tidak, sementara China, India, dan Uni Emirat Arab abstain.
Sementara itu Ukraina menyatakan militer Rusia telah menderita sejumlah korban jiwa dan beberapa tentara akhirnya ditangkap pasukan lawan selama operasi militer yang sedang berlangsung di Ukraina. Pernyataan itu diungkapkan juru bicara Kementerian Pertahanan (Kemhan) Rusia Mayor Jenderal Igor Konashenkov pada Minggu (27/2/2022).
“Sejak peluncuran operasi, (militer Rusia) telah menghancurkan 254 tank dan kendaraan tempur lapis baja lainnya, 31 pesawat di darat, 46 sistem peluncuran roket ganda, 103 unit artileri dan mortir, 164 unit kendaraan militer khusus,” papar Konashenkov, dilansir RT.com.
Pejabat itu tidak merinci jumlah korban pasukan Rusia, hanya menyatakan mereka “beberapa kali lebih sedikit daripada jumlah nasionalis (Ukraina) yang tersingkir,” serta korban yang diderita pasukan militer reguler Ukraina.
Sejumlah kecil prajurit Rusia telah ditawan pasukan Ukraina, Konashenkov mengakui dan mengutuk perlakuan yang mereka terima di tangan pasukan lawan.
Zelensky, Komedian Bernyali Besar
Tak ada lagi panggung komedi untuk Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy. Yang dihadapinya kali ini bukan main-main, negara dengan kekuatan adidaya, Rusia. Lebih menggetarkan pula sosok di baliknya, Vladimir Putin.
Dihitung dari sudut pandang mana pun, Ukraina dianggap kalah segalanya dari Rusia. Hitungan matematis dari peta kekuatan militer, Ukraina nyaris tak ada apa-apanya. Namun Zelensky bukan ayam sayur. Dia memilih mengenakan rompi antipeluru dan berada di tengah-tengah tentaranya.
Saat banyak orang meragukan kemampuannya, Zelensky tegak berdiri. Dia seakan tak peduli siapa yang dihadapinya. Nama besar Putin bahkan seperti bukan siapa-siapa. Dia bahkan menegaskan akan menghadapi invasi di abad modern tersebut.
Menilik latar belakangnya, tentu ini mengejutkan. Jauh sebelum terjun ke politik, dia adalah seoran komedian. Pelawak. Tapi putaran waktu membawanya jadi sorotan dunia.
"(Musuh) telah menandai saya sebagai target nomor satu," Zelenskiy memperingatkan dalam sebuah pesan video, seperti dikutip dari Reuters. "Keluarga saya adalah target nomor dua. Mereka ingin menghancurkan Ukraina secara politik dengan menghancurkan kepala negara. Saya akan tinggal di ibu kota. Keluarga saya juga di Ukraina," tandasnya.
Zelenskiy dulu berkarir sebagai seorang komedian atau pelawak tanpa pengalaman politik. Ia menerima suara terbanyak dalam putaran pertama pemilihan presiden (pilpres) Ukraina. Menurut jajak pendapat dari Institut Sosiologi Internasional Kiev dan organisasi opini publik Razumkov, pelawak tersebut unggul dari 39 kandidat lainnya dengan 30,4 persen suara.
Zelenskiy, seperti halnya dalam perannya sebagai komedian, menjadikan korupsi sebagai fokus pencalonannya. Dia mengusulkan larangan seumur hidup untuk memegang jabatan publik bagi siapa saja yang dihukum karena korupsi. Dia juga menyerukan negosiasi langsung dengan Rusia untuk mengakhiri pertempuran di Ukraina timur.
"Kehidupan baru, kehidupan normal mulai," kata Zelenskiy setelah dia memberikan suara di Kiev. "Kehidupan tanpa korupsi, tanpa suap," katanya lagi. Pemungutan suara di Ukraina dibayangi oleh tuduhan pembelian suara secara meluas.
Polisi mengatakan mereka telah menerima lebih dari 1.600 pengaduan pelanggaran pada hari pemungutan suara di samping ratusan klaim kecurangan pemungutan suara sebelumnya, termasuk upaya suap dan mengeluarkan surat suara dari tempat pemungutan suara.
Kini, dunia menanti, mampukah Zelenskiy membawa negaranya selamat dari terjangan pasukan Rusia atau justru ia yang akan tergusur dari posisinya. Pada Kamis, Zelenskiy telah memutuskan hubungan diplomati Ukraina dengan Rusia, setelah invasi pasukan Moskow
Di lain pihak selama bertahun-tahun, Rusia telah meminta negara-negara Barat menyelidiki kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM), pembunuhan ilegal, dan kejahatan perang yang dilakukan otoritas Ukraina yang berkuasa setelah kudeta 2014.
Moskow menunjukkan banyak dari kasus-kasus itu dilakukan neo-Nazi terhadap warga Rusia atau orang-orang berbahasa Rusia di Ukraina.
Ketika Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan dimulainya operasi khusus untuk melindungi Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk (DPR dan LPR) pada 24 Februari, dia menggambarkan tujuannya sebagai "demiliterisasi dan denazifikasi" Ukraina.
Juru bicaranya kemudian menjelaskan bahwa "denazifikasi" berarti Rusia berencana membebaskan Ukraina dari neo-Nazi, pendukung mereka, dan ideologi mereka yang dianggap berbahaya.
Moskow telah berulang kali memperingatkan negara-negara asing tentang neo-Nazi yang mengambil alih Ukraina setelah kudeta yang didukung Barat pada 2014. Namun, negara-negara Barat memilih mengabaikan berbagai pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh rezim Kiev.
Dunia Bersatu Kucilkan Rusia
Invasi Rusia menuai kecaman dunia. Sejumlah negara ramai-ramai menjatuhkan sanksi untuk negara pimpinan Vladimir Putin tersebut. Mereka yang telah menjatuhkan sanksi ekonomi antara lain Amerika Serikat (AS), Uni Eropa (UE), Inggris, Australia, Kanada hingga Jepang.
Sanksi dijatuhkan atas keputusan Rusia memborbardir Ukraina. Sanksi dunia itu dijatukan dengan menargetkan bank-bank besar hingga individu kaya raya Rusia serta pejabat negara. Sementara Jerman menghentikan proyek pipa gas besar dari Rusia.
Berikut rincian sanksi yang diberikan kepada Rusia oleh sejumlah negara:
1. Sanksi Amerika Serikat ke Rusia
Presiden Joe Biden mengumumkan sanksi 'tahap pertama' bagi Rusia. Biden menandatangani perintah eksekutif di mana setiap lembaga di sektor jasa keuangan Rusia menjadi target sanksi lebih lanjut. Diketahui lebih dari 80% transaksi valuta asing harian Rusia dan setengah dari perdagangannya dilakukan dalam nominal dolar AS.
Washington memberikan sanksi kepada dua bank milik negara Rusia, yakni Bank pembangunan negara Vnesheconombank (VEB) dan Perusahaan Saham Gabungan Publik Promsvyazbank (PSB). Menurut Associated Press, VEB sangat krusial bagi kemampuan Rusia untuk mengumpulkan dana, sedangkan PSB sangat penting bagi sektor pertahanan Rusia.
Kedua bank itu disebut memiliki aset gabungan dengan nilai lebih dari USD80 miliar dan akan dilarang melakukan transaksi dalam sistem perbankan AS dan Eropa. Bank tersebut dianggap sangat dekat dengan Kremlin dan militer Rusia, di mana sanksi juga mencakup pembekuan semua aset di bawah yurisdiksi AS.
Selain itu, AS juga memberikan sanksi kepada sejumlah anggota spesifik dari kalangan 'elit' Rusia. Sanksi akan berlaku kepada 'elit' Rusia dan anggota keluarga mereka, serta para pemimpin sipil dalam hierarki kepemimpinan Rusia. Sanksi juga menargetkan pemblokiran utang negara Rusia di pasar AS dan Eropa.
2. Uni Eropa Beri Sanksi ke Rusia
Suara bulat Uni Eropa mengumumkan sanksi awal kepada 351 politisi Rusia yang mengakui kemerdekaan Donetsk dan Luhansk di Ukraina Timur, serta 27 pejabat dan lembaga Rusia lainnya dari sektor pertahanan dan perbankan. Uni Eropa juga berusaha membatasi akses Moskow ke pasar modal dan keuangan negara-negara Uni Eropa.
Dengan penjatuhan sanksi tersebut nantinya juga akan membekukan aset dan memblokir akses perbankan Rusia yang berada di Eropa. Targetnya 70% pasar perbankan dan perusahaan milik Rusia akan ditutup di Eropa.
3. Inggris Ganjar Rusia dengan Sanksi Keras
Bank-bank besar Rusia akan dikeluarkan dari sistem keuangan Inggris, selain itu jajaran orang berkuasa dan super kaya Rusia juga menjadi target dalam sanksi terbaru yang diumumkan oleh Perdana Menteri (PM) Inggris, Boris Johnson.
"Paket sanksi ekonomi terbesar dan paling keras yang pernah dilihat Rusia disiapkan," ujar Perdana menteri kepada House of Commons.
Maskapai penerbangan nasional Rusia, Aeroflot juga akan dilarang mendarat di Inggris. Sanksi ini muncul setelah invasi Moskow ke Ukraina yang dimulai dengan serangan udara pada dini hari Kamis pagi. Dia juga menegaskan, bahwa sanksi akan diterapkan juga ke Belarus untuk perannya dalam serangan terhadap Ukraina.
- Aset semua bank besar Rusia akan dibekukan dan dikeluarkan dari sistem keuangan Inggris. Ini akan menghentikan mereka (Rusia) mengakses Poundssterling dan melakukan pembayaran melalui Inggris. Ini termasuk pembekuan bank VTB secara penuh dan sesegera mungkin.
- Legislator akan menghentikan perusahaan-perusahaan besar Rusia dan perusahaan pelat merah negara itu dari upaya meningkatkan keuangan atau meminjam uang di pasar Inggris.
- Pembekuan aset juga menyasar 100 individu atau bisnis baru.
- Aeroflot akan dilarang mendarat di Inggris.
- Akan diterapkan penangguhan lisensi ekspor untuk mengantisipasi digunakan buat menutupi komponen yang dapat digunakan untuk tujuan militer.
- Dalam beberapa hari ke depan, Inggris akan menghentikan ekspor barang-barang berteknologi tinggi dan peralatan kilang minyak.
- Akan ada batasan deposito yang dapat dilakukan orang Rusia di rekening bank Inggris.
- Sanksi keuangan serupa akan diperluas ke Belarusia karena perannya dalam serangan terhadap Ukraina. - Inggris akan mengajukan bagian-bagian dari RUU Kejahatan Ekonomi sebelum reses.
- Johnson mengatakan, ada potensi untuk memotong Rusia dari sistem pembayaran internasional Swift.
Menteri Luar Negeri Liz Truss mengatakan, Inggris "tidak akan beristirahat sampai ekonomi Rusia terdegradasi dan kedaulatan serta integritas teritorial Ukraina dipulihkan".
4. Sanksi Jerman Buat Rusia
Kanselir Jerman Olaf Scholz mengumumkan, penghentian proses sertifikasi pipa gas Nord Stream 2 dari Rusia, kesepakatan menguntungkan yang telah lama dicari oleh Moskow tetapi dikritik oleh AS karena meningkatkan ketergantungan Eropa pada energi Rusia. Diketahui proyek senilai USD11,6 miliar ini dimiliki oleh raksasa gas milik negara Rusia, Gazprom.
5. Sanksi Jepang dan Australia Terhadap Rusia
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengumumkan pemberian sanksi kepada Rusia berupa larangan penerbitan obligasi Rusia di Jepang dan membekukan aset individu Rusia tertentu serta membatasi perjalanan ke Jepang.
Sementara Perdana Menteri Australia Scott Morrison menargetkan anggota Dewan Keamanan Rusia karena "berperilaku seperti preman dan pengganggu".
6. Taiwan Ikut Berikan Sanksi ke Rusia
Taiwan mengumumkan bakal bergabung untuk memberikan sanksi ekonomi kepada Jepang pada, Jumat (25/2) kemarin. Sanksi ekonomi tersebut berupa pembatasan ekspor chip. Keputusan diambil setelah Presiden Vladimir Putin memerintahkan pasukannya untuk menyerang Ukraina.
Hal ini disampaikan Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen saat menghadiri upacaradi Tainan. Sebagai informasi, Taiwan merupakan salah satu negara produsen chip terbesar. Di era saat ini, chip sendiri menjadi komponen penting karena digunakan mulai dari mobil, laptop hingga ponsel.