Dunia Murka Atas Serangan Barbar Israel ke Kamp Pengungsi Rafah
Para pemimpin dunia menyatakan kemarahan mereka atas serangan barbar Israel terhadap kamp pengungsi Palestina di Rafah, Gaza selatan, pada Minggu (26/5/2024). Jumlah korban tewas akibat serangan yang terjadi di lingkungan Tel al-Sultan di Rafah barat itu, menurut Kementerian Kesehatan Palestina, meningkat menjadi 45 orang.
Serangan keji tak beralasan tersebut dilakukan militer zionis ke daerah yang telah ditetapkan oleh Israel sebagai “zona aman”. Sebagai "daerah aman" diketahui ribuan pengungsi Palestina telah mencari perlindungan di sana sejak Israel menginvasi Rafah dua pekan lalu.
Serangan brutal Israel itu terjadi hanya dua hari setelah pengadilan tinggi PBB, International Court of Justice (ICJ) memerintahkan penghentian segera tindakan militer Israel di Rafah, yang mungkin merupakan pelanggaran terhadap kewajibannya berdasarkan Konvensi Genosida.
“Marah dengan serangan Israel yang telah menewaskan banyak pengungsi di Rafah,” tulis Presiden Prancis Emmanuel Macron di X. “Operasi ini harus dihentikan. Tidak ada wilayah yang aman di Rafah bagi warga sipil Palestina,” ujar dia lagi, seraya menyerukan “penghormatan penuh terhadap hukum internasional dan gencatan senjata segera”.
Josep Borrell, kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, mengungkapkan kengeriannya atas berita serangan itu. "Saya mengutuk keras tindakan ini. Tidak ada tempat yang aman di Gaza," tegas dia. Borrell mendesak diakhirinya serangan Israel dan penghormatan terhadap hukum internasional dan perintah Mahkamah Internasional (ICJ) untuk menghentikan serangan di Rafah.
Di Inggris, Pemimpin Partai Buruh Keir Starmer, yang akan bersaing dalam pemilu tanggal 4 Juli, mengatakan dia akan mengupayakan gencatan senjata setelah terpilih sebagai perdana menteri.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan juga mengutuk keras serangan udara brutal Israel terhadap Rafah, yang menewaskan puluhan warga sipil Palestina. Erdogan bahkan bersumpah bahwa Ankara akan melakukan segala daya untuk memastikan “orang barbar” yang melakukan serangan terhadap Rafah diadili. Dalam pidatonya, Erdogan menyamakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dengan diktator Nazi Adolf Hitler.
Kementerian Luar Negeri Mesir juga mengecam serangan itu sebagai tindakan yang “disengaja”. Dia menambahkan hal itu merupakan “pelanggaran mencolok terhadap hukum humaniter internasional dan Konvensi Jenewa Keempat”. Dia menambahkan serangan itu dapat menghambat upaya apapun untuk menyetujui gencatan senjata.
Qatar juga mengutuk serangan itu dengan "sekeras-kerasnya". Mereka menyerukan pihak berwenang Israel untuk mematuhi keputusan ICJ, dengan menyatakan komunitas internasional harus "mencegah pasukan pendudukan melaksanakan rencana mereka yang bertujuan memaksa warga sipil mengungsi dari kota yang telah menjadi tempat perlindungan terakhir bagi ratusan ribu pengungsi di Jalur Gaza."
Kementerian luar negeri Uni Emirat Arab juga mengeluarkan pernyataan yang mengecam serangan tersebut, dan mengatakan serangan tersebut menewaskan warga sipil yang tidak bersalah. Kementerian UEA mengulangi seruannya untuk melakukan gencatan senjata dan menjunjung tinggi keputusan ICJ yang memerintahkan Israel mengakhiri dan mencegah pelanggaran terhadap Konvensi Genosida.
Arab Saudi juga mengutuk serangan itu sebagai “pelanggaran terang-terangan yang dilakukan pasukan Israel terhadap semua resolusi, hukum dan norma internasional dan kemanusiaan”. Pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Saudi menyerukan, “Komunitas internasional untuk segera turun tangan untuk menghentikan pembantaian dan mencegah semakin parahnya bencana kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya.”
Israel, menyangkal seperti biasa, mengklaim serangan udaranya terhadap Tel al-Sultan menargetkan kompleks Hamas dan berhasil menewaskan dua pemimpin senior kelompok tersebut.Namun, militer mengatakan pihaknya sedang meninjau insiden tersebut, menyusul adanya laporan kematian warga sipil dan kebakaran di kamp pengungsi tersebut.