Wapres RI dari Masa ke Masa, Siapa Selanjutnya?
Wapres RI dari Masa ke Masa, Siapa Selanjutnya?
Dzikry Subhanie
Minggu, 04 Juni 2023, 20:42 WIB

Sejak Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, sebanyak 12 tokoh bangsa dengan berbagai latar belakang menjadi wakil presiden (wapres). Siapa selanjutnya?

Habibie dan Megawati, Wapres yang Kemudian Menjadi Presiden

Habibie dan Megawati, Wapres yang Kemudian Menjadi Presiden

BJ Habibie dan Megawati Soekarnoputri. Foto/wapresri.go.id

SEJAK Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945 hingga kini, terdapat 13 wakil presiden (wapres). Siapa yang akan menjadi wapres ke-14 RI?

Mohammad Hatta atau lebih dikenal Bung Hatta, merupakan wapres pertama. Berdasarkan data dari laman wapresri.go.id, pria kelahiran Bukittinggi, Sumatera Barat, 12 Agustus 1902 ini menjadi wapres mendampingi Soekarno pada 1945 hingga 1956.

Pada era Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto, terdapat enam tokoh yang bergantian menjadi wapres. Mereka adalah Sri Sultan Hamengku Buwono IX pada 1973-1978. Kemudian Adam Malik (1978-1983), Umar Wirahadikusumah (1983-1988), Sudharmono (1988–1993), Try Sutrisno (1993-1998), dan Bacharuddin Jusuf Habibie (14 Maret 1998–21 Mei 1998).

Habibie, pria kelahiran Parepare, 25 Juni 1936, kemudian dilantik menjadi presiden ke-3 RI, menggantikan Soeharto yang mundur karena demonstrasi dan kerusuhan yang terjadi pada Mei 1998.

"Demi Allah saya bersumpah akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan peraturan dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada nusa dan bangsa," demikian BJ Habibie membacakan sumpah jabatan Presiden pada tanggal 21 Mei 1998 di Istana.

Setelah pemilu era Reformasi digelar, KH Abdurrahman Wahid menjadi presiden RI. Tokoh Nahdlatul Ulama (NU) yang akrab disapa Gus Dur ini dipilih dalam Sidang Umum MPR pada 1999. Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri kemudian terpilih menjadi wapres ke-8 RI.

Dinamika politik yang terjadi kemudian membuat Gus Dur harus meninggalkan kursi RI 1, digantikan Megawati pada 23 Juli 2001.

Perempuan kelahiran Yogyakarta, 23 Januari 1947 itu menjadi presiden setelah MPR RI menggelar Sidang Istimewa MPR pada 23 Juli 2001. Sidang Istimewa MPR ini digelar untuk menyikapi langkah Presiden Gus Dur yang mengeluarkan Maklumat Presiden RI.

Ada empat poin dalam Maklumat tersebut, antara lain berisi tentang pembekuan MPR/DPR dan Partai Golkar. MPR yang kala itu dipimpin pendiri Partai Amanat Nasional (PAN) M Amien Rais pun bereaksi atas keluarnya Maklumat tersebut. MPR bersidang, kemudian memberhentikan Gus Dur melalui Ketetapan MPR RI Nomor II/MPR/2001.

Beberapa jam kemudian MPR mengangkat Megawati Soekarnoputri menjadi Presiden ke-5. "Mulai jam ini, detik ini, bangsa Indonesia memiliki presiden baru, yaitu Presiden Megawati Soekarnoputri." ujar Amien Rais yang juga dikenal sebagai Tokoh Reformasi.

Posisi Megawati sebagai wapres kemudian diisi oleh politikus Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Hamzah Haz pada 26 Juli 2001. Megawati dan Hamzah Haz menjadi presiden dan wapres hingga 2004.

Pada Pemilu 2004, digelar pemilihan langsung presiden dan wapres oleh rakyat. Hasilnya, Muhammad Jusuf Kalla atau yang akrab disapa JK, berhasil menjadi wapres ke-10 RI. Pria kelahiran Watampone, 15 Mei 1942 ini mendampingi Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) hingga 2009.

Pada Pemilu 2009, Boediono digandeng petahana, SBY. Pasangan SBY-Boediono menang satu putaran atas Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto dan duet JK-Wiranto. Boediono yang merupakan mantan gubernur Bank Indonesia (BI) pun tercatat dalam sejarah menjadi wapres ke-11.

Lima tahun kemudian, JK digandeng Joko Widodo (Jokowi). Duet Jokowi-JK menang dalam Pilpres 2014 atas pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. JK, wapres ke-10, kembali ke kursi orang nomor 2 RI dan menjadi wapres ke-12.

Terakhir, pada Pilpres 2019, Jokowi menggandeng tokoh agama KH Ma'ruf Amin. Pasangan ini menang atas Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno. Ma'ruf Amin pun menjadi wapres ke-13 RI.

Siapa yang akan menjadi wapres selanjutnya? Hasil Pilpres 2024 akan menjadi jawabannya.Dzikry Subhanie

Fakta Usia Wapres Era SBY dan Jokowi, Lebih Tua dari Presiden

Fakta Usia Wapres Era SBY dan Jokowi, Lebih Tua dari Presiden
Mural Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Foto/Dok SINDOnews

Fakta usia wapres era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Joko Widodo (Jokowi) menarik diulas. Ternyata, usia wapres di dua era tersebut lebih tua dari presiden.

Kita mulai dengan Jusuf Kalla (JK), wapres pada periode pertama kepemimpinan SBY (2004-2009). Saat dilantik menjadi wapres, usia JK 62 tahun. Sementara, SBY saat dilantik menjadi presiden berusia 55 tahun.
Fakta Usia Wapres Era SBY dan Jokowi, Lebih Tua dari Presiden
M Jusuf Kalla, Wapres ke-10 dan 12 RI. Foto/Dok MPI

JK yang merupakan mantan ketua umum Partai Golkar tersebut lahir di Watampone, 15 Mei 1942. Sementara, SBY yang kini merupakan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, lahir di Pacitan, 9 September 1949.

Pada Pilpres 2009, SBY menggandeng Boediono. Pasangan ini menang atas Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto dan JK-Wiranto.

Fakta Usia Wapres Era SBY dan Jokowi, Lebih Tua dari Presiden
Wapres Ke-11 RI Boediono. Foto/Dok SINDO

Tahun 2009, SBY berusia 60 tahun. Sementara, Boediono berusia 66 tahun. Dengan kata lain, Boediono enam tahun lebih tua dari SBY. Diketahui, Boediono lahir di Blitar, 25 Februari 1943.

Lanjut ke Pilpres 2014. Pada pilpres yang diikuti dua pasangan ini, Jokowi-JK menang atas Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.

Usia Jokowi saat dilantik menjadi orang nomor 1 di Republik ini adalah 53 tahun. Diketahui, Jokowi lahir di Surakarta, 21 Juni 1961. Sementara, JK yang mendampingi Jokowi pada periode ini berusia 72 tahun saat dilantik.

Terakhir, pada Pilpres 2019 Jokowi menggandeng tokoh Nahdlatul Ulama (NU) KH Ma'ruf Amin. Duet Jokowi-Ma'ruf Amin mengalahkan Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno.

Usia Jokowi saat dilantik pada periode kedua kepemimpinannya 58 tahun. Sementara, Ma'ruf Amin yang lahir di Tangerang, 11 Maret 1943, berusia 76 tahun saat dilantik sebagai wapres.

Fakta Usia Wapres Era SBY dan Jokowi, Lebih Tua dari Presiden
Wapres Ke-13 RI KH Ma'ruf Amin. Foto/Dok SINDOnews

Berikut ini SINDOnews tampilkan usia Bakal Capres-Cawapres 2024 saat ini. Nama-nama tersebut disusun berdasarkan abjad dan jika tak ada perubahan dinamika politik.

Bakal Capres 2024
1. Anies Rasyid Baswedan: 54 tahun
2. Ganjar Pranowo: 54 tahun
3. Prabowo Subianto: 71 tahun

Bakal Cawapres 2024:
1. Abdul Muhaimin Iskandar: 56 tahun
2. Agus Harimurti Yudhoyono: 44 tahun
3. Ahmad Heryawan: 56 tahun
4. Airlangga Hartarto: 60 tahun
5. Erick Thohir: 53 tahun
6. Gatot Nurmantyo: 63 tahun
7. Gibran Rakabuming Raka: 35 tahun
8. Khofifah Indar Parawansa: 58 tahun
9. Mochamad Ridwan Kamil: 51 tahun
10. Mohammad Mahfud MD: 66 tahun
11. Muhammad Andika Perkasa: 58 tahun
12. Muhammad Zainul Majdi: 51 tahun
13. Nasaruddin Umar: 63 tahun
14. Puan Maharani: 49 tahun
15. Sandiaga Salahuddin Uno: 53 tahun
16. Zulkifli Hasan: 60 tahun.

Diketahui, dalam Pasal 169 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum (Pemilu), ada 20 poin persyaratan menjadi calon presiden dan calon wakil presiden. Salah satunya terkait usia. Syarat ini tercantum di huruf q, yang berbunyi "berusia paling rendah 40 (empat puluh)". Persyaratan batas usia minimal 40 tahun ini kini tengah digugat di Mahkamah Konstitusi (MK). Dzikry Subhanie

Persaingan Cawapres Kian Ketat, Siapa Berlaga di Pilpres 2024?



Persaingan Cawapres Kian Ketat, Siapa Berlaga di Pilpres 2024?

Kurang dari enam bulan sebelum pendaftaran pasangan capres-cawapres 2024, sejumlah nama bakal calon wakil presiden (cawapres) bermunculan. Persaingan kian ketat, siapa yang akan resmi menjadi cawapres dan bertarung pada 14 Februari 2024?

Para bakal cawapres tersebut berasal dari berbagai kalangan. Ada yang berasal dari petinggi parpol seperti Ketua Umum DPP Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono, Wakil Ketua Majelis Syura PKS Ahmad Heryawan, Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar, Ketua Umum DPP PAN Zulkifli Hasan, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Ketua DPP PDIP Puan Maharani, dan Ketua Harian Nasional DPP Partai Perindo TGB Muhammad Zainul Majdi.

Ada pula yang merupakan kepala daerah seperti Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, dan Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka. Gibran yang kini berusia 35 tahun sebenarnya belum memenuhi syarat usia capres-cawapres minimal 40 tahun saat pendaftaran. Namun, nama putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu kerap muncul di sejumlah survei.

Dari jajaran Kabinet Indonesia Maju ada nama Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno, dan Menko Polhukam Mahfud MD.
Persaingan Cawapres Kian Ketat, Siapa Berlaga di Pilpres 2024?
Menko Polhukam Mahfud MD. Foto/Dok SINDOnews

Dari kalangan militer, ada nama mantan Panglima TNI Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo dan Jenderal TNI (Purn) Andika Perkasa. Muncul pula nama Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan dan ulama KH Nasaruddin Umar.

Nasaruddin yang merupakan Imam Besar Masjid Istiqlal ini diisukan masuk daftar cawapres Ganjar Pranowo. Namun,Nasaruddin mengaku tak mendengar namanya menjadi kandidat pendamping Ganjar di Pilpres 2024. "Enggak, enggak, enggak. Saya urus Istiqlal saja," ujar Nasaruddin dalam sebuah kesempatan.

Tiga Pasangan Capres-Cawapres


Deretan nama cawapres di atas berpeluang mendampingi tiga tokoh yang sejauh ini kerap masuk tiga besar Capres 2024. Mereka adalah Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Prabowo kembali dijagokan Partai Gerindra di pilpres yang akan digelar pada 14 Februari 2024. Sejak tahun lalu Partai Gerindra bahkan telah meneken kerja sama dengan PKB. Namun, hingga kini belum jelas siapa yang akan menjadi pendamping Prabowo di Pilpres 2024.

Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Desmond J Mahesa membantah terjadi deadlock atau kebuntuan dalam penentuan cawapres pendamping Prabowo. Menurutnya, sudah disepakati bahwa Gerindra akan mengikuti pilihan PKB sebagai kawan koalisi.

"Tidak deadlock karena kita sepakat wakil kita adalah dari PKB. Jadi kalau ada yang bilang deadlock enggak, tergantung kita saja menunjuk siapa. Kalau PKB nunjuk Cak Imin, ya itulah wakil Pak Prabowo. Kalau PKB nunjuk yang lain, ya itu wakil Prabowo. Asal dari usulan PKB," kata Desmond kepada wartawan di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (23/5/2023).

Sementara, Ganjar telah dideklarasikan sebagai Capres 2024 oleh Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri pada 21 April 2023. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang juga mengusung Ganjar, akan mengusulkan dua nama cawapres.
Persaingan Cawapres Kian Ketat, Siapa Berlaga di Pilpres 2024?
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno saat menghadiri acara Gerakan Pemuda Kabah. Foto/DokMPI

"Paling kalau PPP akan mengusulkan sekitar dua nama," kata Plt Ketua Umum PPP Mardiono seusai menerima kunjungan jajaran DPP PDIP di Kantor DPP PPP, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (29/5/2023).

Soal sosok calon pendamping Ganjar, Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri juga mengaku akan memikirkan yang terbaik bersama seluruh partai politik yang bekerja sama demi kemajuan bangsa dan negara.

"Nah ini toh, kok selalu nanya ya, sabar aja, yang urusan cawapres loh saya sudah juga bilang ada Pak Zul karena kita ini kan berteman, datang dengan suasana sejuk. Kalau ada yang ingin diusulkan ya monggo aja," ucap Megawati seusai menerima kunjungan Ketua Umum DPP PAN Zulkifli Hasan, Jumat (2/6/2023).

Di sisi lain, Anies yang diusung tiga parpol yakni Partai Nasdem, Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS), menyebut cawapres sudah ada dan mengerucut satu nama. Namun, dia belum mau mengungkap siapa calon pendampingnya tersebut.

Sosok calon pendamping Anies sebagai cawapres telah disosialisasikan kepada dua partai anggota Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP), yakni Partai Nasdem dan Partai Demokrat. Anies hanya menunggu pertemuan dengan Ahmad Syaikhu selaku Presiden PKS.

"Kalau ketemu kan sudah. Nanti kita akan ketemu (PKS) lagi kalau (ada) waktunya nanti," ucap Anies di Nasdem Tower, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (2/6/2023).

Anies mengaku telah mengantongi nama yang akan mendampinginya maju di Pilpres 2024. Ia menyebut, di momentum yang pas nantinya KPP akan mengumunkan satu nama yang akan menjadi cawapres Anies. "Masih panjang, namanya sudah ada, tapi nanti pada waktunya diumumin," ucapnya.

Anies sebelumnya melangsungkan pertemuan tertutup dengan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Pacitan, Jawa Timur. Dia juga telah melakukan pertemuan dengan Ketua Umum DPP Partai Nasdem Surya Paloh.

Persaingan Cawapres Kian Ketat, Siapa Berlaga di Pilpres 2024?
Ketua Umum DPP Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono. Foto/MPI/Riana Rizkia

Jika tak ada perubahan peta koalisi hingga pendaftaran pasangan capres-cawapres pada 19 Oktober-25 November 2023, akan ada tiga pasangan capres-cawapres pada Pilpres 2024. Artinya, dari belasan nama bakal bakal cawapres di atas, hanya ada tiga orang yang akan berpasangan dengan tiga capres.

Namun, jika ada perubahan peta koalisi, misal hanya ada dua pasangan capres-cawapres, tentu hanya butuh dua nama sebagai cawapres. Sebaliknya, jika dinamika politik berubah dan muncul empat pasangan capres-cawapres, tentu butuh empat nama sebagai kandidat orang nomor 2 di negeri ini.

Terkini, dalam survei terbaru Indikator Politik Indonesia, nama Menteri BUMN Erick Thohir mengungguli sejumlah tokoh lain dalam simulasi cawapres. Survei Indikator dilakukan 26-30 Mei 2023, dilakukan terhadap 1.230 responden melalui sambungan telepon, dengan tingkat kepercayaan mencapai 95 persen.

Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi menjelaskan, dalam simulasi 22 nama, Erick berada di posisi paling atas, mengalahkan Ridwan Kamil, Sandiaga Uno, dan Mahfud MD. Dukungan untuk Erick semakin menguat pada simulasi 18 nama. Menurut Burhanuddin, dukungan untuk Erick mencapai 15,5 persen, mengungguli Ridwan Kamil dengan 15,4 persen.
"Erick Thohir, termasuk Ridwan Kamil, dianggap paling pantas sebagai calon wakil presiden," kata Burhanuddin saat memaparkan hasil survei bertajuk 'Saling Salip Elektabilitas Bakal Capres & Cawapres Jelang 2024' secara virtual, Minggu (4/6/2023).

Burhanuddin menyatakan, nama Ketua Umum PSSI itu menjadi salah satu tokoh yang paling diperhitungkan dalam mengisi posisi calon wakil presiden. Menurut Burhanuddin, menguatnya dukungan tersebut dipengaruhi oleh keberhasilan Erick mengubah wajah BUMN menjadi lebih sehat. Keputusan Erick melakukan bersih-bersih BUMN berhasil menyehatkan perusahaan pelat merah tersebut. Selain itu, Burhanuddin melanjutkan, evaluasi kinerjanya sebagai Ketua Umum PSSI juga berhasil meraup banyak dukungan.

Persaingan Cawapres Kian Ketat, Siapa Berlaga di Pilpres 2024?
Menteri BUMN Erick Thohir. Foto/Dok SINDO

'Tangan dingin' Erick, misalnya, berhasil membawa perubahan di internal federasi, termasuk membawa keberhasilan di tim nasional. Banyaknya amanah yang diemban Erick Thohir juga jadi alasan lain, seperti kesuksesan menjadi Ketua Panitia Pelaksana Asian Games (INASGOC) 2018, Ketua Tim Pemenangan Presiden Jokowi, Menteri BUMN, ketua panitia pernikahan keluarga Jokowi, termasuk jabatan Ketua Umum PSSI yang berhasil merebut medali emas sepak bola di gelaran SEA Games setelah puasa gelar selama 32 tahun.

"Pada simulasi banyak nama, Erick Thohir dan Ridwan Kamil imbang pada posisi teratas yang dianggap paling pantas menjadi wakil presiden. Baru kemudian Sandiaga Uno dan Mahfud MD," jelas Burhanuddin.

Survei Indikator turut memotret evaluasi publik atas kinerja Erick di PSSI. Hasilnya, dari 32,2 persen yang mengetahui posisi Erick Thohir sebagai Ketum PSSI, sebanyak 77 persen menyatakan puas dengan kinerjanya. "Dari mereka yang tahu, mayoritas merasa puas dengan kinerja Erick Thohir sebagai Ketua Umum PSSI," kata.

Selain itu, Burhanuddin melanjutkan, sebanyak 77,2 persen setuju bahwa Erick Thohir berperan di balik keberhasilan Timnas Indonesia U-22 menjuarai SEA Games 2023.

Politik Pencawapresan


Pengamat politik dari Universitas Nasional (Unas) Robi Nurhadi menilai, perbincangan soal capres sepertinya sudah usai. "Ada Anies, Ganjar, dan Prabowo. Meski tentu, semuanya akan benar-benar usai setelah KPU menetapkannya nanti," kata Robi kepada SINDOnews, Minggu (4/6/2023).

Yang belum usai dan tampak masih bersaing ketat, lanjut Robi, adalah cawapres. Meski sudah banyak nama yang beredar, semuanya masih dalam posisi hati yang berdebar-debar.

"Posisi cawapres itu strategis dan populis yang memungkinkannya menjadi capres pada pilpres berikutnya. Itulah kenapa partai-partai menerapkan politik pencawapresan. Cawapres juga bisa hanya sekadar ban serep, boneka politik, pendulang suara, atau bahkan jadi instrumen politik dan ekonomi bagi kelompok tertentu," ujar Robi.

Semuanya, lanjut dosen FISIP Unas tersebut, terpulang pada deal di antara mereka. Dan di situlah rawannya. Rawan kalau deal tersebut menguntungkan mereka tetapi tidak menguntungkan rakyat. Rawan kalau deal tersebut menafikan kebinekaan, persatuan, dan keterwakilan.

"Sebaiknya, deal menarik cawapres dibuat terbuka atau diberi ruang kontes publik untuk menghindari deal-deal politik yang rawan tersebut. Bagi para capres dan partai-partai sebenarnya untung kalau ada semacam konvensi wakil presiden tersebut," pungkasnya.

Kini, publik pun masih menunggu siapa cawapres yang akan dipilih capres dan parpol pemegang tiket Pilpres 2024. Mungkinkah muncul kejutan di luar nama yang kerap muncul di survei? Dzikry Subhanie, Kiswondari, Carlos Roy Fajarta, Danandaya Arya Putra, Rico Afrido Simanjuntak
(zik)