Idulfitri, Syawal dan Spirit Meningkatkan Ketakwaan
Andryanto Wisnuwidodo
Minggu, 30 April 2023, 22:34 WIB
Idulfitri momen kemenangan bagi orang-orang beriman setelah berpuasa Ramadan sekaligus menjadi spirit meningkatkan derajat ketakwaan saat memasuki bulan syawal.
Idulfitri Proses Penyucian Diri dan Spirit Takwa di Bulan Syawal
Idulfitri bermakna penyucian diri dalam rangka menjaga spirit meningkatkan derajat ketakwaan orang-orang beriman selepas Ramadan. Ibnu Jarir al-Thabari dalam kitab tafsir al-Thabari berpendapat idulfitri bermakna kepada proses penyucian diri dalam bentuk kejernihan berpikir dan berperilaku dalam keseharian.
Dengan demikian, penyucian diri adalah suatu upaya yang sangat ditentukan oleh akhlak , etika sosial dari seorang individu. Artinya, tiap seorang muslim memiliki peran besar dalam melakukan aktualisasi moral dan perannya di masyarakat.
Konsep penyucian diri selama puasa setidaknya berkaitan dengan self-controlling (menahan diri) dari etika yang tercela. Konsep penyucian diri, di mana ia berfondasi pada self-controlling, senada dengan penyucian diri ala para sufi. Imam al-Ghazali mengatakan bahwa seorang muslim mengimplementasikan ketaatan pada ranah masyarakat yang ia kembali kepada ketenangan diri. Artinya berbuat baik sesama muslim pada idulfitri tidak lain adalah bentuk dari penyucian diri.
Pada dasarnya makna idul fitri merupakan akumulasi dari kebajikan selama bulan ramadan. Jika seseorang berbuat baik sesama secara istikamah ia akan memperoleh kesenangan diri. Hal ini sebagaimana dituliskan dalam firman Allah SWT “qad aflaha man tazakka”. Menurut al-Thantawi tentang penjelasan tafsir ayat ini bahwa penyucian diri akan menyebabkan seseorang merasa senang dan bisa membagikan kesenangan kepada orang lain.
Bagai Bayi Baru Lahir Pakar Tasawuf KH M Luqman Hakim menerangkan, anugerah agung dari Allah SWT ini diperoleh manusia setelah selama satu bulan menjalani puasa Ramadan dengan sebenar-benarnya sehingga memperoleh derajat takwa. Takwa ini kemudian ditingkatkan di hari-hari selanjutnya. Pendidikan Allah di bulan puasa ialah agar seseorang keluar dari kemelut kegelapan alam asfala safilin kembali ke alam ahsanu taqwim. “Banyak yang beriman ternyata hanya mimpi dan melamun beriman. Bukti iman itu aktivitas yang saleh bersama Allah menuju Allah Sang Pencipta amal,” jelas Kiai Luqman.
Pesta fitrah berarti kemenangan melawan diri sendiri, setelah setahun akunya Iblis dan akunya Fir'aun menguasai ego manusia, dalam pengembangan SDM khayal imajiner: Aku bisa, aku kuat, aku hebat, aku berdaya, aku kuasa, aku lebih baik, dan berujung akulah Tuhanmu. Seseorang yang kembali ke fitri ialah: bagai bayi di pangkuan ibunda tak bertanya, bagai bidadari suci dan perawan dari nafsani, bagai kertas putih biarkan Pena-Nya menulis, bagai kanvas biarkan Kuas-Nya melukis, bagai sunyi biarkan Kalam-Nya berbunyi, tak ada khayal dan imaji, tak ada hasrat dan cita. “Hanya Allah semata,” tandasnya. Kembali Makan
Adapun makna idulfitri kedua yaitu dilihat dari pemaknaan literal. Kata “fitri” diartikan dengan makan. Idulfitri, dengan begitu dimaknai dengan “kembali makan”. Kata fitri ditemukan juga dalam term “zakatul fitri”, zakat yang diberikan untuk memberikan makanan bagi mereka yang tidak mempunyai persediaan makan. Makna seperti sesuai dengan konteks pada hari pertana bulan Syawal.
Di mana setiap orang kembali menyantap makanan bersama-sama, entah bersama keluarga, sanak family atau bersama tetangga. Dalam masyarakat Indonesia, ada kebiasaan untuk mengunjungi dan mengajak tetangganya untuk makan bersama, bahkan setelah makan ditambah dengan mengobrol tentang apa saja. Di samping adat ini memperkuat silaturrahim, ada makna kebersamaan dan kesenangan bersama yang dirasakan.
Tradisi ini sesuai dengan makna idulfitri dalam pengertian kedua. Jadi, bukan soal pakaian baru, perhiasan baru semata, ada makna ketakwaan dari wujud kebersamaan yang lahir di konteks Indonesia. Bisa disimpulkan moment idulfitri adalah sebuah makna untuk perwujudan ketakwaan individu dan kesalehan sosial secara bersamaan. Di momen sebahagia idulfitri, kita bisa menciptakan kebersamaan dengan keluarga, sanak famili, tetangga. sebagaimana kata sebuah pepatah: ‘Kemenangan idulfitri bukan untuk yang berbaju mewah tapi untuk yang keimanannya bertambah’.
Peristiwa Bersejarah Bulan Syawal yang Wajib Diketahui Muslim
Bulan Syawal 1444 Hijriah sudah sepekan kita jalani dan ternyata banyak peristiwa bersejarah yang terjadi di bulan Istimewa ini. Peristiwa penting apa saja? Syawal berasal dari kata Syala yang berarti naik atau meninggi. Pada bulan ini, kedudukan dan derajat kaum Muslimin meninggi di sisi Allah, karena telah melewati bulan ujian dan ibadah selama Ramadan. Syawal merupakan bulan pertama pembuktian nilai-nilai takwa.
Syawal memiliki keistimewaan tersendiri. Dalam sebuah hadis Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: "Barang siapa berpuasa Ramadan dan meneruskannya dengan puasa enam hari di bulan Syawal, berarti dia telah berpuasa satu tahun penuh." (HR Muslim) Pada bulan Syawal banyak peristiwa bersejarah dalam peradaban Islam. Berikut peristiwa penting di bulan Syawal yang perlu diketahui umat Islam:
1. Tanggal 27 Syawal Tahun ke-10 kenabian, Nabi Muhammad SAW berdakwah ke Thaif. Beliau berdakwah sekaligus-mencari suaka karena kerasnya permusuhan kafir Qurays setelah wafatnya Abu Tholib. Namun beliau mendapatkan pengusiran dari warga Thaif. Meski diusir, Nabi justru mendoakan warga Thaif. Inilah salah satu akhlak mulia Rasulullah yang patut kita teladani.
2. Syawal Tahun ke-1 Hijriyah, Kelahiran Abdullah bin Zubair. Beliaulah bayi pertama Muhajirin yang lahir di Madinah, setelah tersebarnya isu seorang ahli tenung Yahudi telah menyebarkan tenungnya kepada kaum muslimin sehingga mereka mandul semua. Di bulan Syawal Tahun 1 Hijriyah, terjadi Perang Bani Qainuqa, klan Yahudi yang berkhianat terhadap perjanjian damai.
3. Syawal Tahun ke-2 Hijriyah, Nabi Muhammad menikahi Sayyidah Aisyah putri Abu Bakar Beliaulah perempuan yang paling berkah untuk umat ini karena telah menyebarluaskan ilmu kepada ummat ini. Umat Islam patut berutang budi kepada beliau karena jasanya yang sangat agung.
4. Syawal Tahun ke-4 Hijriyah, Nabi Muhammad menikahi Ummu Salamah Ummu Salamah adalah seorang janda yang berhijrah 2 kali bersama suaminya, setelah Abu Salamah meninggal dalam menunaikan tugas dakwah, maka Nabi menikahinya untuk menguatkan Islam.
5. Tanggal 17 Syawal Tahun ke-3 Hijriyah, Perang Uhud Salah satu perang yang disebut-sebut dalam Al-Qur'an sebagai salah ujian ketaatan kepada sunnah dan perintah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Sebuah pelajaran berharga, akibat meninggalkan satu sunnah maka kaum muslimin mendapat musibah yang besar.
6. Tanggal 18 Syawal Tahun ke-5 Hijriyah, terjadi Perang Khandaq (Ahzab) Sebuah perang yang diabadikan Allah sebagai nama salah satu Surah dalam Al-Qur'an. Perang yang fonumenal, dengan taktik dan strategi yang baru dalam peperangan yang belum pernah dikenal sebelumnya. Perang untuk membuktikan keimanan atas janji Allah melawan kepungan pasukan gabungan Qurays, sekutunya dan Yahudi, dengan kemenangan yang luar biasa.
7. Tanggal 6 Syawal Tahun ke-8 Hijriyah, terjadi Perang Hunain Perang yang terjadi setelah Futuh Makkah pada Ramadhan tahun 8 Hijriyah, karena gengsi suku baduy mereka ingin menundukkan Qurays setelah ditaklukkan Rasulullah. Awalnya kaum muslimin kalah, karena mulai tumbuh bibit kesombongan pada mereka karena merasa banyaknya jumlah pasukan. NamunAllah memenangkan kaum muslimin disebabkan keteguhan para As-Sabiqunal Awaalin (sahabat yang awal masuk Islam) yang tetap kokoh dan tangguh dalam keimanan.
8. Syawal Tahun ke-14 Hijriyah, Penaklukan Mada'in, ibukota imperium Persia. Amirul Mukminin Umar bin Khattab menaklukkan Madyan, dan istana Raja Parsi yang dikenal dengan nama Istana Putih.
9. Tanggal 13 Syawal Tahun ke-194 Hijriyah, Imam Al-Bukhari Lahir di Bukhara, Uzbekistan Menurut Ibnu Hajar Al Asqalani, Imam al-Bukhari berhasil menuliskan sebanyak 9.082 hadis dalam karya monumentalnya bertajuk al-Jami'al-Shahil yang dikenal sebagai Shahih Bukhari, yaitu kitab yang paling shahih setelah Al-Qur'an. Demikian peristiwa penting di bulan Syawal. Semoga Allah mempertemukan kita dengan bulan Ramadan berikutnya dengan keimanan dan mengharap ridha-Nya.
Julukan Bulan Syawal dengan Keistimewaannya yang
Selain penuh dengan amalan, bulan Syawal juga memiliki beragam julukan, karena keistimewaaannya tersebut. Julukan apa saja? Dirangkum dari berbagai sumber berikut julukan untuk bulan Syawal ini dan keistimewaannya, yakni :
1. Bulan kembali ke fitrah Setelah melaksanakan puasa Ramadan selama sebulan penuh, maka pada bulan Syawal adalah bulan kembalinya umat Islam kepada fitrahnya, diampuni semua dosanya. Karenanya masuk 1 Syawal, umat Islam merayakan Hari Raya Idul Fitri dan diharamkan berpuasa.
2. Bulan takbir Pada tanggal 1 Syawal, seluruh umat Islam di berbagai belahan dunia akan mengumandangkan takbir. Takbir akan terdenger serentak oleh seluruh umat Islam. Takbir akan mulai dikumandangkan begitu malam memasuki tanggal 1 Syawal (malam takbiran), menjelang Shalat Idul Fitri. Ini merupakan bentuk rasa syukur atas keberhasilan ibadah Ramadhan selama sebulan penuh. Pada saat ini pula umat Islam akan memperbanyak zikir, takbir, tahmid, dan tasbih.
3. Bulan silaturahmi Pada bulan ini akan terlihat banyak umat Islam yang melakukan silahturahmi atau yang biasa disebut dengan halal bihalal. Saling berkunjung ke sanak saudara, kerabat dan tetangga untuk silaturahmi sekaligus bermaaf-maafan.
4. Bulan ceria Syawal merupakan bulan dimana banyak umat Islam yang bersuka cita, bersalaman, berpelukan, bertangis bahagia, mengucap syukur yang agung, meminta maaf, dan memaafkan yang bersalah. Ini merupakan bulan yang penuh dengan nuansa ceria.
5. Bulan pembuktian takwa Inilah makna terpenting di bulan Syawal. Selain untuk membuktikan takwa umat Islam, di bulan Syawal juga merupakan bulan dimana kualitas dan kuantitas ibadah meningkat.
6.Bulan nikah Bulan Syawal dipercayai sebagai bulan yang baik untuk melangsungkan pernikahan. Di bulan ini pula Rasulullah melangsungkan pernikahan dengan istrinya, Sayyidah Aisyah. Hal ini juga merupakan dobrakan kepada tradisi jahiliyah yang menentang untuk menikah pada bulan Syawal.
Amalan Sunnah di Bulan Syawal Julukan untuk bulan Syawal ini tidak terlepas dari amalan-amalan sunnah yang baik yang dianjurkan untuk kita amalkan di bulan Syawal ini, antara lain:
1. Berpuasa selama 6 hari di bulan Syawal
2. Iktikaf biasanya dilakukan pada malam terakhir pada bulan Ramadan, namun juga bisa di ganti pada saat masuk ke bulan Syawal.
3. Menikah pada bulan Syawal
4. Bertakbir malam Idul Fitri
5. Salat Hari Raya atau Salat Id
6. Meningkatkan salat 5 Waktu
7. Melanjutkan Qiyamullail dan Tadarus Al-Qur’an
8. Memperbanyak puasa sunah lainnya
9. Bersedekah
Keistimewaan, Manfaat dan Makna Puasa 6 Hari di Bulan Syawal
Setelah merayakan Idulfitri, umat Islam dianjurkan mengamalkan 6 hari puasa Syawal. Banyak keistimewaan dan hikmah serta manfaat dari puasa Syawal ini. Apa saja hikmah dan manfaatnya? Anjuran melaksanakan puasa sunah 6 hari di bulan Syawal, tercantum dalam hadis Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam berikut ini: "Dari Abu Ayub Al-Anshari bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa berpuasa Ramadan kemudian mengikutinya dengan puasa selama 6 hari di bulan syawal, maka seolah-olah ia telah berpuasa dahr penuh." (HR. Muslim)
Hadis ini merupakan dalil yang menunjukkan keutamaaan puasa 6 hari pada bulan syawal, dan yang dimaksud dengan ad-Dahr di sini adalah setahun, maknanya, seakan-akan ia telah berpuas setahun penuh. Disebutkan dalam riwayat an-Nasa-i, "Allah menjadikan kebaikan dibalas dengan sepuluh kali lipatnya. (puasa) sebulan dibalas dengan (pahala puasa) 10 bulan, dan berpuasa selama 6 hari (di bulan Syawwal) setelah idulfitri sebagai penyempurna (puasa) setahun.(HR. an-Nasa-i, di dalam al-Kubra 2/162 dari hadis Tsuban)
Mengutip tulisan Ustadz Amar Abdullah bin Syakir, dai yang aktif di Yayasan Hisbah, dijelaskan, bahwa hadis ini termasuk karunia Allah yang diberikan kepada hambaNya, mendapatkan pahala puasa setahun dengan tanpa kepayahan. Dan inilah hikmah dilakukannya puasa (sunnah) 6 hari (di bulan Syawal).
Karena itu, selayaknya seorang muslim berpuasa 6 hari ini agar ia mendapatkan keuntungan dengan meraih keutamaan yang agung ini. Dan, merupakan pertanda diterimanya ketaatan adalah disambungnya ketaatan tersebut dengan ketaatan yang lainnya. Puasa hari-hari ini (yakni, 6 hari di bulan Syawal) merupakan dalil yang menunjukkan kesukaan pelakunya terhadap puasa dan bahwa ia tidak merasa bosan untuk melakukannya, tidak pula merasa berat.
Seperti diketahui puasa termasuk amal yang paling utama dalam Islam. Dan di antara buah dari puasa sunnah adalah bahwa hal tersebut menambal kekurangan yang terjadi pada perkara fardhu yang telah dilakukan. Dalam hal tersebut Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tentang salat, ar-rabb tabaraka wata'ala berfirman, "Lihatlah apakah hambaku mempunyai amal sunnah? maka dengan amal sunnah tersebut Allah menyempurnakan kekurangan amal fardhu yang telah dikerjakannya. Kemudian, seluruh amalnya demikian halnya." (HR. an-Nasa-i, di dalam al-Kubra 2/162 dari hadis Tsuban)
Puasa sunah menjadikan seorang muslim meningkat derajatnya dalam kedekatan dengan Allah ta'ala. Mendapatkan tambahan kecintaan dariNya. Seperti dalam hadis qudsi, "Tidaklah seorang hamba bertaqaruub (mendekatkan diri) kepadaKu dengan sesuatu yang lebih utama daripada dengan apa yang Aku fardhukan kepadanya, dan seorang hamba yang terus bertaqarrub (mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan sunnah hingga aku pun mencintainya al-hadis." (HR. al-Bukhari)
Yang utama adalah hendaknya puasa 6 hari ini dilakukan secara berurutan. Boleh juga untuk dilakukan secara terpisah selama dalam bulan syawal. Berkata di dalam Subulus Salam, "Dan ketahuilah bahwa pahala puasanya diperoleh bagi orang yang berpuasa secara terpisah maupun secara berurutan, baik hal tersebut dilakukan setelah idul fithri atau di pertengahan bulan, (Subulussalam, 2/331).
Hanya saja puasa Syawal yang dilakukan setelah Idulfitri memiliki beberapa keistimewaan dari beberapa aspek, antara lain:
1. Hal tersebut merupakan bentuk bergegas untuk melakukan kebaikan.
2. Bersegara melakukannya merupakan bukti yang menunjukkan kesukaan untuk melakukan puasa dan tidak merasa bosan.
3. Untuk menghindari dari sesuatu yang mungkin akan menghalanginya untuk melakukannya bila ia menunda pelaksanaannya.
4. Bahwa puasa 6 hari setelah Ramadan seperti shalat sunnah bersama dengan shalat fardhu, oleh kerena itu hal tesrebut dilakukan setelahnya. Dan barangsiapa memiliki kewajiban mengqadha puasa, maka hal tersebut dilakukan terlebih dahulu, baru kemudian berpuasa 6 hari bulan Syawal, berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam : (Barangsiapa telah berpuasa Ramadan) dan siapa yang masih memiliki tanggungan (puasa) beberapa hari ramadhan, maka tidak benar dikatakan telah berpuasa Ramadan sehingga ia mengqadhanya baru kemudian berpuasa 6 hari ini. Dan karena bergegas untuk melaksanakan sesuatu yang wajib dan berlepas diri dari tanggungan merupakan perkara yang diminta dari seorang mukallaf (yang dibebani untuk menunaiakan kewajiban-kewajiban agama).
Ada sebagian ahli ilmu yang berpendapat, wajibnya menunaikan puasa qadha sebelum ia bepuasa sunnah. Tindakan kehati-hatian seorang muslim adalah ia berpuasa yang masih dalam tanggungannya baru kemudian berpuasa sunnah berupa puasa 6 hari di bulan syawal dan puasa sunnah yang lainnya. Namun, jika ia berpuasa sunnah, maka puasanya sah sementara ia masih tetap berkewajiban untuk menunaikan puasa yang masih dalam tanggungannya. (Al-Qawa-id, Ibnu Rajab)