Memaknai Idulfitri untuk Kembali ke Fitrah Islamiyah

Memaknai Idulfitri untuk Kembali ke Fitrah Islamiyah

Andryanto Wisnuwidodo
Minggu, 30 Maret 2025, 16:33 WIB

Idulfitri bentuk refleksi diri yang berarti setiap muslim dianjurkan untuk instrospeksi diri dan kembali kepada fitrah Islamiyah usai sebulan berpuasa Ramadan.

Idulfitri Bentuk Introspeksi Diri dan Kembali ke Fitrah Islamiyah

Idulfitri Bentuk Introspeksi Diri dan Kembali ke Fitrah Islamiyah

Besok, Senin, 31 Maret 2025, umat muslim di Indonesia akan merayakan Idulfitri 1446 Hijriah setelah satu bulan penuh menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan. Idulfitri merupakan bentuk refleksi diri yang berarti setiap muslim dianjurkan untuk mengintrospeksi diri dan kembali kepada fitrah Islamiyah.

Idulfitri bagi umat muslim sebagai perwujudan rasa syukur, dan kegembiraan setelah sebulan menjalankan ibadah puasa Ramadan. Yang dimaksud refleksi diri dalam Idulfitri kali ini artinya setiap umat muslim dianjurkan untuk melakukan introspeksi diri secara utuh dan kembali kepada fitrah Islamiyah. Secara bahasa, Idulfitri berasal dari dua kata, yaitu ‘id’ dan ‘al-fitri’.
Id secara bahasa berasal dari kataada - ya’uudu,yang artinya kembali. Sedangkan, kata al-fitri memiliki dua makna, yaitu suci dan berbuka. Suci artinya bersih dari segala dosa, kesalahan, dan keburukan.

Baca Juga: Apa Bacaan 7 Takbir Salat Idulfitri? Simak Panduannya!

Secara luas, umat muslim diharapkan dapat kembali suci setelah dibersihkan dengan berpuasa Ramadan selama 1 bulan penuh, yang kemudian disempurnakan dengan mengeluarkan zakat fitrah sebagai bentuk rasa syukur dan berbagi kepada sesama, serta saling memaafkan atas kesalahan yang pernah terjadi.

Makna fitri diartikan berbuka didasari olehhadis Rasulullah SAW, yaitu: ''Dari Anas bin Malik: Tak sekali pun Nabi Muhammad SAW pergi (untuk salat) pada Hari Raya Idulfitri tanpa makan beberapa kurma sebelumnya.”

Imam Masjidilharam Syeikh Ahmad Addosary berpesan agar ketika Idulfitri 1 Syawal 1446 H, umat Islam menggemakan takbir sebagai ungkapan syukur atas nikmat yang diberikan Allah sehingga dapat menunaikan ibadah puasa Ramadan sebulan penuh.

Syeikh Ahmad mengharapkan agar umat muslim bisa berkomitmen pada dirinya untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan. "Mulai 1 Syawal, hadirkan komitmen baru menjadi insan bertakwa yang senantiasa menyiapkan bekal diri menghadap Illahi," tutur Syeikh Ahmad Addosary.

Ibadah Ramadan sepantasnya lah memberikan dampak peningkatan yang signifikan pada aspek aqidah tauhid, sebagai alas dasar bagi peningkatan keimanan
Syeikh Ahmad Addosary


Syeikh Ahmad Addosary menjelaskan ibadah puasa Ramadan harus berdampak pada penguatan iman secara utuh. "Ibadah Ramadan sepantasnya lah memberikan dampak peningkatan yang signifikan pada aspek aqidah tauhid, sebagai alas dasar bagi peningkatan keimanan," pesan Syeikh Ahmad Addosary, di Makkah, Jumat (28/3/2025).

"Peningkatan keimanan juga bisa menjadi penyangga kuat dalam melaksanakan peningkatan ibadah-ibadah kepada Allah," sambungnya.

Dijelaskan Syeikh Ahmad, ibadah mempersyaratkan ilmu. Upaya peningkatan ilmu pengetahuan agama yang dihasilkan dari belajar dalam madrasah Ramadan, menjadi bekal beribadah sekaligus meningkatkan akhlakul karimah. "Keluhuran budi pekerti yang terinternalisasi selama melaksanakan rangkaian aktivitas ibadah Ramadan menjadi modal pencerahan bagi tatanan kehidupan manusia dan kemanusiaan yang lebih baik ke depan," sebutnya.

Idulfitri Momentum untuk Semakin Memperkuat Ukhuwah Islamiyah

Idulfitri Momentum untuk Semakin Memperkuat Ukhuwah Islamiyah

Idulfitri
menjadi momentum yang terbaik untuk semakin memperkuat ukhuwah Islamiyah bagi seluruh umat muslim. Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Pendidikan dan Kaderisasi, KH Abdullah Jaidi, mengajak umat Islam untuk mensyukuri momen Idulfitri dan menerapkan pelajaran yang diperoleh selama bulan Ramadan dalam kehidupan sehari-hari.

“Mudah-mudahan anugerah Allah SWT ini kita syukuri dan kita aplikasikan dalam hidup dan kehidupan kita. Tentunya banyak pelajaran yang kita peroleh dari bulan Ramadan, baik dalam kesalehan ibadah kita, ataupun kesalehan sosial kita dalam interaksi kita dengan masyarakat dan berbangsa,” lanjutnya.

Baca Juga: Bacaan Niat Salat Idulfitri Lengkap bahasa dan Terjemahannya

KH Abdullah Jaidi juga menekankan pentingnya Idulfitri sebagai momentum untuk memperkuat persaudaraan dalam berbagai aspek. “Tentunya Idulfitri harus menjadi sebuah momen untuk menjalin ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah, dan ukhuwah basyariyah dalam kehidupan kita. Sehingga sesuai dengan apa yang disampaikan Rasulullah SAW: Khoirunnas anfauhum linnas, sebaik-baik kamu adalah manusia yang mempunyai nilai lebih dalam kebaktiannya kepada sesama manusia,” jelasnya.

Ia pun mengajak umat Islam untuk menjadikan Idulfitri sebagai ajang kebersamaan, saling menghormati, dan membangun kepedulian dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. “Momen Idulfitri tahun ini haruslah kita jadikan sebuah momen, yaitu kebersamaan kita, saling tolong-menolong dalam hidup dan kehidupan kita, saling hormat dan menghormati, saling harga-menghargai antara sesama kita. Sehingga dapat terwujudnya masyarakat yang bermartabat. Sehingga akan terbentuklah negara, bangsa yang kita idam-idamkan, yaitu sesuai dengan harapan dalam Al-Qur'an,” paparnya.

Mengakhiri pernyataannya, KH Abdullah Jaidi menyampaikan doa dan ucapan selamat Idulfitri kepada seluruh umat Islam. “Semoga momen Idulfitri ini akan menjadi nilai yang positif di dalam gerakan kepedulian kita, di dalam bermasyarakat dan bernegara. Itulah beberapa hal yang telah kami sampaikan atas nama Majelis Ulama Indonesia. Dan tak lupa kami juga mengucapkan, Taqabbalallahu minna wa minkum, minal aidin wal faizin. Mohon maaf lahir dan batin.”

Idulfitri, Lebaran, dan Kelapangan Hati untuk Saling Memaafkan

Idulfitri, Lebaran, dan Kelapangan Hati untuk Saling Memaafkan

Idulfitri
, lebaran , dan kelapangan hati untuk saling memaafkan. Umat muslim di Indonesia identik menyebut Idulfitri sebagai lebaran. Dari penjelasan di KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kata Lebaran dijelaskan sebagai hari raya para umat Islam pada tanggal 1 Syawal setelah menjalankan ibadah puasa selama bulan Ramadan.

Terkait asal-usul istilah lebaran ini ternyata ada berbagai versi yang sudah ada sejak zaman dahulu. Menurut M.A. Salamun, seorang sastrawan di era 1960-an menganggap istilah lebaran berasal dari tradisi Hindu, yang artinya selesai, usai, atau habis. Dalam hal ini menandakan bahwa habisnya masa berpuasa di bulan Ramadan.

Baca Juga: Inilah 4 Amalan Idulfitri yang Setara dengan Pahala Perang Badar

Hingga saat ini, belum ada sumber autentik tertulis terkait asal kata lebaran dan sejak kapan istilah Lebaran mulai dipakai. Yang jelas, istilah lebaran tidak dikenal dalam bahasa Arab. Itulah mengapa istilah ini erat kaitannya dengan pengaruh budaya dan tradisi di Indonesia.

Ada pula anggapan lebaran yang berasal dari kata ‘lebar’, yang artinya luas atau lapang. Istilah ini merupakan metafora bagi umat muslim untuk saling berlapang dada dan ikhlas sehingga dianjurkan untuk saling memaafkan terhadap sesama. Sifat lapang dada untuk meminta dan sekaligus memberi maaf (al-‘afwu: menghapus, yakni menghapus kesalahan) kepada sesama. Sebagai manusia yang memiliki potensi untuk berbuat salah dan khilaf, maka saatnya kita menyadari kesalahan dan berusaha kembali ke fitrah dengan cara memperbaiki hubungan sesama (human relations) secara baik.

Idulfitri merupakan momentum untuk menyempurnakan hubungan vertikal dengan Allah (hablun minallah) dan secara horizontal membangun hubungan sosial yang baik (hablun minnannas). Dengan begitu, terbentuklah garis plus tanda positif (+) dari persinggungan antara yang vertikal dan horizontal.

Sedangkan Idulfitri , menurut Muhammad Saiyid Mahadhir, Lc MAg dalam "Bekal Ramadhan dan Idul Fithri (6): Idul Fithri" merupakan gabungan dua kata id (عيد ) dan fithr (فطر ). Id itu pada asalnya pecahan dari kata al-aud berarti kembali yang juga bisa berarti berulang karena terjadinya bukan hanya sekali tapi berulang-ulang, sedangkan kata fithr berarti makan atau berbuka.

Sehingga gabungan dari dua kata ini berarti kembali makan atau kembali berbuka setelah satu bulan lamanya berpuasa di bulan ramadhan. Walaupun ada sebagian orang yang memaknainya dengan kembali fitrah (suci) atas dasar bahwa fithr diartikan dengan fitrah. Hal demikian boleh juga dibenarkan sebagai doa dan harapan yang dijanjikan oleh Allah swt melalui sabda baginda Rasulullah SAW.

Abi Hurairah meriwayatkan, bahwa Nabi bersabda:

الصَّوْمُ يَوْمَ تَصُومُونَ وَالْفِطْرُ يَوْمَ تُفْطِرُونَ وَالْأَضْحَى يَوْمَ تُضَحّ


‘Shaum/puasa itu ialah pada hari kamu berpuasa, dan Fithri itu ialah pada hari kamu berbuka. Dan Adha itu ialah pada hari kamu menyembelih hewan’.” (Hadits Shahih Riwayat At-Tirmidzi)

Anas bin Malik, dia berkata, “ Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam datang ke Madinah, sedangkan penduduk Madinah mempunyai dua hari raya yang selalu mereka rayakan.

Beliau bertanya, “Dua hari raya apakah ini?" Mereka menjawab “Kami merayakannya pada masa jahiliyah.’ Beliau bersabda, ‘Allah telah mengganti dua hari raya ini dengan yang lebih baik dari keduanya, yaitu ‘Idul Adlha dan ‘Idul Fithri.” (HR. Abu Dawud, No:1134, An Nasa’I No:1557, Ahmad 3/103,178,235,250.)

Begini Niat dan Tata Cara Mandi Idulfitri sebelum Salat Id

Begini Niat dan Tata Cara Mandi Idulfitri sebelum Salat Id

Niat dan tata cara mandi Idulfitri merupakan amalan sunnah untuk membersihkan dan menyucikan badan dari kotoran maupun najis yang menempel di anggota badan. Niat ini dibaca saat melaksanakan mandi sebelum berangkat salat Idulfitri ke masjid, musala atau tanah lapang.

Mandi Hari Raya Idulfitri ini sama seperti mandi besar pada umumnya, namun yang membedakan hanya niat. Berikut niat mandi Hari Raya Idulfitri :


نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِيَوْمِ عِيْدِ الْفِطْرِ سُنَّةً ِللهِ تَعَالَى


Nawaitul ghusla liyaumi 'iidil Fithri sumbatan Lillahi Ta'aalaa. Artinya: 'Saya niat mandi pada hari Raya Idul Fitri Sunnah karena Allah Taala'

Dalil tentang mandi Idulfitri adalah atsar yang dilakukan Abdullah bin Umar

أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ كَانَ يَغْتَسِلُ يَوْمَ الْفِطْرِ قَبْلَ أَنْ يَغْدُوَ إِلَى الْمُصَلَّى


Bahwa Abdullah Ibnu Umar ibnu Khattab radhiyallahu'anhu mandi pada hari raya Idulfitri sebelum berangkat salat. Dasar ini memang tidak langsung dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, namun dari praktik sahabat Nabi. Namun Imam An Nawawi mengomentari bahwa atsar di atas adalah atsar yang sahih, sebagaimana tercantum dalam Al-Majmu' Syarah Al-Muhadzdzab.

Sedangkan hadis yang menyebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mandi pada dua hari raya, oleh sebagian ulama dikatakan sebagai hadits yang lemah. Dari Ibnu Abbas radhiyallahu'anhu berkata bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mandi pada hari Idul Fithri dan Idul Adha. (HR. Ibnu Hibban).

Baca Juga: Malam Takbiran Malam Mustajab, Jangan Lupa Amalkan Doa Ini!

Tata Cara Mandi Hari Raya Idulfitri

Sedangkan tata cara mandi Idulfitri sama seperti mandi wajib pada umumnya yang membedakan hanya pada bacaan niat. Berikut urutannya:

1. Niat Membaca niat saat menyiramkan anggota tubuh dari kepala sampai ujung kaki

نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِيَوْمِ عِيْدِ الْفِطْرِ سُنَّةً ِللهِ تَعَالَى


Nawaitul ghusla liyaumi 'iidil Fithri sumbatan Lillahi Ta'aalaa. Artinya: Saya niat mandi pada hari Raya Idulfitri Sunnah karena Allah Taala

2. Mencuci kedua telapak tangan dengan memasukkan jari-jari ke air.
3. Membasuh kemaluan
4. Berwudhu
5. Menggosokkan jari-jari ke kulit kepala dan menyiramkannya ke atas kepala sampai kaki sebanyak tiga kali.
6. Menggosok anggota badan yakni tangan dan kaki dengan diawali bagian kanan terlebih dulu.
7. Pastikan semua anggota tubuh sudah dibasahi.

Tata cara mandi Idulfitri sama dengan tata cara mandi junub tersebut sesuai hadis Nabi Shallallahu alaihi wa sallam :

عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا اغْتَسَلَ مِنْ الْجَنَابَةِ بَدَأَ فَغَسَلَ يَدَيْهِ ثُمَّ يَتَوَضَّأُ كَمَا يَتَوَضَّأُ لِلصَّلَاةِ ثُمَّ يُدْخِلُ أَصَابِعَهُ فِي الْمَاءِ فَيُخَلِّلُ بِهَا أُصُولَ شَعَرِهِ ثُمَّ يَصُبُّ عَلَى رَأْسِهِ ثَلَاثَ غُرَفٍ بِيَدَيْهِ ثُمَّ يُفِيضُ الْمَاءَ عَلَى جِلْدِهِ كُلِّهِ


Dari Aisyah istri Nabi shallallahu alaihi wasallam, bahwa jika Nabi shallallahu alaihi wasallam mandi karena janabat, beliau memulainya dengan mencuci kedua telapak tangannya, kemudian berwudlu sebagaimana wudlu untuk salat, kemudian memasukkan jari-jarinya ke dalam air lalu menggosokkannya ke kulit kepalanya, kemudian menyiramkan air ke atas kepalanya dengan cidukan kedua telapak tangannya sebanyak tiga kali, kemudian beliau mengalirkan air ke seluruh kulitnya." (HR. Bukhari) (No. 248 Fathul Bari. Shahih)

Begini Bacaan Niat dan Tata Cara Mendirikan Salat Idulfitri

Begini Bacaan Niat dan Tata Cara Mendirikan Salat Idulfitri

Bacaan niat salat Idulfitri dapat dilakukan dalam hati sebelum melaksanakan salat Ied. Bagaimana lafaz niat salat Idulfitri ini dalam bahasa Arab dan terjemahannya? Sebenarnya, di dalam hadis, tidak dijumpai bagaimana lafaz niat salat Idulfitri ini. Karena Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabat biasa mengerjakan ibadah dengan niat tanpa dilafazkan.

Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam kitabnya Fiqih Islam wa Adillatuhu menjelaskan, semua ulama sepakat bahwa tempat niat adalah hati. Melafazkan niat bukanlah syarat, namun menurut jumhur ulama hukumnya sunnah karena membantu hati dalam menghadirkan niat. Baca Juga Bacaan Bilal Salat Idul Fitri, Tidak Ada Azan dan Ikamah.

Baca Juga: 5 Contoh Khotbah Idulfitri 2025, Bisa Jadi Referensi dan Sumber Ilmu

Sedangkan menurut mazhab Maliki, yang terbaik adalah tidak melafadzkan niat karena tidak bersumber dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Berikut ini lafadz niat salat Idulfitri yang biasa dipraktikkan dan diajarkan sejumlah ulama:

Lafaz niat salat Idulfitri sebagai makmum

اُصَلِّى سُنَّةً عِيْدِ الْفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ مَأْمُوْمًا للهِ تَعَالَى


Usholli sunnatan ‘iidil fithri rok’ataini ma’muuman lillaahi ta’aalaa

Artinya: Saya niat salat sunnah idul fitri dua raka’at sebagai ma’mum karena Allah Ta’ala

Lafaz niat salat Idulfitri sebagai Imam

اُصَلِّى سُنَّةً عِيْدِ الْفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ إِمَامًا للهِ تَعَالَى


Usholli sunnatan ‘iidil fithri rok’ataini imaaman lillaahi ta’aalaa
Artinya: Saya niat salat sunnah Idulfitri dua raka’at sebagai imam karena Allah Ta’ala


Tata Cara Salat Idulfitri


Salat Idulfitri bisa dilaksanakan secara berjamaah ataupun sendiri sebanyak 2 rakaat dengan takbir sebanyak tujuh kali di rakaat pertama dan lima kali pada rakaat kedua.

Berikut ini adalah tata cara salat Idulfitri.

1. Membaca Niat Salat Idulfitri

أُصَلِّي سُنَّةً لعِيْدِ اْلفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ (مَأْمُوْمًا/إِمَامًا) لِلّٰهِ تَعَــالَى


Ushallî sunnatan li 'îdil fithri rak'ataini (ma'mûman) lillahi ta'ala

Artinya: "Saya niat salat sunnah Idul Fitri dua rakaat (menjadi makmum/imam) karena Allah ta'ala"

2. Melakukan Takbiratul Ihram
3. Membaca Doa Iftitah
4. Takbir Sebanyak 7 kali (Rakaat Pertama)
Setelah takbiratul ihram dan membaca doa iftitah, selanjutnya melakukan takbir sebanyak tujuh kali. Di sela-sela setiap takbir dianjurkan untuk membaca:

اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا


Allaahu akbar kabiraa walhamdulillaahi katsiiraa, wa subhaanallaahi bukratan wa'ashiilaa"

Artinya: "Allah Maha Besar dengan segala kebesaran, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, Maha Suci Allah, baik waktu pagi dan petang"

Atau bisa juga membaca tasbih berikut ini:

سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ وَلاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ


Subhanallah walhamdulillah wala ilaaha illallahu wallahu akbar wala haulawala quwwata illa billahil 'aliyyil 'adzim

Artinya: "Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada tuhan selain Allah, Allah maha besar."

5. Membaca Al-Fatihah dan Surat Pendek
Setelah takbir sebanyak tujuh kali, rukun selanjutnya adalah membaca Al-Fatihah dilanjutkan dengan bacaan surat pendek seperti salat fardhu dan sunah umumnya. Pada salat Id rakaat pertama dianjurkan untuk membaca Surat Al-A'la.

6. Ruku' Hingga Berdiri Lagi
Rukun selanjutnya setelah selesai membaca surat pendek sama seperti pelaksanaan salat fardhu dan sunah lainnya. Salat dilanjutkan dengan ruku', sujud, duduk di antara dua sujud, dan seterusnya hingga berdiri untuk rakaat kedua. Untuk bacaannya pun sama seperti bacaan salat biasanya.

7. Takbir Lima Kali (Rakaat Kedua)
Pada rakaat kedua, melakukan takbir sebanyak lima kali. Bacaan yang dilafalkan di sela-sela takbir sama seperti pada rakaat pertama.

8. Mengulangi Rukun Seperti Rakaat Pertama
Setelah melakukan takbir sebanyak lima kali, rukun salat Id selanjutnya sama seperti pada rakaat pertama mulai dari membaca al-Fatihah, ruku', sujud, hingga salam. Pada rakaat kedua, disarankan untuk membaca Surat urat al-Ghâsyiyah.
Author
Andryanto Wisnuwidodo