Link Copied
ChatGPT,  Cerdas Bikin Manusia Was-Was

ChatGPT, Cerdas Bikin Manusia Was-Was

By Wuri Hardiastuti
ChatGPT terus jadi perbincangan karena kemampuannya merespons dan menjawab berbagai pertanyaan. Namun kehadiranya juga membawa dampak negatif, apa saja?

Pintar, ChatGPT Bisa Menjawab Pertanyaan Secara Detail

Pintar, ChatGPT Bisa Menjawab Pertanyaan Secara Detail

ChatGPT bisa menjawab pertanyaan secara detail. Foto/OmiSoft

ChatGPT saat ini masih terus menjadi bahan pembicaraan. ChatGPTmerupakan prototipe chatbot pintar berbasis Artificial Intelligence (AI) milik OpenAI. Seperti dilansir dari laman The Independent, ChatGPT ini mampu merespons dan memahami seluruh pertanyaan, bahkan yang detail sekali pun.

Jawaban yang diberikan pun tidak kalah mendetail. Seperti dilansir dari Indiana Times, tak seperti chatbot pada umumnya, ChatGPT bisa digunakan untuk menjawab pertanyaan dengan gaya bahasa apapun, seperti sedang berbicara dengan manusia. Teknologi pada ChatGPT menggunakan GPT-3.5 dengan deep-learning, yang dapat memproduksi atau memprediksi suatu teks dengan detail dan cepat. Kecanggihan lain yang dimiliki oleh ChatGPT ialah memorinya yang kuat dan tersimpan rapi.

Bahkan ChatGPT mampu mengingat percakapan sebelumnya, lalu menceritakannya ulang kepada pengguna. Hingga saat ini, ChatGPT sangat berguna bagi para programmer. Karena programmer yang bekerja dengan banyak step dan bahasa pemrograman yang beragam, sumber dan bahan referensinya pun masih terbatas. Dengan adanya ChatGPT, hal ini dapat terbantu.

Contohnya, ChatGPT dapat menjawab pertanyaan bugs yang error pada source code, hingga detail bagaimana cara fiksasinya. Tak hanya itu, ChatGPT pun dapat diperintah untuk membuat komponen website dengan teknis spesifik dan tampilan yang responsif. Lainnya, ChatGPT dapat pula menjelaskan bagaimana cara membuat aplikasi, bahkan menuangkan penjelasannya dalam bahasa python.

Tak hanya bagi programmer, seorang YouTuber bernama Liv Boeree melalui unggahan Twitternya mengatakan, ChatGPT dapat melakukan pekerjaan rumah untuk para siswa. Hal ini lantaran ChatGPT dapat diperintah untuk menulis esai secara lengkap dan benar, juga memecahkan persamaan matematika yang kompleks.

Beberapa pengguna membandingkan hasil pencarian Google dengan hasil jawaban dari ChatGPT. Hasilnya, jawaban dari ChatGPT lebih banyak dimengerti, karena seperti diajar secara langsung oleh manusia sungguhan. Sejauh ini, OpenAI baru membuka ChatGPT untuk evaluasi dan pengujian beta, dan akan dibuka untuk publik pada tahun depan dengan akses Application Programming Interface (API).

Yang pasti chatbot akan memberikan jawaban persis manusia di saat pengguna mengirimkan perintah atau pertanyaan. Jawaban yang diberikan berbentuk teks otomatis.

Contohnya, pengguna dapat mengirimkan perintah untuk membuat teks copywriting. Nah, AI akan mengelola pertanyaan dan memberikan jawaban berbentuk teks copywriting dengan gaya bahasa yang diinginkan pengguna. Bahkan, platform ini dapat memberikan struktur bahasa dan teks yang benar sesuai dengan aturan yang ada.

Hebatnya lagi, teknologi ini mampu membuat hal lain seperti membuat puisi, mendeskripsikan suatu hal atau benda, menjelaskan cara kerja, menulis esai, membuat rencana perjalanan, membuat musik, dan masih banyak lagi.

Terlebih lagi, AI ini mampu memberikan jawaban dari pertanyaan yang tergolong rumit. Jadi, kamu bisa belajar suatu materi dan bertanya kepada AI jika tidak memahami sesuatu. Karena Chat GPT dapat memberikan solusi untuk masalah yang sedang dihadapi.

Inilah keunggulan dari kecerdasan buatan ini, di mana ia mampu mengelola dan memahami dialog manusia, serta memberikan solusi atau jawaban seperti manusia.

Meresahkan Dunia Pendidikan, Bikin Mahasiswa Malas

Meresahkan Dunia Pendidikan, Bikin Mahasiswa Malas

Kehadiran ChatGPT di dunia pendidikan cukup meresahkan. Foto/The Japan Times

Di dunia pendidikan, kehadiran ChatGPTdi dunia pendidikan menjadi fenomena yang cukup meresahkan. Penggunaan Chatbot AI yang tak bijak bisa berujung menjadi kecurangan akademik. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM sebagai unit bagian dari perguruan tinggi di Indonesia pun merespons isu ini melalui “Sarasehan Fisipol UGM Polemik Chat GPT: Bagaimana Perguruan Tinggi Harus Bersikap”.

Dekan Fisipol UGM Wawan Mas’udi menjelaskan, fenomena kecerdasan buatan ini tampaknya cukup mengagetkan namun sebetulnya sudah bisa diprediksi sebelumnya. “Adanya perkembangan kecerdasan buatan ini bukanlah hal baru, bahkan sudah menjadi bagian dari hidup masyarakat modern. Sebagai fenomena dan konsekuensi teknologi digital, semestinya bisa kita antisipasi,” katanya dikutip dari laman UGM.

Wawan menjelaskan, munculnya ChatGPT yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat ini perlu ditindaklanjuti dengan bijak, karena tidak menutup kemungkinan perkembangan teknologi akan terus muncul dengan berbagai dampak baik sisi positif maupun negatifnya.

ChatGPT baru-baru ini viral karena kemampuannya dalam membuat susunan kalimat sekelas karya tulis dengan data yang valid. Cara penggunaannya pun cukup mudah, hanya dengan mengetik pertanyaan di kolom chat, AI akan langsung memberikan jawaban beserta keterangan sumbernya. Bahkan, ChatGPT diperkirakan bisa memiliki hak cipta sebagai “penulis” dalam beberapa karya tulis resmi di masa depan.

“Perlu adanya inovasi mengenai copyright atau authorship supaya bisa menempatkan teknologi ini dengan baik,” ungkapnya. Baca juga: Pendaftaran KIP Kuliah 2023 Dibuka Hari Ini, Buruan Daftar “Salah satu hal yang juga menjadi concern biasanya adalah AI ini akan menggantikan pekerjaan-pekerjaan manusia. Kita akan kehilangan pekerjaan dan akan ada robot dan sistem yang menggantikan,” tutur Treviliana Putri, peneliti CfDS.

Kondisi ini mendesak manusia untuk meningkatkan kemampuannya setara, atau bahkan di atas teknologi hanya untuk mempertahankan eksistensinya. Dosen Manajemen Kebijakan Publik UGM Agustina Kustulasari menuturkan, AI ChatGPT tetap memiliki pola dalam menyusun kalimatnya.

“Ketika saya tanya apakah kamu bisa membuat esai?, ia tidak menjawabnya dengan memberikan esai, tapi memberikan overview dan argumen yang bisa menjadi dasar bagi esai,” ujarnya. “Begitupun dengan pertanyaan-pertanyaan lainnya, menurut saya jawaban yang dia berikan itu sangat umum yang kebanyakan orang akan berpikir seperti itu,” pungkas Agustina.

Kecerdasan Chatbot AI ini diakui oleh Dan Gillmor, seorang profesor di Arizona State University. Ia sudah membuktikan bagaimana chatbot AI dapat menyelesaikan tugas kuliah. Gillmor mengisikan beberapa pertanyaan yang sering ia ajukan kepada mahasiswa. Menurut pengakuannya sendiri, artikel yang telah ditampilkan bot akan dinilai baik oleh dosen.

Nah di sinilah kehadiran ChatGPT bisa membahayakan. Kecerdasan Chatbot AI ini akan membuat mahasiswa bergantung kepadanya. Nah jika mahasiswa terus menggunakan ChatGPT, situasi ini akan menjadi masalah bagi para dosen dan mahasiswa sendiri. Mahasiswa tentu saja dengan mudah menyelesaikan tugasnya. tapi bukan dengan kemampuannya sendiri. Alhasil nilai yang diperolehnya tak sesuai dengan kemampuannya.

Selain itu penggunaan ChatGPT di kalangan mahasiswa cenderung membuat mahasiswa tak termotivasi untuk belajar. Karena semua tugas bisa dikerjakan oleh si Chatbot pintar ini.

5 Profesi Ini Bisa Digantikan oleh ChatGPT

5 Profesi Ini Bisa Digantikan oleh ChatGPT

ChatGPT bisa menjawab berbagai pertanyaan. Foto/Suma Linguae Technologies

Kehadiran ChatGPT menimbulkan reaksi yang beragam. Sebagian menyambut kedatangan si Chatbot pintar ini harapan bisa memudahkan pekerjaan. Namun di sisi lain banyak yang mengkhawatirkan akan efek negatifnya.

Ancaman yang berbahaya dari ChatGPT ini bahkan diakui oleh penciptanya, Sam Altman. Ia mengatakan bahwa tak menutup kemungkinan, teknologi kecerdasan buatan (AI) yang ia kembangkan punya potensi yang menakutkan.

Untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan, Altman menegaskan bahwa harus ada regulasi yang jelas untuk mengatur penerapan AI.

"Kami juga memerlukan cukup waktu untuk mencari tahu apa yang harus dilakukan ke depannya. Regulasi akan sangat penting dan butuh waktu untuk mengetahui apa yang pas," jelasnya, dikutip dari Insider.

Meskipun Kecerdasannya tidak akan bisa menggantikan manusia, namun kehadiran chatbot cerdas ini sudah menjadi ancaman. Pekerjaan apa saja yang nantinya bakal diambil alih oleh ChatGPT?

1. Pengajar

Kehadiran ChatGPT di dunia pendidikan dianggap meresahkan. Chat GPT mampu menjawab semua pertanyaan siswa. Bak seorang guru, aplikasi ini bisa memberikan informasi secara detail kepada murid yang membutuhkan informasi. Hal ini bisa menggantikan peran pengajar yang kerap melakukan metode pengajaran secara deskriptif semata.

Oleh karena itu, pengajar dituntut memberikan makna kontekstual terhadap masalah yang disajikan kepada murid agar berbeda dengan informasi yang tersedia di dunia maya.

2. Content Writer

Salah satu pekerjaan yang akan diambil alih oleh ChatGPT adalah penulis.Pasalnya aplikasi ini bisa membuat artikel yang cukup keren untuk beragam genre baik fiksi maupun nonfiksi.

Hebatnya lagi, Chat GPT bisa menyesuaikan gaya tulisan dengan karakter penulis tertentu. Nah penggunaan tulisan dari Chat GPT mengundang polemik mengenai orisinalitasnya. Keberadaan Chat GPT bisa memberikan persaingan di tengah maraknya profesi content writer di sejumlah perusahaan-perusahaan digital.

3. Programer

Pekerjaan yang bisa digantikan oleh ChatGPT adalah progamer. Bagaimana tidak, secara mumpuni Chat GPT sudah mampu menyusun kode komputer untuk membuat program aplikasi dan software. AI (Artificial Intelligence) bisa membantu programmer menemukan kesalahan dalam susunan kode dan menuliskannya lebih efisien.

“Menurut saya, alih-alih menggantikan profesi secara penuh, AI akan mempertajam buatan manusia. Coding dan programming itu contohnya, Chat GPT bisa menulis kode cukup baik,” tutur Professor Columbia Business School Oded Netzer.

4. Administasi Legal

Malah, belum lama ini Chat GPT bot bisa lolos ujian sekolah hukum dan mendapatkan nilai kelulusan setelah menulis esay tentang hukum konstitusi dan perpajakan. Bot cerdas ini ternyata mampu merespons naskah-naskah yang berkaitan dengan hukum.

Selama ini para pengacara dan firma hukum memiliki beban pekerjaan yang bersifat administratif yang sangat banyak dan nyaris mustahil diselesaikan dalam waktu cepat.

Nah di tangan Chat GPT, pekerjaan itu bisa diselesaikan dengan baik dalam waktu cepat. Chatbot bikinan Open AI ini bisa mengerjakan tugas seperti menulis dokumen-dokumen legal sederhana seperti perjanjian sewa, warisan, atau perjanjian kerahasiaan. Netzer menyambung, bahwa naskah-naskah hukum pada umumnya adalah kalimat-kalimat yang berpola dan berulang.

5. Analis keuangan

Hal lain yang bisa dilakukan ChatGPT dengan baik adalah menganalisa keuangan. Mahal analisa yang dilakukan olehnya sangat detail. Inilah yang membuat mereka yang berprofesi sebagai analis keuangan merasa terancam karena bisa tergantikan dengan Chat GPT.

ChatGPT bisa membuat Analisis keuangan yang cukup rumit disajikan secara lengkap tak kalah dengan analisis yang biasa diberikan analis keuangan. Namun tetap saja dalam beberapa kasus analis keuangan dibutuhkan untuk menganalisa kasus-kasus tertentu karena persoalan setiap kasus yang berbeda-beda.

Peluang Bagi Peretas Melakukan Serangan

Peluang Bagi Peretas Melakukan Serangan

ChatGPT menjadi peluang bagi peretas untuk melakukan aksinya. Foto/Kron4

Kehadiran ChatGPT memang bisa membantu pekerjaan manusia. Kecerdasan chatbot bikinan Open AI ini membuatnya bisa melakukan berbagai pekerjaan layaknya manusia. Mulai dari menjawab pertanyaan akademis, membuat analisis keuangan, bikin content writer, hingga membuat esai.

Namun di balik itu semua, kehadiran chatbot pintar ini juga membawa dampak negatif. salah satunya adalah dimanfaatkan untuk meretas data. ChatGPT ini membuat pelaku kejahatan lebih mudah untuk membuat email phishing dan kode berbahaya hingga meretasnya dalam skala yang jauh lebih besar.

Sekadar informasi, email phishing adalah aktivitas penipuan oleh orang atau organisasi tertentu di mana email dikirim untuk mendapatkan informasi penting, pribadi, rahasia, dan sensitif, biasanya dalam bentuk informasi pribadi.

Chaotot ini menjadi sebuah peluang bagi Malware untuk melakukan serangan. Tim peneliti dari Check Point Research pun cepat bergerak untuk meneliti kemungkinan tersebut. Ia pun melakukan penelusuran di berbagai forum hacker.

Ia pun lantas menemukan sebuah postingan di tanggal 29 Desember 2022 berjudul ChatGPT: benefit of malware. Di postingan tersebut, seorang anggota forum menunjukkan kemampuan ChatGPT dalam membuat sebuah malware menggunakan bahasa Phyton. “ChatGPT sukses menerjemahkan kode ke low-level language seperti C atau ASM. Kuncinya adalah menuliskan secara spesifik tujuan [malware] tersebut dan urutan langkah yang harus dilakukan,” tulis hacker tersebut.

Seperti dilansir smartcityindo.com, tim peneliti Check Point Research sendiri menyebut, terlalu dini untuk mengukur dampak ChatGPT terhadap munculnya jenis malware baru. Apalagi ChatGPT pada dasarnya hanya mengkompilasi teknik pembuatan malware yang sudah beredar. Namun seperti contoh di atas, ChatGPT memudahkan script kiddies atau hacker pemula untuk membuat malware yang merusak.

Namun Tim peneliti Check Point sendiri beberapa waktu lalu juga sudah membuktikan “keampuhan” ChatGPT dalam membuat serangan cyber security. Contohnya dalam membuat email phishing yang meyakinkan sehingga penerima email terdorong untuk mengklik link berbahaya.

Peretas melakukan aksinya melalui aplikasi ChatGPT gratis. Modus hacker dalam mendistribusikan malware adalah dengan memberikan layanan ChatGPT Plus secara cuma-cuma yang padahal ChatGPT Olus sendiri dikenakan biaya berlangganan 20 dolar AS atau Rp190 ribuan.

Mereka mengiming-imingi akses tanpa gangguan dan gratis ke ChatGPT Plus namun dengan syarat mereka harus menginstall beberapa file yang sebenarnya itu berisi malware, seperti dilansir dari Bleeping Computer.

Peneliti keamanan Dominic Alvieri adalah orang pertama yang menyadari modus itu. Ia melihat para hacker menggunakan domain "chat-gpt-pc.online" untuk menginfeksi korban dengan malware pencuri info Redline.

File berbahaya itu juga dipromosikan di situs web dan halaman Facebook yang menggunakan logo ChatGPT resmi untuk mengelabui pengguna agar mereka bisa dialihkan ke situs berbahaya dengan mudah.

Parahnya lagi, Alvieri juga melihat aplikasi ChatGPT palsu dipromosikan di Google Play dan toko aplikasi Android pihak ketiga.

Masyarakat harus waspada. Apalagi saat ini sudah ada lebih dari 50 ChatGPT palsu yang beredar di Play Store. Aplikasi-aplikasi tersebut menggunakan logo, ikon, dan nama yang mirip dengan ChatGPT, seperti ChatGPT1 dan AI Photo.
(wur)