Mencari Solusi Mengurai Kemacetan Parah di Kawasan Puncak
Mencari Solusi Mengurai Kemacetan Parah di Kawasan Puncak
Eko Edhi Caroko
Selasa, 24 September 2024, 10:42 WIB

Hampir setiap pekan atau libur panjang Kawasan Puncak Bogor selalu mengalami macet total. Perlu solusi kongkrit  agar  persoalan ini tidak terulang kembali. 

Wajah Baru sekaligus Tantangan Baru Puncak

Wajah Baru sekaligus Tantangan Baru Puncak

" Wargiii..... Puncak Bogor sekarang punya wajah baru lho... yang pasti jauhh lebih sejuk, hijau dan asri......,;;
Narasi yang dibagikan akun Instagram @kabupaten.bogor untuk menyertai video yang diunggahnya tentu untuk menarik minat masyarakat mengalihkan pandangannya ke kawasan Puncak dan mengunjunginya untuk menghabiskan akhir pekan atau liburan panjang.

Bentuk promosi yang disampaikan lewat sosmed pada medio September ini memang begitu memikat. Selain menggunakan narasi provokatif, video yang ditampilkan dengan tajuk ‘Wajah Wisata Puncak Bogor’ mampu memancing rasa penasaran.

Dimulai dengan berita penggusuran lapak pedagang kaki lima (PKL) yang selama ini menguasai wilayah sepanjang jalan Puncak, penonton disuguhi wajah baru wilayah Gunung Mas yang menjadi tempat relokasi PKL dan tempat parkir tertata rapi dan indah, pemandangan pegunungan dengan latar perkebunan teh nan menyejukkan mata yang sangat cocok untuk background selfie, serta sejumlah destinasi wisata petualangan yang menantang.

Baca Juga : Merespons Macet Parah di Jalur Puncak saat Long Weekend, Sandiaga Uno Siapkan Solusi Ini


Dalam diskripsinya, Pemkab Bogor menggambarkan bahwa Puncak bukan hanya destinasi favorit para petualang, tetapi juga tempat yang sempurna untuk menghabiskan waktu bersama keluarga. Dikatakan, udara sejuk dan pemandangan alam yang indah sangat cocok untuk bersantai dan bermain bersama anak-anak. Selain itu, Puncak juga menawarkan berbagai amcam wahana permainan seru seperti taman bermain, outbound, ATV, kebun binatang, museum, dan pusat oleh-oleh.

Siapa yang tidak tertarik untuk mendatanginya? Apalagi dengan wajah baru Puncak yang disuguhkan, siapa yang tidak penasaran untuk melihatnya secara langsung dan merasakan sensasi keindahannya? Barangkali inilah yang menggerakkan para wisatawan, terutama dari wilayah Jabodetabek pada akhir pekan lalu yang beriringan dengan libur panjang memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.

Wajah Baru sekaligus Tantangan Baru Puncak

Satlantas Polres Bogor mencatat sekitar 150.000 kendaraan mulai dari roda dua hingga roda enam melintas di jalur wisata Puncak selama 24 jam pada hari Minggu (15/9/2024). Tingginya volume kendaraan yang naik serta turun secara bersamaan, plus sulitnya mengatur disiplin pengendara, memicu kemacetan horor pada Minggu siang hingga malam. Diperkirakan kemacetan berlangsung 17 jam!

Bayangkan siapa sanggup terjebak kemacetan dalam tempo begitu lama. Bagaimana jika pengemudi sudah tidak bisa menahan capek dan kantuk? Bagaimana bila wisatawan tidak bisa menahan buang air dalam kondisi terjebak macet total di kawasan pegunungan? Bahkan di tengah kondisi carut-marut tersebut, seorang wanita bernama NM meninggal dunia saat akan pulang usai berwisata dari Agrowisata Gunung Mas, Cisarua pada Minggu, 15.

Kemacetan Puncak memang sudah menjadi tradisi yang dimahfumi masyarakat setempat. Namun, bila terus dibiarkan dan skala kemacetan semakin meningkat karena tingginya antusiasme masyarakat, dampaknya bukan hanya dirasakan wisatawan itu sendiri, dan ujungnya merusak citra Puncak sebagai destinasi wisata favorit.

Menteri Pariwisata Sandiaga Uno dalam The Weekly Brief with Sandi Uno di kantor Kemenparekraf, Jakarta Pusat (17/09) mengidentifikasi kerugian juga ditanggung pengelola wisata di Puncak karena justru mengalami penurunan kunjungan secara drastis, dan pelaku UMKM di sepanjang jalan tersebut.Disebutkan, beberapa pengelola melaporkan bahwa kunjungan yang biasanya mencapai 6.000-8.000 orang, turun menjadi sekitar 800 orang karena terjebak macet.

Atas kondisi tersebut, pemerintah pusat bersama pemerintah daerah harus segera mencari solusi persoalan tersebut. Sandiaga mengusulkan kereta gantung (cable car) sebagai salah satu opsi transportasi menuju Puncak sekaligus solusi kemacetan. Namun, usulan cable car atau penyediaan transportasi massal bersifat jangka panjang dan akan memakan waktu bertahun-tahun. Sementara kemacetan sudah pasti terjadi tiap akhir pekan maupun libur panjang.

 
Kereta gantung (cable car) sebagai salah satu opsi transportasi menuju Puncak sekaligus solusi kemacetan

Menteri Pariwisata Sandiaga Uno


Karena itulah, pemerintah pusat dengan dibantu pemkab maupun pemprov, serta kepolisian, harus segera mencari solusi komprehensif dan berkelanjutan, baik bersifat jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang. Jangan sampai ke depan terjadi ekskalasi kemacetan dengan kondisi dan dampak jauh lebih parah dan susah diurai dan dicarikan jalan keluar.

Pengaturan lalu lintas buka tutup, penertiban PKL di sepanjang jalan Puncak, pembuatan parkir di Gunung Mas yang selama ini sudah diaplikasikan terbukti tidak mampu mengatasi horor macet. Opsi tambahan yang patut dipertimbangkan antara lain pemberlakuan pembatasan kendaraan, pemanfaatan teknologi informasi untuk mengendalikan volume arus wisatawan, dan sosialisasi destinasi wisata di luar Puncak yang bisa menjadi alternatif menghabiskan liburan seperti Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Lido atau kawasan selatan Sukabumi .

Selain itu, rencana pembangunan atau pelebaran jalan yang diorientasikan sebagai jalur alternatif Puncak 2 atau Poros Tengah Timur (PTT) yang mengambil rute Sentul menuju Cipanas, Cianjur harus segera ditindaklanjut secara kongkrit. Sangat disayangkan proyek krusial yang telah digagas sejak era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan ditetapkan dalam bentuk instruksi presiden pada 2010, hingga kini tidak jelas jluntrungnya. Melihat fakta demikian, tak heran jika Bupati Cianjur Herman Suherman pasca-horor macet menagih realisasi proyek jalan sepanjang 47 km tersebut.

Sebagai kawasan aglomerasi, termasuk di dalamnya Cianjur, rencana pembangunan jalan tol Puncak yang menghubungkan Puncak ke Cianjur perlu dikongkritkan. Apalagi Presiden Joko Widodo telah mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2023 tentang Percepatan Peningkatan Konektivitas Jalan Daerah urgen ditindaklanjuti. Langkah ini bukan sekadar untuk menyelesaikan kemacetan Puncak, tapi menjadi bagian penataan kawasan Puncak sebagai bagian integral wilayah Jabodetabek.

Baca Juga : Horor Macet di Jalur Puncak Bogor pada Minggu Terungkap, Ini Penyebabnya

Melihat berbagai opsi maupun rencana yang sudah, sebenarnya kemacetan tidak perlu terjadi, apalagi sampai berskala horor. Namun jika ditelusuri, problem utamanya adalah bagaimana opsi maupun rencana tersebut diimplementasikan secara serius. Ketidakjelasan pembangunan jalur alternatif Puncak 2 menjadi bukti ketidak-konsistenan dan ketidak-seriusan pemerintah untuk mengatasi kemacetan yang sudah berlangsung puluhan tahun dan mengantisipasi tantangan kemacetan lebih besar di masa mendatang seiring semakin tingginya animo masyarakat berwisata, termasuk ke Puncak.(alex aji s)

Kawasa Puncak Masih Jadi Favorit Wisatawan Asal Jakarta


Kawasa Puncak Masih Jadi Favorit Wisatawan Asal Jakarta

Meskipun kerap didera kemacetan, namun kawasan puncak masih menjadi favorit warga Jakarta untuk meghabiskan akhir pekan bersama keluarga. Ahmad Feryadi salah satunya. Warga jalan Jatayu Kebayoran Lama Jakarta Selatan ini memilih berjibaku dengan kemacetan untuk sekadar merasakan suasana segar dan dinginnya pegunungan. “Macet suda biasa di puncak. Justru sekarang lebih lancar karena warung-warung di pinggir jalan suda banyak yang dibongkar,”ungkapnya kepada SINDOnews.
Ahmad pun menilai, kemacetan parah dua pekan silam haya bersifat kasuistis. “Mungkin karena nasyarakat penasaran ingin melihat kondisi puncak seperti apa sekarang, sehingga macet parah. Sebelumnya tak pernah seperti itu karena ada ganjil genap,”urainya.

Kawasan yang berada di dua kabupaten yakni Bogor dan Cianjur itu memang menyuguhkan beragam fasilitas. Tak sekadar kawasan rekerasi bernuansa alam, tetapi juga tempat un tuk dihelatnya berbagai kegiatan kantor seperti meeting dan outbound.
Pemerintah Kabupaten Bogor sejak Juni 2024 silam melakukan penertiban bangunan liar yang dibangun di bahu jalan. Ratusan kios pedagang kaki lima (pkl) dibongkar. Ratusan lapak bangunan pedagang yang dibongkar itu tersebar di tiga desa, yakni Desa Batu layang, Tugu Selatan, Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor.
Kawasa puncak pun kembali asri. Deretan kebun teh kini menjadi pemandangan baru bagi wisatawan yang melintas di kawasan puncak. “Mungkin itu yang mendorong masyarakat berwisata ke puncak sehingga terjadi macet parah dua pekan lalu,”imbuh Ahmas.

 
Berangkat Sabtu sebelum jam enam pagi. Pulang Senin dinihari, saya tak pernah terjebak macet di jam-jam itu

Eka Cahayani, Warga Puri Bintaro


Senada dengan Ahmad, Eka Cahayani, warga Puri Bintaro mengaku sebulan sekali melakukan wisata ke puncak. “Suasananya sejuk, segar. Anak-anak saya betah,”ungkapnya. Dia pun memberikan tips untuk wisatawan agar terhindar dari kemacetan. “Berangkat Sabtu sebelum jam enam pagi. Pulang Senin dinihari, saya tak pernah terjebak macet di jam-jam itu,”katanya.
Salah satu lokasi favorit anak-anaknya, lanjut Eka, adalah Little Venice yang merupakan danau buatan yang dirancang dengan arsitektur semirip mungkin layaknya Kota Venesia di Italia.

Di kawasan ini pengunjung bisa merasakan berbagai permainan, dari sepeda untuk anak-anak sampai gondola dan perahu yang bisa di dayung sendiri. Ada pula jasa pendayungan sehingga wisatawan bisa duduk santai menikmati pemandangan layaknya di Italia.“Ada lagi taman Sakura. Jadi tak perlu jauh-jauh ke Jepang,”katanya.

Baca Juga : 15 Rekomendasi Tempat Nongkrong Estetik di Puncak, Banyak Spot Cantik

Pohon dengan bunga berwarna pink ini sejatinya sudah ditanam sejak tahun 1971. Sekitar 435 pohon bunga sakura berbunga dua kali setahun. Wisatawan bisa menikmati pemandangan Gunung Gede-Pangrango dari kawasan Kebun Raya Cibodas.

Jika di Jepang bunga sakura hanya bermekaran sekali setahun tiap musim semi, di puncak, Bogor, bunga Sakura mekar 2 kali setahun. Yakni di bulan Januari-Februari dan Juli Agustus. Ada pula wisata pinus seperti di pulau Nami di Korea Selatan. Berads di ketinggian 800 meter di atas permukaan laut, Taman Wisata Alam Gunung Pancar menyuguhkan suasana hutan pinus yang rapih dan menjulang tinggi sehingga memberi kesan dramatis sekaligus romantis. “Banhak lokasi yang sudah saya kunjubgi. Suami saya suka dengan lokasi yang tenang seperti Gunubg Pancar itu,”kata Eka.

Berdasarkan data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, jumlah wisatawan khususnya wisatawan domestik yang berkunjung ke Kabupaten Bogor sepanjang tahun 2023 mencapai 10,6 juta wisatawan. Sedangkan untuk wisatawan mancanegara mencapai 500 ribu wisatawan. Hingga akhir 2024, jumlah wisatawan ditargetkan menembus 12 juta orang.

Pemerintah Kabupaten Bogor kini masif membantu promosi destinasi-destinasi wisata baru, khususnya di Kawasan Wisata Puncak, Cisarua.Peningkatan target kunjungan wisata di Kabupaten Bogor dilakukan dilakukan bertahap setelah pandemi COVID-19 sudah mereda pada 2021. Meningkatnya jumlah kunjungan wisata di Kabupaten Bogor, kata dia, terjadi sejak 2021, setelah anjlok secara drastis pada 2020 akibat pandemi.

Meningkatnya kunjungan wisatawan ke Kabupaten Bogor setiap tahunnya menjadi bukti bahwa Kabupaten Bogor masih menjadi primadona di dunia pariwisata. Pemkab Bogor pun terus melakukan pembenahan serta menginventarisir objek-objek wisata untuk meningkatkan pelayanan pariwisata di Kabupaten Bogor.

Baca Juga : Puncak Bogor Kembali Dipenuhi PKL yang Buka Lapak Dadakan Pakai Kendaraan usai Ditertibkan

Agar masyarakat terhindar dari kemacetan dan bisa menikmati berwisata dengan tenang, Kepala Dispudbar Kabupaten Bogor Yudi Santosa mengimbau masyarakat untuk mengeksplorasi destinasi wisata lain di Kabupaten Bogor. Misalnya kawasan Sentul, Lido, dan Sukamakmur. “Kabupaten Bogor bukan hanya Puncak,”tegasnya.

Sedangkan Staf Ahli Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Bidang Manajemen Krisis Fadjar Hutomo mengatakan sedang menyiapkan opsi strategi guna memitigasi kemacetan saat libur panjang di Puncak.

Strategi tersebut berupa membagi beban wisata, menyiapkan moda transportasi alternatif, serta peningkatan kapasitas jalan. Opsi yang mungkin bisa dilakukan untuk itu termasuk juga membagi beban, artinya atraksinya disebar tidak hanya di satu titik saja. (Anton C)

Seharian Menembus Macet dari Cibodas Sampai Cisarua

Seharian Menembus Macet dari Cibodas Sampai Cisarua

CUACA dingin Senin (16/9/2024) dini hari itu mencucuk hingga ke tulang. Irawan (47) hanya duduk terdiam di dalam angkot yang ditumpanginya. Pikirannya menerawang jauh, antara pasrah dan galau setelah lebih 15 jam ia terjebak kemacetan parah di jalur Puncak, Bogor, persisnya di Puncak Pass. Sementara dua anaknya, Aisyah (14) dan Haidar (11) telah tertidur pulas di kursi angkot berbantal tas tanpa selimut.

Berselang dua jam, mesin angkot yang tadinya dimatikan sopir tiba-tiba dinyalakan. Pun kendaraan lainnya yang lama tertahan, perlahan bergerak merayap. Namun tak sampai 10 menit laju kendaraan kembali tersendat dan berhenti total seperti sedia kala. Ini terjadi setelah dari arah berlawanan muncul bus berukuran besar yang memaksa membelah kemacetan dari sisi sebelah kanan jalan.

Minggu (15/9/2024) siang sampai Senin (16/9/2024) pagi, horor macet terjadi di jalan raya menuju destinasi wisata puncak, mulai dari simpang Gadog sampai Cipanas. Di jalanan yang masih basah setelah diguyur hujan dari sore hingga malam, ratusan kendaraan terjebak kemacetan parah, bahkan mesinnya terpaksa dimatikan dan parkir di badan jalan. Sesekali bising suara sepeda motor melintas di celah jalan yang makin menyempit.

 
Saya sering terjebak macet di puncak. Tapi macet sekali ini yang paling parah. Ada 18 jam lebih saya dalam mobil

Thio Warga Bekasi, Jawa Barat


Sekitar pukul 07.00 WIB, kemacetan dari arah Puncak Pass sampai Perkebunan Gunung Mas mulai sedikit terurai. Satu persatu kendaraan yang menuju ke arah bawah (Cisarua) perlahan bergerak mesti sesekali masih terhenti. Dari sejumlah kendaraan yang berhenti dan parkir di pinggir jalan tadi, tetiba puluhan orang nampak keluar dan bergegas menuju rerimbunan kebun teh.

Tanpa dikomando, para pria dari puluhan orang tadi berjejer menyelinap di pohon teh hingga hanya terlihat separuh badan sampai kepala. Sementara yang perempuan, mulai dari anak-anak sampai emak-emak mengambil posisi jongkok, sembunyi di balik pohon teh. “Pantesan pohon teh pada subur, dikencingi ramai-ramai begini,” celetuk seorang bapak yang disambut geer bapak-bapak lainnya.

“Ya mau gimana lagi. Sejak dari tadi malam terjebak macet dan terpaksa nahan kencing. Ketemu kebun teh, ya langsung kencing,” ujar bapak tua berpeci sambil senyum-senyum dan terlihat bernafas lega.

“Saya sering terjebak macet di puncak. Tapi macet sekali ini yang paling parah. Ada 18 jam lebih saya dalam mobil,” tutur seorang pria yang diketahui bernama Thio (40) warga Bekasi, Jawa Barat.

Baca Juga : Horor Macet di Jalur Puncak Bogor pada Minggu Terungkap, Ini Penyebabnya

Thio bercerita, sebelum terjebak kemacetan pada Senin (16/9/2024) pagi, ia bersama istri dan anaknya yang baru pulang camping dari kawasan Gunung Gede, Cibodas pada Minggu (15/9/2024) siang, menumpang angkutan umum jurusan Cipanas-Bogor dari simpang Cibodas. Mulanya, laju mobil elf yang mereka tumpangi lancar tanpa kendala berarti. Kemacetan mulai terasa saat mobil elf memasuki daerah Ciloto, bahkan beberapa angkot dan kendaraan pribadi berputar arah kembali menuju Cipanas.

“Saya sama keluarga ya tetap dalam mobil elf, namanya juga kita penumpang jadi tergantung sopir. Lagian juga waktu terjadi macet, tak banyak pilihan. Beberapa kali pesan ojek online biar keluar dari kemacetan dan lewat jalan kampung, ojek onlinenya minta di-cancel karena katanya jalan kampung juga macet. Akhirnya terpaksa bertahan dalam mobil,” ujar Thio.

Kemacetan bertambah parah saat sore harinya turun hujan deras. Mobil elf yang ditumpangi Thio dan kendaraan lainnya yang terjebak kemacetan akhirnya menepi dan parkir di pinggir jalan. Bersama penumpang lainnya, Thio dan keluarganya yang tertahan di daerah Ciloto berteduh di sebuah warung kopi, sekadar memesan Indomie dan ngopi sembari menunggu hujan reda.

Baca Juga : Macet Horor di Puncak, Jasa Marga Catat 42 ribu Kendaraan Menuju Sukabumi

Sekitar pukul 21.00 WIB, hujan mulai reda, namun kemacetan tetap saja belum terurai dan kendaraan tetap tak bisa melaju. Berselang satu jam, barulah kemacetan sedikit longgar dan kendaraan mulai bergerak kendati harus merayap perlahan.
Padatnya kendaraan ditambah jalanan menanjak dan basah akibat diguyur hujan membuat kendaraan meski ekstra hati-hati. Tak jarang ada beberapa kendaraan yang terpaksa didorong karena mogok akibat kehabisan bensin, bahkan di antaranya mengeluarkan asap.

“Ini mungkin ring piston dan pistonnya sudah aus, jadi kompresinya bocor dan masuk ke mesin,” kata Yusuf (26) yang tengah mendorong motor matic-nya.

Sebenarnya, di situasi normal jarak berkendara dari Ciloto menuju Puncak Pass tak sampai 20 menit. Namun karena macet jarak tempuh menjadi 2 jam lamanya. Kemacetan paling parah dan paling terasa saat kendaraan menumpuk di sepanjang jalur Puncak Pass sampai area Gunung Mas. Di sepanjang rute ini pengendara hanya bisa pasrah dan memarkirkan kendaraannya begitu saja di pinggir jalan. Ini lantaran tak ada sama sekali spice untuk bisa parkir kendaraan.

Meski di sepanjang area puncak Pass sampai perkebunan Gunung Mas ada bahu jalan yang dulunya biasa dipakai masyarakat untuk berjualan, namun sejak adanya penertiban bahu jalan dipasangi pagar kawat dan tali pembatas serta rambu-rambu peringatan dilarang berjualan dan parkir. Akibatnya, kendaraan terpaksa parkir di pinggir jalan, membuat badan jalan makin menyempit dan menutup laju kendaraan.

“Kalau dulu kan banyak warung, bisalah mampir untuk sekadar ngopi-ngopi dan makan mie. Kendaraan juga masih bisa parkir walau di sela kebun teh. Kalau sekarang kan tidak ada lagi warung, mau parkir juga tidak ada tempat parkir,” keluh Hasan (56) warga Jakarta yang terjebak macet di Masjid Attaun.

Hasan mengusulkan, jika memang harus dilakukan penertiban, mestinya pemerintah setempat bersama pihak terkait lainnya juga harus memikirkan kebutuhan pengunjung di sepanjang jalur atau rute wisata menuju Puncak. “Apalagi saat macet begini, semestinya di pinggir jalan dan titik-titik yang rawan macet disediakan pos atau sarana publik seperti toilet, musala atau tempat-tempat untuk beristirahat,” katanya.

Selain petugas kepolisian dan perhubungan yang mengurai kemacetan, menurut dia sebaiknya disiagakan juga relawan atau volunteer yang bisa membantu masyarakat yang sewaktu-waktu terjebak kemacetan.

“Sepanjang jalur Puncak, mulai Simpang Gadog sampai Cipanas, ini kan mestinya jadi satu kesatuan, istilahnya jadi wisata terpadu. Jadi semua pihak mestinya bersatu padu mengatasi persoalan di sini, jangan cari selamat sendiri-sendiri,” pungkasnya. (Hendri)

Banyak Wacana, Nol Realita

Banyak Wacana, Nol Realita

Macet di kawasan Puncak adalah fenomena lama. Predikatnya sebagai kawasan wisata membuat daerah ini tak henti jadi jujugan pelancong. Tak hanya di saat macet parah yang melanda pada Minggu (15/9/2024), jauh sebelum itu, Puncak hakikatnya sudah jadi primadona sejak zaman Belanda. Tepatnya, setelah jalur ini dibuka oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda Willem Daendels. Puncak kala itu masuk dalam rute utama jalur pos (De Grote Postweg) yang menghubungkan antara Bogor (Buitenzorg) dengan Karangsembung Cirebon. Dari Cirebon, jalur ini bisa tersambung ke timur seperti Semarang atau Surabaya. Sedang jika ke barat, jalur ini bisa tembus hingga Anyer.

Khusus jalur Buitenzorg-Karangsembung, seperti tertulis dalam buku Pengantar Kajian Sejarah Ekonomi Perkotaan Indonesia karya Purnawan Basundoro, pembangunannya dimulai pada 1 Mei 1808. Hasilnya, jalur puncak kian mengundang decak kagum. Jalannya yang mulus plus pemandangannya yang indah membuat daerah ini kian memikat. Pun bagi orang-orang Belanda.

Namun keindahan Puncak kini seolah sirna. Macet lalu lintas di kawasan Puncak yang rutin menghampiri tiap libur panjang membuat orang dibuat kecewa. Yang semakin membuat jengah, meski kemacetan kian hari kian merajalela, namun hingga hari ini belum ada solusi nyata.

Tidak tahu apa musabab penanganan lalu lintas di Puncak ini seolah tak pernah mencapai muara. Padahal sejak macet mulai menghinggapi Puncak, ada banyak opsi solusi yang sudah disiapkan rapi. Mulai pembukaan Jalur Puncak II, Tol Bogor-Cianjur, pembatasan kendaraan hingga kereta gantung (cable car).

 
Pihaknya sangat berharap pemerintah pusat turun tangan agar penyelesaian Jalur Puncak II ini segera tuntas

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur Asep Suparman



Opsi Jalur Puncak II ini sudah mengemuka lebih dari satu dasawarsa silam. Jalur Puncak II memiliki bentang jalan 62,8 kilometer (km). Rinciannya, 48,7 km berada di Kabupaten Bogor dan 18,5 km berada di wilayah Cianjur. Dari 18,5 km tersebut, 15,5 km menghubungkan Desa Warga Jaya, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor dan Green Canyon di perbatasan Karawang. Meski dikonsep matang, jalur ini juga belum sepenuhnya bisa digunakan. Bahkan terkesan jalur ini mangkrak tak terurus. Jika musim hujan, kubangan air terlihat di mana-mana. Warga pun enggan menggunakan jalur alternatif ini karena rawan terjebak jalan berlubang dan terperosok.

Padahal Pemkab Cianjur yang pada 2024 ini menargetkan 2,4 juta wisatawan, sangat berharap jalur ini bisa beroperasi. Bahkan untuk mempercepat Jalur Puncak II, Pemkab Cianjur telah memoles mulus jalan sepanjang 18 km di Desa Batulawang, Kecamatan Cipanas. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur Asep Suparman dalam suatu kesempatan mengatakan, pihaknya sangat berharap pemerintah pusat turun tangan agar penyelesaian Jalur Puncak II ini segera tuntas. Tiap akhir pekan, pihaknya mencatat ada 200 ribu wisatawan berkunjung ke Cianjur. Jumlah ini diyakini akan melonjak dua kali lipat jika ada jalur ke Cianjur yang lebih nyaman tanpa bermacet-macetan di kawasan Puncak Bogor.

Baca Juga : Atasi Kemacetan, Pembangunan Jalur Puncak 2 Segera Diwujudkan

Terobosan lain berupa Tol Puncak-Cianjur juga terkesan maju mundur. Padahal proyek ini sudah dikuatkan dengan regulasi Instruksi Presiden Nomor 3 tentang Percepatan Peningkatan Konektivitas Jalan Daerah untuk Menata Kawasan Puncak. Selain soal tol, regulasi ini juga mengatur tentang proyek Jalur Puncak II. Dari rencananya, jalur ini rutenya meliputi Kecamatan Caringin, Megamendung di Kabupaten Bogor hingga keluar di Kabupaten Cianjur.

Bahkan seperti pernah diungkapkan oleh Ridwan Kamil kala masih menjabat Gubernur Jawa Barat, setelah dari Cianjur, jalan tol ini bisa tersambung ke Padalarang. "Nanti bisa disambung oleh Tol Cigatas ke Garut-Tasik-Ciamis-Banjar-Pangandaran, yang sedang dalam proses pembebasan lahan," katanya optimistis. Meski begitu meyakinkan, namun progres pembangunan proyek ini juga tak kelihatan nyata.

Rencananya, Tol Puncak-Cianjur dibagi dalam lima seksi. Untuk Seksi I sepanjang 11,6 km, seksi II sepanjang 6,9 km, seksi III sepanjang 9,7 km, seksi IV sepanjang 7,3 km, dan seksi V sepanjang 16,3 km.

Pembatasan kendaraan juga pernah menjadi opsi penanganan macet di Puncak. Pembatasan ini beralasan. Sebab setiap jam, jalur puncak idealnya dipakai maksimal 1.500 hingga 2.000 kendaraan. Namun kala liburan termasuk saat macet parah pada 15 September lalu, jumlah kendaraan diperkirakan tembus hingga 3.000 unit. Ada banyak rencana disiapkan untuk pembatasan ini. Seperti membagi sistem kuota, jam operasi hingga menyiapkan transportasi umum khusus jalur puncak. Namun rencana ini masih sebatas wacana.

Baca Juga : Pemprov Jabar Pastikan Pembangunan Jalur Puncak 2 Ditunda

Solusi lain yang mengemuka belakangan adalah pembuatan kereta gantung atau cable car. Ini mirip di kota-kota wisata lain di dunia seperti Cabrio-Stanss Swiss, Skyline Gondola, Queenstone Selandia Baru atau Genting Highlands Malaysia. Soal kereta gantung ini, pemerintah pun sangat optimistis. Bahkan seperti diungkapkan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno pekan lalu, sudah ada investor yang berminat untuk menggarap proyek ini. Investor utama dari Indonesia yang kemungkinan menggandeng dari luar negeri. Bocorannya, pada proyek awal cable car ini, pemerintah akan melibatkan Agrowisata Gunung Mas. Diharapkan Gunung Mas kemudian menghubungkan rute 3 km ke titik-titik yang menjadi incaran para wisatawan. Pekan ini, rencana kereta gantung akan dimatangkan. Kemenparekraf akan mengundang pihak terkait agar proyek besar ini segera diwujudkan.

Di luar empat rencana besar di atas, tentu masih ada deretan lain solusi mengatasi macet kawasan Puncak yang pernah mengemuka. Namun solusi-solusi itu sifatnya masih opsi. Belum ada keseriusan pemerintah untuk melakukan aksi nyata. Imbasnya, Puncak tetap saja jadi 'neraka' di kala orang bepergian ingin berwisata. (Hakim)

Wisata Alam Di Sekitar Jakarta yang Bebas Macet


Wisata Alam Di Sekitar Jakarta yang Bebas Macet

Kawasan puncak sudah puluhan tahun menjadi destinasi favorit untuk berwisata, khususnya bagi warga Jabodetabek. Lokasinya yang mudah diakses biaya terjangkau, menyajikan suasana khas alam pengunungan, jadi daya tarik tersendiri. Sehingga ketika ada waktu libur panjang untuk healing, yang teringat langung puncak. "Begitu Jabodetabek libur, top of mind-nya itu Puncak dan ini sudah terjadi selamapuluhan tahun," kata Sandiaga Uno dalam Weekly Brief with Sandiaga Uno di Kemenparekraf pada Selasa, 17 September 2024.

Baca Juga : 10 Gunung Terindah di Indonesia untuk Mendaki, Nomor 2 Punya Padang Edelweis

Belakangan ini tengah viral soal kemacetan horor di kawasan Puncak, Bogor, selama 17 jam. Meski saat akhir pekan dan libur panjang kawasan Puncak selalu macet, tetap saja warga Jakarta dan sekitarnya tetap memilih liburan ke Puncak.
Hal itu membuktikan bahwa mayoritas warga Jakarta lebih senang mengunjungi wisata alam. Wisata alam memang dibutuhkan untuk menyegarkan pikiran dan raga setelah penat menjalani rutinitas. Selain kawassan Puncak sebenarnya, ada opsi wisata alam lainnya yang ingin liburan di dekat Jakarta.

Kepala Dispudbar Kabupaten Bogor Yudi Santosa pun mengimbau masyarakat untuk mengeksplorasi destinasi wisata lain di Kabupaten Bogor. Seperti halnya Sentul, Lido, dan Sukamakmur, guna mengurangi kepadatan di Puncak. "Kabupaten Bogor bukan hanya Puncak. Ada beberapa destinasi wisata lainnya. Kita punya Sentul, Lido, Sukamakmur dan sebagainya," kata Yudi.

Sentul

Tak kalah dengan kawasan Puncak, Sentul juga menawarkan kawasan wisata keluarga yang menarik. Terletak di sebelah Timur Kota Bogor, Sentul menawarkan berbagai atraksi menarik yang cocok untuk dinikmati bersama keluarga. Dari wahana permainan hingga keindahan alam, Sentul memiliki segalanya untuk memenuhi kebutuhan liburan keluarga.

Bila ingin menikmati liburan sambil mencari spot foto yang instagramable, mungkin Goa Agung Garunggang di Sentul dapat jadi pilihan. Lokasi wisata ini menawarkan pemandangan bebatuan yang unik dan cantik.

 
Kabupaten Bogor bukan hanya Puncak. Ada beberapa destinasi wisata lainnya. Kita punya Sentul, Lido, Sukamakmur dan sebagainya

Kepala Dispudbar Kabupaten Bogor Yudi Santosa


Goa Agung Garunggung merupakan taman batuan karst yang memesona layaknya Jurassic Park mini. Letaknya tak jauh dari Jakarta. terletak di Desa Karang Tengah, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor. Jika pernah ke Gunung Pancar di kawasan Sentul, lokasi Gua Garunggang naik ke atas lagi sekitar 3 kilometer menuju Curug Leuwi Asih. Dari Gerbang Tol Sentul City, jaraknya hanya 14 kilometer.

Keindahan alam yang ditawarkan oleh tempat ini sangat menarik dan dijamin akan menghasilkan foto-foto yang memukau. Harga tiket masuknya pun cukup terjangkau, hanya sebesar Rp 5.000 per orang. Selain itu, keunikan dari tempat ini adalah buka selama 24 jam, sehingga Anda dapat mengunjunginya kapan pun sesuai dengan jadwal liburan Anda.

Curug Bidadari di Sentul, Bogor, juga dikenal sebagai salah satu destinasi wisata air terjun yang populer. Keunikan dari curug ini terletak pada adanya bongkahan batu besar yang berada tepat di bawah air terjun, menciptakan pemandangan yang menakjubkan.
Aktivitas favorit para pengunjung yang berkunjung ke Curug Bidadari adalah berenang, karena airnya yang sangat alami dan segar.

Curug Bidadari buka setiap hari mulai pukul 06.00 hingga 17.00 WIB. Untuk dapat menikmati keindahan alam di Curug Bidadari, pengunjung akan dikenakan biaya tiket masuk sebesar Rp 45.000 per orang. Dengan segala keindahan alam dan fasilitas yang disediakan, Curug Bidadari dapat menjadi pilihan untuk menghabiskan waktu liburan bersama keluarga atau teman-teman.

Liburan ke Sentul tidak akan lengkap tanpa mengunjungi Taman Wisata Alam Gunung Pancar. Keindahan alam yang masih sangat alami dan udara yang begitu bersih dan segar menjadi daya tarik utama dari tempat ini. Kawasan ini terkenal akan keindahan wisata alamnya dengan kemudahan untuk dijangkau dari kawasan Jabodetabek. Gunung Pancar juga menawarkan banyak hal menarik bagi pengunjung.

Di sekeliling gunung dengan ketinggian 300-800 mdpl ini banyak spot wisata alam yang sayang untuk dilewatkan saat berkunjung ke sana. Terdapat berbagai destinasi menarik yang bisa dinikmati di sini, mulai dari wisata trekking, camping ground, curug, pemandian air panas, dan masih banyak lagi.

Lido

Selain di Sentul liburan sekeluaga bisa tetap seru dan menyenangkan tanpa khawatir terjebak macet. Kawasan Lido di Bogor bisa menjadi pilihan. Bahkan di Lido saat ini sudah ada ada resor bintang lima yang wajib dikunjungi, Lido Lake Resort by MNC Hotel. Resort ini berada di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata MNC Lido City.
Tak perlu susah payah untuk menuju ke resor bintang lima ini, sebab aksesnya mudah hanya sekitar satu jam dari Jakarta lewat jalan tol Bocimi (Bogor-Ciawi-Sukabumi). Adanya jalan tol Bocimi yang sudah terkoneksi langsung dengan tol Jagorawi (Jakarta-Bogor-Ciawi), sehingga tak perlu lagi susah payah menerobos kemacetan yang sering terjadi di sejumlah ruas jalan raya Bogor.

Setibanya di Lido, tidak jauh berbeda dengan kawasan Puncak, langsung bisa merasakan udara sejuk bersuhu 22 - 25 derajat. Udara sejuk ini dirasakan sepanjang tahun. Hal ini karena Lido khususnyadi resor bintang lima milik MNC Land ini, dikeliling oleh tiga gunung. Gunung Salak, Gunung Gede, dan Gunung Pangrango.

Tempat wisata ini juga terintegrasi dengan area outbound yang luas dan lengkap. Terlebih lokasinya dikelilingi dengan pepohonan yang rimbun. Wahana permainan pun sangat lengkap, ada high rope, flying fox, sky bike, dan masih banyak yang wajib dicoba bersama keluarga.

Pulau Seribu
Untuk menikmati wisata alam, tidak harus berlibur di kawasan pengunungan. Berlibur di pantai yang berada di pulu eksotis bisa masuk agenda destinasi wisata yang akan dikunjungi. Di dekat Jakarta ada banyak lokasi wisata tepi pantai (laut), salah satunya Kepulauan Seribu. Di gugusan Kepulauan Seribu ada banyak pulau yang bisa dikunjungi sebagai tempat berlibur bersama keluarga dan sahabat salah satunya yang direkomendasi Pulau Pramuka.

Mengapa demikian ? Pasalnya, Pulau Pramuka masuk 50 besar Desa Wisata terbaik Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2024. Tentunya hal ini dapat mendukung perkembangan pariwisata dan ekonomi kreatif di Kepulauan Seribu. untuk mencapai raihan ini tidak mudah, Pulau Pramuka harus bersaing dengan 60.000 Desa Wisata lainnya di Indonesia.

Sebagai pusat administrasi dari Kepulauan Seribu, Pulau Pramuka memiliki fasilitas yang lebih lengkap dibanding pulau lainnya. Selain keindahan pantainya, pulau ini juga memiliki penangkaran penyu yang menjadi daya tarik tersendiri. Pusat konservasi ini memberikan pengalaman edukatif tentang pelestarian satwa laut.

Baca Juga : 10 Tempat Wisata di Indonesia yang Terkenal Akan Mistis dan Mitosnya

Pulau Pramuka sendiri memiliki wisata air yang menakjubkan, seperti keindahan terumbu karang hingga pesona hamparan mangrove. Ada juga kuliner lokal yang siap menggoyang lidah wisatawan.

Selain Pulau Pramuka masih banyak pulau indah lainnya yang bisa dikunjungi wisatawan di Kepulauan Seribu. Seperti Pulau Tidung, Pulau Pari , Pulau Macan, Pulau Bidadari dan masih banyak lagi.

Apapun pilihan tujuan wisata yang ingin dituju memang perlu direncanakan dan dipersiapkan sebelumnya, agar bisa mengantisipasi hal-hal yang tidak dinginkan seperti macet di jalan selama belasan jam. (Eko Edhi Caroko)
(edc)