Noda Hitam Sepak Bola Indonesia
Zen Teguh Triwibowo
Jumat, 18 November 2022, 14:31 WIB
Kalimat apalagi yang pantas untuk menggambarkan Tragedi Kanjuruhan? Duka saja tidak cukup. Yang jelas, sepak bola Indonesia sedang tidak baik-baik saja!
Detik-detik Mencekam di Kanjuruhan
MULANYA relatif biasa. Tensi panas kala laga derbi Jawa Timur antara Arema FC versus Persebaya Surabaya sesungguhnya telah terjadi bertahun-tahun sejak rivalitas dua klub legendaris ini muncul. Namun petaka meledak kala laga usai. Ratusan nyawa terenggut dan lainnya terluka.
Sabtu (1/10/2022) malam di Stadion Kanjuruhan, Malang. Singo Edan, julukan Arema, harus mengakui keunggulan lawannya dengan skor 2-3. Kekalahan ini memicu kekecewaan teramat sangat bagi puluhan ribu Aremania yang memadati stadion.
Malang tak dapat ditolak. Mereka yang masygul dengan hasil pertarungan itu meluapkan emosi dengan turun ke lapangan. Situasi dalam sekejap berubah menjadi mencekam. Aparat gabungan yang siaga menghalau para suporter. Tendangan, pukulan, bahkan sabetan tongkat digunakan untuk mengusir.
Lapangan rumput menjadi amat chaos. Versi Kapolda Jatim Irjen Pol Nico Afinta, suporter turun ke lapangan untuk memprotes pemain Arema.
"Para penonton berusaha mencari para pemain untuk menanyakan kenapa sampai kalah, atau melampiaskan. Oleh karena itu pengamanan melakukan upaya-upaya pencegahan, dan melakukan pengalihan supaya mereka tidak masuk ke dalam lapangan," kata Nico di Mapolres Malang, Minggu dini hari (2/10/2022).
Dia mengklaim, petugas semula mencoba untuk mengalihkan mereka dengan cara persuasif. Tapi cara itu tak berhasil. Polisi menyebut suporer kian beringas menyerang dan merusak mobil kepolisian.
"Upaya pencegahan sampai dilakukan gas air mata, karena sudah merusak mobil (polisi) dan akhirnya gas air mata disemprotkan," tuturnya.
Tembakan gas air mata ini menjadikan situasi kian mencekam. Ribuan Aremania yang masih berada di tribun panik dan mencari pintu keluar. Puncaknya ketika mereka berebut untuk menuju pintu 10 dan 12. Dapat ditebak, ketika pintu sempit itu dijejali ribuan manusia yang berdesakan, banyak yang tergilas dan terinjak-injak.
Salah satu penonton, Helmi Firdaus (25), menggambarkan malam itu dengan kata ‘mengerikan!’. Di tengah kondisi gelap, dan karut-marut tersebut, tiba-tiba ada satu tembakan gas air mata ke arah tribun ekonomi sisi selatan.
"Saat itu ada satu tembakan dan langsung muncul asap mengepul. Suporter yang ada di bawah berlarian naik menyelamatkan diri. Kebetulan saya sedang berada di tribun sisi selatan, bagian atas," ungkap Helmi, warga Jalan Gereja, Kelurahan Kidul Dalem, Kecamatan Klojen, Kota Malang.
Dalam situasi dilanda kepanikan tersebut, tiba-tiba terdengar ada tembakan kedua. Helmi mengaku langsung mengalami sesak nafas, dan perih di mata. Bahkan, hidungnya sampai mengeluarkan lendir, hingga mual-mual ingin muntah.
Dia yang datang bersama rombongan sebanyak 63 orang tersebut, berupaya untuk tidak panik. Namun, anggota rombongannya sudah kocar-kacir berlarian di tengah kerumunan massa yang mencoba berlarian ke luar stadion.
Faktanya, ratusan orang meregang nyawa. Ratusan lainnya terluka. Mereka yang tewas rata-rata karena sesak napas alias kehabisan oksigen. Minggu pagi, korban meninggal terdata 127 orang. Komnas HAM sempat mengeluarkan data 153 orang. Namun dalam konferensi pers Presiden Joko Widodo menyebut korban meninggal 129 orang. Minggu malam, Kapolri Listyo Sigit Prabowo yang terbang ke Malang mengonfirmasi jumlah korban 125 orang.
Ratusan korban luka tersebar di banyak rumah sakit. Mereka mendapat penanganan di RSUD Kanjuruhan, RS Wava Husada, RS Teja Husada, RSUD Saiful Anwar, juga beberapa rumah sakit di Kota Malang. "
Sementara itu korban meninggal dunia akibat insiden di Stadion Kanjuruhan Malang banyak mengalami luka dan memar di dada. Direktur Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang Dr dr Kohar Hari Santoso menuturkan, dari hasil identifikasi korban meninggal dunia yang ada di RSSA paling banyak luka di kepala dan dada.
“Bisa karena benturan dan himpitan," kata Kohar, Minggu (2/10/2022).
Tragedi Kanjuruhan memicu tsunami duka. Tagar #PrayForKanjuruhan menggema di media sosial. Publik meneteskan air mata. Semua sepakat: Tak ada sepak bola seharga nyawa!.
[avirista midada]
Lebih Buruk dari Tragedi Hillsborough
KEMATIAN 125 orang di Stadion Kanjuruhan, Malang, selepas laga Arema FC versus Persebaya Surabaya, Sabtu (1/10/2022) menjadi noda hitam bagi persepakbolaan Indonesia. Lebih dari itu, petaka ini bahkan lebih buruk dari Tragedi Hillsborough yang menewaskan 96 suporter Liverpool FC pada 1989 silam.
Banyaknya korban meninggal dunia dalam Tragedi Kanjuruhan menyodok rekor kematian dalam peristiwa bencana stadion (stadium disaster) menjadi nomor dua di dunia. Kasus kematian terbanyak terjadi di Stadion Nasional di Lima, Peru pada 24 Mei 1964. Sebanyak 328 orang meninggal karena sesak napas dan/atau pendarahan internal, meskipun kemungkinan jumlah korban tewas lebih tinggi.
Pada 24 Mei 1964, tim nasional Peru dan Argentina diadu bersama di babak kualifikasi kedua dari belakang untuk turnamen Olimpiade Tokyo. Pertandingan yang diselenggarakan oleh Peru di Estadio Nacional (Stadion Nasional) di Lima itu menarik penonton berkapasitas maksimum 53.000. Pertandingan berlangsung sengit oleh kedua tim, dan dengan dua menit waktu normal tersisa, Argentina memimpin 1-0.
Secara ajaib, Peru mencetak gol menyamakan skor - tapi dianulir oleh wasit, ngel Eduardo Pazos (orang Uruguay yang dianggap condong ke arah kemenangan Argentina). Dalam rentang sepuluh detik, ribuan penggemar Peru berubah dari kegembiraan menjadi kemarahan. Bencana dimulai ketika salah satu penonton berlari ke lapangan dan memukul wasit. Ketika penggemar kedua bergabung, dia diserang secara brutal oleh polisi dengan tongkat dan anjing.
Situasi berubah menjadi kacau-balau. Dari semula satu-dua orang, dalam tempo cepat ribuan suporter merangsek ke tengah lapangan. Kerusuhan pecah dan polisi meluncurkan tabung gas air mata ke kerumunan, yang mendorong puluhan ribu penggemar untuk mencoba melarikan diri dari stadion melalui tangga.
Ketika penggemar mencapai bagian bawah lorong-lorong ini, mereka menemukan bahwa gerbang baja yang mengarah ke jalan terkunci rapat. Saat mereka berusaha untuk lari kembali, polisi melemparkan lebih banyak gas air mata ke dalam terowongan, memicu histeria massal dan menyebabkan kehancuran besar. Sebagai akibatnya, 328 orang tewas karena sesak napas dan/atau pendarahan internal, meskipun kemungkinan jumlah korban tewas lebih tinggi.
Di luar bencana di Peru, dalam sejarah sepak bola orang juga tak akan lupa dengan Tragedi Hillsborough. Kejadian memilukan ini tak lain peristiwa kematian 96 pendukung Liverpool FC pada 15 April 1989 di Hillsborough, markas tim Sheffield Wednesday di kota Sheffield, Inggris. Kematian dipicu bentrok antarsuporter dalam stadion.
Kala itu berlangsung laga Piala FA Liverpool melawan Nottingham Forest. Jumlah korban meninggal tersebut tercatat sebagai jumlah tertinggi dalam kecelakaan di stadium dalam sejarah Britania Raya hingga saat ini.
Berikut kasus kematian terbesar di stadion:1. Peru
Terjadi pada 24 Mei 1964. Sebanyak 328 orang meninggal di Estadio Nacional, Lima.
2. Indonesia
Terjadi pada 1 Oktober 2022. Sebanyak 129 orang tewas di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur.
3. Ghana
Terjadi pada 9 Mei 2002. Sebanyak 126 orang tewas di Accra Stadium.
4. Inggris
Terjadi pada 15 April 1989. Sebanyak 96 pendukung Liverpool tewas di Stadion Hillsborough, Sheffield, Inggris.
5. Nepal
Terjadi pada 12 Maret 1988. Sebanyk 93 orang tewas di Stadion Kathmandu.
Tragedi Kanjuruhan tak ayal menjadi sorotan dunia. Media-media asing memberitakan petaka memilukan ini. Media berpengaruh semacam The Guardian di Inggris maupun The New York Times menceritakan kematian massal yang bersumber dari tembakan gas air mata kepolisian ini.
The Guardian menyebutkan perkelahian dilaporkan dimulai saat ribuan suporter Arema berhamburan ke lapangan usai timnya kalah. Pemain Persebaya langsung meninggalkan lapangan, namun beberapa pemain Arema yang masih berada di lapangan juga ikut diserang.
"Laporan mengatakan banyak korban terjadi setelah polisi menembakkan gas air mata ke tribun penonton, menyebabkan kepanikan di antara pendukung di Stadion Kanjuruhan," tulis The Guardian.
The Guardian juga mengutip pernyataan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, Wiyanto Wijoyo, mengatakan lebih dari 120 orang meninggal dunia. Para pejabat masih mengumpulkan jumlah korban yang terluka, tambahnya.
“Lebih dari 120 orang meninggal, mereka meninggal karena kekacauan, kepadatan, terinjak-injak dan mati lemas,” tegas Wiyanto, seraya menambahkan bahwa total yang terluka pasti lebih dari seratus dan dirujuk ke rumah sakit setempat yang berbeda.
Sementara itu, Associated Press dalam laporannya menyebutkan bahwa korban jiwa mencapai 127 orang termasuk dua petugas polisi.
"Lebih dari 300 orang dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk mengobati luka-luka tetapi banyak yang meninggal dalam perjalanan dan selama perawatan," tulis Associated Press mengutip pernyataan Kapolda Jawa Timur Nico Afinta.
Menurut Nico polisi terpaksa menembakkan gas air mata setelah sejumlah tawuran antara para pendukung kedua tim pecah. Itu menyebabkan kepanikan di kalangan suporter.
Ratusan orang berlarian ke pintu keluar untuk menghindari gas air mata. Beberapa terjebak dalam kekacauan dan yang lainnya terinjak-injak, menewaskan 34 orang hampir seketika.
Sedangkan The New York Times dalam laporannya yang berjudul Riots at Indonesian Soccer Match Leave Several Fans Dead atau Kerusuhan di Pertandingan Sepak Bola Indonesia Menyebabkan Beberapa Fans Meninggal melaporkan bahwa petugas keamanan berusaha menjaga kerumunan dengan memukul dan menendang pendukung.
"Saat perkelahian pecah, pihak berwenang menembakkan gas air mata ke lapangan dan ke tribun. Satu video dari tempat kejadian menunjukkan penggemar melarikan diri dari awan gas air mata di lapangan. Outlet berita lokal mengatakan ribuan penggemar berjuang untuk bernapas dan beberapa akhirnya pingsan," tulis The New York Times.
[andryanto wisnuwidodo/berlianto]
Siapa Perintah Tembakkan Gas Air Mata?
FAKTA demi fakta terungkap dalam Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 125 orang. Temuan di lapangan menunjukkan korban jiwa sebagian besar justru mereka yang berada di tribun Stadion Kanjuruhan. Para korban tewas itu rata-rata tak ikut turun menyerbu ke lapangan setelah laga Arema FC versus Persebaya Surabaya usai, Sabtu (1/10/2022) malam. Bagaimana bisa?
Kesaksian Fongky Rahadi (43) menjelaskan betapa mencekamnya peristiwa itu. Semula derbi Arema FC melawan Persebaya Surabaya itu berjalan biasa. Namun ketika hasil akhir menunjukkan skor 2-3 untuk kekalahan Singo Edan, penggemar fanatik mulai menyerbu ke lapangan.
Baku hantam suporter dan petugas gabungan tak terelakkan. Tapi itu belum selesai. Tiba-tiba tembakan gas air mata meletus. "Kami sempat berada di tribun saat sejumlah suporter turun ke lapangan. Tiba-tiba terdengar suara tembakan, dan mata mulai pedih. Setelah itu kami memutuskan untuk ke luar stadion," ujar Fongky, kepada SINDOnews, Minggu (2/10/2022).
Ketika dia dan rombongannya berjalan perlahan menuju ke pintu ke luar, kondisinya sudah gelap. Ketika itu sesungguhnya masih belum banyak suporter yang panik. Namun saat asap dari tembakan gas air mata semakin pekat, penonton berhamburan.
"Kondisi gelap, dan mata sudah pedih terkena gas air mata, akhirnya banyak dari suporter yang berjatuhan karena saling tabrakan dan membentur tembok. Semuanya serba panik berlarian ingin ke luar stadion," ujarnya.
Fongky dan sejumlah temannya memang berhasil keluar. Namun mereka tak bisa begitu saja meninggalkan stadion. Di luar polisi berupaya menghalau suporter yang coba mendekat ke Baracuda untuk pengangkut pemain Persebaya. Bahkan, aparat membabi-buta memukuli suporter yang hendak ke luar stadion. Akibat pukulan membabi buta tersebut, adik Fongky, Fajar Hari (41) menderita luka di kepala dan harus mendapatkan perawatan medis.
"Di tengah situasi terdesak, kami mencoba menolong suporter yang sudah berjatuhan akibat sesak napas, dan pingsan terkena gas air mata serta berdesakan," ungkap warga Jalan Raya Sudimoro, Kelurahan Mojolangu, Kecamatan Blimbing, Kota Malang tersebut, akhirnya disibukkan dengan membantu para suporter yang pingsan dan terluka di lorong menuju pintu ke luar stadion.
Kapolda Jatim Irjen Pol Nico Afinta mengklaim petugas terpaksa menembakkan gas air mata karena suporter kian brutal. Mereka juga diklaim menyerang petugas. "Upaya pencegahan sampai dilakukan gas air mata, karena sudah merusak mobil (polisi) dan akhirnya gas air mata disemprotkan," tuturnya.
Akibat serbuan gas air mata ribuan Aremania yang masih berada di tribun panik dan mencari pintu keluar. Puncaknya ketika mereka berebut untuk menuju pintu 10 dan 12 sehingga terjadi penumpukan dan saling berdesakan. Tragedi memilukan pun terjadi. Ratusan orang meninggal dunia.
Melanggar Regulasi FIFAPersoalannya, siapa yang menginstruksikan penembakan gas air mata itu? Aturan FIFA jelas-jelas melarang penggunaan gas yang biasa digunakan untuk membuyarkan huru-hara itu. Ketentuan tersebut tertuang dalam pedoman “FIFA Stadium Safety and Security Regulation”.
Pada pasal 19 poin B regulasi itu menegaskan sama sekali tidak diperbolehkan penggunaan senjata api dan gas air mata untuk pengendalian massa. Berikut bunyi lengkapnya:
(19) Pitchside stewards In order to protect the players and officials as well as maintain public order, it may be necessary to deploy stewards and/or police around the perimeter of the field of play. When doing so, the following guidelines must be considered: a) Any steward or police officer deployed around the field of play is likely to be recorded on television, and as such their conduct and appearance must be of the highest standard at all times. b) No firearms or “crowd control gas” shall be carried or used.
(19) Petugas di pinggir lapangan untuk melindungi para pemain dan ofisial serta menjaga ketertiban umum, diperlukan penempatan steward dan/atau polisi di sekeliling lapangan permainan. Saat melakukannya, pedoman berikut harus dipertimbangkan: a) Setiap steward atau petugas polisi yang ditempatkan di sekitar lapangan permainan kemungkinan besar akan direkam di televisi, dan oleh karena itu perilaku dan penampilan mereka harus memiliki standar tertinggi setiap saat. b) Tidak ada senjata api atau “gas pengendali massa” yang boleh dibawa atau digunakan.)
FIFA tentu bukan tanpa alasan membuat regulasi ketat. Secara ilmiah, gas air mata sangat berbahaya.
Mengutip Daily Start, gas air mata seringkali disebut sebagai zat Lachrymator, artinya zat tersebut dapat menyebabkan iritasi mata dan masalah lainnya. Gas air mata biasanya merupakan unsur CS (chlorobenzylidenemalononitrile) atau CN (chloroacetophenone) dan juga OC (oleoresin capsicum). Gas tersebut juga dikenal oleh masyarakat sebagai semprotan merica.
Ilmuwan menjelaskan, beberapa zat tersebut dapat masuk ke tubuh melalui pori-pori kulit. Ia dapat menyebabkan rasa sakit hebat hingga setengah jam setelah terpapar. Zat tersebut dapat berubah menjadi cairan asam jika terkena dengan keringat, air, ataupun minyak. Oksigen yang seharusnya berada di angka 75–100 mmHg, hipoksia menyebabkan kadar oksigen berada di bawah angka 60 mmHg.
Ini gejala hipoksia yang perlu diperhatikan. Dalam kondisi normal, oksigen yang masuk ke dalam tubuh akan masuk ke dalam paru-paru, kemudian langsung dibawa menuju jantung. Dari jantung, oksigen kemudian akan disebar ke seluruh tubuh lewat pembuluh darah, termasuk menuju otak. Namun saat terjadi hipoksia, oksigen tidak sampai ke sel dan jaringan. Kondisi ini akan membuat kadar oksigen di dalam jaringan tubuh menurun.
Setelah itu, seseorang pun akan mengalami beberapa keluhan kesehatan, mulai dari pusing, hingga linglung. Hipoksia bisa terjadi karena beberapa sebab, mulai dari faktor lingkungan hingga kondisi kesehatan tertentu. Dari faktor lingkungan, hipoksia bisa terjadi akibat rendahnya kadar oksigen di lingkungan, misalnya berada di ruang hampa udara, tenggelam, berada di ketinggian, dan lain sebagainya.
Presiden Jokowi merespons tragedi memilukan ini. Jokowi pun memerintahkan Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo untuk mengusut tuntas. Minggu siang, Sigit terbang ke Malang. Siapa bakal bertanggung jawab? Polri mengklaim sedang menginvestigasi.
[wahyu budi susilo, yuswantoro]
Lagu Lama PSSI Bernama Maaf
KEMATIAN 125 orang usai laga Arema FC versus Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10/2022) bukan saja menjadi noktah hitam sejarah sepak bola Tanah Air. Jelaga itu juga menuliskan cacat di dunia internasional.
Presiden FIFA Presiden FIFA Gianni Infantino menggambarkan insiden berdarah tersebut menjadi hari yang gelap untuk olahraga sepak bola. Petinggi otoritas tertinggi organisasi sepak bola sejagat itu pun turut menyampaikan dukacita mendalam atas tewasnya korban.
"Dunia sepak bola sedang syock menyusul insiden tragis yang terjadi di Indonesia pada akhir pertandingan antara Arema FC dan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan,” kata Infantino dilansir dari laman resmi FIFA, Minggu (2/10/2022).
“Ini adalah hari yang gelap untuk semua yang terlibat dalam sepak bola dan tragedi di luar pemahaman. Saya menyampaikan belasungkawa terdalam saya kepada keluarga dan teman-teman para korban yang kehilangan nyawa setelah insiden tragis ini," tambahnya.
Sejumlah organisasi dan klub di Eropa, juga bintang lapangan hijau juga menyampaikan simpatinya atas tragedi kelam itu. Mantan aktor lapangan tengah Arsenal yang kini memperkuat Istanbul Basaksehir, Mesut Ozil, menyuarakan keprihatinan mendalam.
”Turut berbelasungkawa untuk semua korban meninggal dalam peristiwa di Malang, Indonesia. Saya berdoa untuk para korban semoga ditempatkan di tempat yang paling mulia di sisi Tuhan," tulis Mesut Ozil di akun Twitternya, @M10, Minggu (2/9/2022).
Tembakan brutal gas air mata dari aparat di Stadion Kanjuruhan memicu kepanikan luar biasa Aremania yang menyesaki seluruh tribun. Begitu terjangan asap memedihkan mata itu menguar ke udara, para penggemar Singo Edan, julukan Arema, berhamburan mencoba menyelamatkan diri. Di pintu keluar itulah terjadi desak-desakan ribuan penonton. Ratusan orang meninggal kehabisan napas dan terluka.
Catatan kelam itu seketika nangkring di urutan dua daftar bencana stadion (stadium disaster) dunia. Tragedi Kanjuruhan menggeser petaka di Accra, Ghana ketika 126 tewas pada 2001. Pertanyaan selanjutnya yang kemudian mencuat di benak publik, bagaimana sikap PSSI?
Otoritas tertinggi sepak bola Indonesia itu seperti memainkan lagu lama. Ketua Umum PSSI M Iriawan alias Iwan Bule menyampaikan permintaan maaf dan rasa keprihatinan. ''Saya beserta PSSI meminta maaf kepada korban dan sangat menyesalkan insiden ini bisa terjadi. Saya dan tim PSSI sedang menuju ke Malang untuk menemukan gambaran utuh terkait insiden ini,'' kata dia, Minggu (2/10/2022).
Iwan boleh saja minta maaf, tapi publik menganggap itu tak cukup. Masyarakat luas menganggap pengunduran diri sebagai ketua umum PSSI adalah pilihan logis. Iwan Bule dianggap tak becus mengurus sepak bola Tanah Air.
Wasekjen Kaderisasi PB PMII Ragil Setyo Cahyono mengingatkan, berdasarkan data lembaga penelitian Save Our Soccer (SOS), setidaknya sudah ada 78 suporter bola tewas sejak Januari 1995 sampai Juni 2022. Tragedi Kanjuruhan ini menjadi pilu mendalam bagi dunia sepak bola Tanah Air. “Sepak bola Indonesia belum memperlihatkan tren positif dalam aspek keamanan dan keselamatan penonton. Maka itu, Iwan Bule harus mundur dari jabatannya," ucap Ragil, Minggu (2/10/2022).
Senada disampaikan Ketua Indonesia Police Watch (IPW) Sugeng Teguh Santoso. Dia pun mendesak Iwan Bule itu mundur. "Mochamad Iriawan seharusnya malu dan mengundurkan diri (dari jabatan Ketum PSSI) dengan adanya peristiwa terburuk di sepak bola nasional," ucap Sugeng.
Desakan mundur itu dinilai sangat beralasan. Tragedi Kanjuruhan dianggap bukan sekadar kecelakaan semata. Mitigasi atas rivalitas panas derbi Jawa Timur itu ternyata telah dilakukan. Polisi meminta laga digelar sore hari karena pertimbangan keamanan alias bukan pukul 20.00 WIB.
Apa mau dikata, PT LIB selaku operator Liga 1 dan panitia penyelenggara tak menggubris.
"Pertama kita ketahui bahwa kepolisian mengajukan permohonan untuk dilaksanakan di sore hari, tetapi oleh PT LIB dan panpel melakukan diskusi dan terjadi kesepahaman bersama bahwa dengan beberapa persyaratan salah satunya untuk tidak menghadirkan suporter lawan ke stadion. Itu yang menjadi rujukan dari pihak panpel dan LIB untuk
positive thinking bahwa sulit untuk akan ada kerusuhan ketika tidak ada rivalitas dan tidak ada suporter dari Persebaya yang datang ke Malang," kata Sekjen PSSI Yunus Nusi dalam konferensi pers, Minggu (2/10/2022).
Tragedi Kanjuruhan bukan kasus pertama kematian suporter sepak bola Indonesia. Namun seperti yang sudah-sudah, tragedi kelam itu seolah tak pernah menjadi pelajaran. Investigasi dan evaluasi dilakukan, tapi insiden kembali terulang.
[andryanto wisnuwidodo, susanto]
Selamat Tinggal Liga!
PALU telah diketok. Presiden Joko Widodo memerintahkan agar kompetisi Liga 1 2022-2023 dihentikan hingga evaluasi atas Tragedi Kanjuruhan diselesaikan. Presiden sekaligus memerintahkan kepada Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo mengusut tuntas insiden yang menewaskan 125 orang pada Sabtu (1/10/2022) malam itu.
“Saya juga telah perintahkan kepada Menpora, Kapolri dan Ketum PSSI untuk melakukan evaluasi menyeluruh pelaksanaan pertandingan sepakbola dan juga prosedur pengamanan penyelenggaraannya,” kata Jokowi, Minggu (2/10/2022).
“Khusus kepada Kapolri saya minta melakukan investigasi dan mengusut tuntas kasus ini. Untuk itu saya juga memerintahkan PSSI untuk menghentikan sementara liga 1 sampai evaluasi dan perbaikan prosedur pengamanan dilakukan,” ucapnya.
Sebelumnya, operator liga, PT Liga Indonesia Baru (LIB) telah memutuskan untuk menghentikan sementara kompetisi menyusul kematian massal tersebut. Namun penghentian hanya dilakukan selama sepekan.
“Keputusan menghentikan kompetisi kami umumkan setelah kami mendapatkan arahan dari Ketua Umum PSSI. Ini kami lakukan untuk menghormati semuanya dan sambil menunggu proses investigasi dari PSSI,” ujar Direktur Utama PT LIB Akhmad Hadian Lukita.
Sedikitnya 125 orng meninggal dunia dalam insiden di Stadion Kanjuruhan, Malang. Semuanya bermulai dari kekalahan Arema FC dari Persebaya Surabaya. Dalam laga derbi itu Singo Edan, julukan Arema, dipaksa mengakui ketangguhan Persebaya 2-3.
Usai laga, suporter Arema menyerbu lapangan. Aparat gabungan yang berjaga pun menghalau dengan brutal. Para suporter ditendang, dipukul dan dipentung. Tak cukup itu, dalam suasana chaos, polisi memuntahkan gas air mata ke seluruh penjuru stadion. Tembakan senjata inilah yang berujung petaka. Penonton di tribun berhamburan menuju pintu keluar.
Nahas, ribuan orang berdesakan dalam pintu-pintu stadion yang tak begitu luas. Ketika ratusan orang berhimpitan, maut pun datang. Ratusan orang tewas kehabisan napas karena terinjak-injak dan lainnya. Jumlah korban sempat simpang siur, dari 127, menjadi 153 hingga 174. Namun Kapolri menegaskan pada Minggu, total korban tewas 125 orang.
Tragedi Kanjuruhan menjadi duka negeri. Bencana mengerikan ini pun telah terdengar ke otoritas tertinggi sepak bola dunia, FIFA. Dengan kejadian memilukan itu, sanksi pun siap datang untuk dunia sepak bola Tanah Air.
Sanksi yang dijatuhkan FIFA tidak main-main. Hukuman ini bahkan bisa membuat sepak bola Indonesia mengalami kemunduran. Bisa jadi, ancaman sanksi FIFA ini bakal lebih mengerikan dibandingkan saat sepak bola Indonesia dibekukan FIFA akibat intervensi pemerintah soal kompetisi.
"Semoga kita tidak terkena sanksi FIFA,''kata Menpora Zainuddin Amali, Minggu (2/10/2022).
Untuk diketahui, penggunaan gas airmata yang ditembakkan polisi saat mengamankan penonton di dalam stadion usai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya merupakan pelanggaran kode keamanan FIFA (Pasal 19 b). Begini bunyinya: ''Senjata atau gas pengendali massa tidak boleh dibawa atau digunakan.''
Jika pasal ini yang digunakan FIFA untuk menjatuhkan sanksi kepada Indonesia akan sangat mengerikan.
Berikut 7 ancaman sanksi FIFA kepada Indonesia imbas Tragedi Kanjuruhan:
1. Seluruh pertandingan liga Indonesia dibekukan 8 tahun. Ancaman pertama dari sanksi FIFA yang kemungkinan dijatuhkan adalah seluruh pertandingan Liga Indonesia akan dibekukan selama delapan tahun. Sebuah hukuman yang sangat berat bagi semua yang berkepentingan mulai dari pemain, pelatih, PSSI hingga pelaku ekonomi.
2. Keanggotaan Indonesia di FIFA dicabut.
Sanksi untuk PSSI dikeluarkan FIFA lewat dokumen FIFA pada 30 Mei 2015 yang ditandatangani Sekjen FIFA Jerome Valcke. Dalam surat tersebut disebutkan bahwa keanggotaan Indonesia di FIFA dicabut atas hasil rapat Komite Eksekutifnya di Zurich, Swiss. FIFA menjatuhkan sanksi karena menilai pemerintah Indonesia melakukan pelanggaran karena intervensi yang merupakan pelanggaran atas Pasal 13 dan 17 dari Statuta FIFA.
3. Piala Dunia U-20 di Indonesia akan dibatalkan.
Jatah Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 terancam dibatalkan oleh FIFA dengan alasan keamanan. Indonesia diagendakan menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 yang akan digelar 20 Mei hingga 11 Juli 2022.
4. Timnas Indonesia dilarang main di Piala Asia 2023 dan Piala Asia U-20.
Ancaman sanksi yang tidak kalah menakutkan adalah pencabutan hak keikutsertaan Timnas Indonesia di Piala Asia U-2023 dan piala Asia U-20 2023. Timnas Indonesia lolos ke Piala Asia 2023 yang akan digelar 16 Juni-16 juli 2023. Sedangkan Piala Asia U-20 akan digelar 1-16 Maret 2022 di Uzbekistan. Baca Juga: Timnas Indonesia Terkena Sanksi usai Diguncang tragedi Kanjuruhan?
5. Poin Ranking FIFA Timnas Indonesia dikurangi.
Poin Timnas Indonesia dikurangi menjadi momok menakutkan yang akan memengaruhi ranking FIFA. Jika itu yang terjadi, Timnas Indonesia yang saat ini menempati 152 dunia kemungkinan bisa turun jauh.
6. Kompetisi Liga Indonesia tanpa penonton.
Hukuman yang tidak kalah berat adalah kemungkinan larangan menggelar pertandingan tanpa penonton dalam waktu lama.
7. Klub Indonesia tidak boleh bermain di AFC Cup dan Liga Champions Asia Klub ikut menderita jika hukuman larangan tidak boleh tampil di AFC Cup dan Liga Champions Asia. Artinya peluang klub Indonesia untuk berprestasi tidak akan bisa diraih.
Bila vonis FIFA benar-benar dijatuhkan, maka siap-siap saja bilang sayonara liga sepak bola Indonesia!
[andryanto wisnuwidodo, susanto].