Link Copied
Muharram: Bulan Syahrullah, Saatnya Hijrah Lebih Baik

Muharram: Bulan Syahrullah, Saatnya Hijrah Lebih Baik

By Andryanto Wisnuwidodo
Makna Syahrullah berarti Bulan Allah, dan disematkan pada Bulan Muharram. Keutamaan bulan Muharram salah satu dari empat bulan mulia (bulan haram) dalam Islam.

Makna Syahrullah dan Keutamaan Muharram untuk Umat Muslim

Makna Syahrullah dan Keutamaan Muharram untuk Umat Muslim


Makna Syahrullah berarti Bulan Allah dan disematkan pada Bulan Muharram. Keutamaan bulan Muharram sendiri yakni salah satu dari empat bulan mulia (bulan haram) dalam Islam. Berkaitan dengan Bulan Muharram yang disebut bulan mulia, Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman :

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ


“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus..” (QS. At-Taubah: 36).

Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan, yang dimaksud empat bulan haram adalah bulan Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram (tiga bulan ini berurutan), dan Rajab. Pada bulan-bulan ini, masyarakat Arab dilarang berperang karena disucikannya keempat bulan tersebut.

Karena itu, ia juga dinamakan Syahrullah Asham, yang artinya Bulan Allah yang Sunyi karena larangan berperang itu. Salah satu dalil yang menyebut Muharram sebagai Bulan Allah, salah satunya adalah;

Dari Abu Hurairah radhiyallahu‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

أفضل الصيام بعد رمضان شهر الله المحرم


“Sebaik-baik puasa setelah Ramadlan adalah puasa di bulan Allah, bulan Muharram.” (HR. Muslim).

Dalam Syarah Shahih Muslim, Imam An Nawawi menyebutkan bahwa, “Hadis ini menunjukkan bahwa Muharram adalah bulan yang paling mulia untuk melaksanakan puasa sunnah". Sementara Imam As Suyuthi menjelaskan bahwa berbeda dengan bulan-bulan lainnya. Nama-nama bulan lainnya sudah ada di zaman jahiliyah.

Sementara dulu, orang jahiliyah menyebut bulan Muharram ini dengan nama Shafar Awwal. Kemudian ketika Islam datanng, Allah ganti nama bulan ini dengan Al Muharram, sehingga nama bulan ini Allah sandarkan kepada dirinya (Syahrullah).

Selain itu, di bulan Muharram juga banyak terjadi peristiwa penting yang dialami para nabi. Semua peristiwa itu terjadi pada10 Muharramyang dikenal denganhari Asyura. Beberapa peristiwa yang terjadi pada hari Asyura di antaranya bertaubatnya Nabi Adam alaihisalam (as), berlabuhnya kapal Nabi Nuh alaihissalam di Bukit Juhdi setelah enam bulan mengarungi banjir besar, diselamatkannya Nabi Yunus alaihissalam dari ikan paus, Nabi Ayyub alaihissalam sembuh dari penyakit yang dialaminya bertahun-tahun, serta Nabi Musa alaihissalam selamat dari kejaran Fir'aun dan bala tentaranya setelah menyeberangi laut Merah.

Bulan Perdamaian dan Anjuran Puasa Sunnah Muharram juga yang berarti diharamkan atau yang sangat dihormati, memang merupakan bulan gencatan senjata atau bulan perdamaian. Hal ini menunjukkan bahwa umat Islam di manapun harus selalu bersikap damai, tidak boleh mengobarkan api peperangan jika tidak diperangi terlebih dahulu.

Karena itu, seyogianya umat Islam menghormati dan memaknai Muharram dengan spirit penuh perdamaian dan kerukunan. Sebab, Nabi Muhammad SAW pada khutbah haji wada-yang juga di bulan haram, mewanti-wanti umatnya agar tidak saling bermusuhan, bertindak kekerasan, atau berperang satu sama lain.

Esensi dari spirit Muharram adalah pengendalian diri demi terciptanya kedamaian dan ketenteraman hidup, baik secara fisik, sosial, maupun spiritual. Karena itu, di bulan Muharram Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam menganjurkan umatnya untuk berpuasa sunah: Asyura (puasa pada hari kesepuluh di bulan ini).

Dari Abu Hurairah, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Muharam. Dan, shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR Muslim).

Ibnu Abbas berkata, “Aku tak melihat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mengintensifkan puasanya selain Ramadhan, kecuali puasa Asyura.” (HR Bukhari).

Dalam hadis lain yang diriwayatkan dari Abi Qatadah, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Puasa Asyura itu dapat menghapus dosa tahun sebelumnya.” (HR Muslim).

Melalui puasa sunah itulah, umat Islam dilatih dan dibiasakan untuk dapat menahan diri agar tidak mudah dijajah oleh hawa nafsu, termasuk nafsu dendam dan amarah, sehingga perdamaian dan ketenteraman hidup dapat diwujudkan.Muharram juga penting dijadikan sebagai bulan keselamatan bersama dengan menghindarkan diri dari kemungkinan terjadinya kecelakaan yang dapat menyengsarakan manusia.

Amalan yang Dianjurkan Dilakukan di Sepanjang Bulan Muharram

Amalan yang Dianjurkan Dilakukan di Sepanjang Bulan Muharram


Muharram adalah bulan pertama dalam kalender Islam (Hijriyah) yang memiliki banyak keutamaan. Kenapa Muharram begitu istimewa? Dalam Al-Qur'an Surah At-Taubah Ayat 36, Allah mengabarkan 4 bulan mulia (bulan-bulan haram) yang wajib dimuliakan yaitu Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab.

Pada bulan-bulan ini umat Islam dilarang menganiaya diri sendiri dan sebaliknya diperintahkan memperbanyak amal saleh. Pada surat lain (Surat Al-Fajar ayat 1-3), Allah berfirman dengan kalimat seakan-akan bersumpah: 'Wal-Fajri (demi waktu Fajar), wa laya lin 'Asyrin (demi malam yang sepuluh), wassyaf'i wal-watri (demi yang genap dan yang ganjil).

Para mufassir menjelaskan ayat "Demi malam yang sepuluh" itu adalah 10 hari terakhir bulan Ramadhan, 10 hari pertama bulan Dzulhijjah dan 10 hari pertama bulan Muharram. Para sahabat dan salafunassaleh (ulama saleh terdahulu) menjadikan Muharram sebagai bulan memperbanyak amal saleh. Di bulan ini mereka menghidupkan puasa sunnah, berzikir dan memperbanyak amal kebaikan.

Di dalam bulan Muharram terdapat satu hari yang sangat mulia yaitu Hari Asyura (10 Muharram). Hari Asyura menjadi istimewa karena Allah memberi banyak kemuliaan kepada para Nabi dan Rasul-Nya pada hari tersebut.

Amalan yang Dianjurkan Bulan Muharram merupakan bulan penuh berkah terutama pada 10 hari pertama bulan tersebut. Berikut beberapa amalan yang dianjurkan:

1. Memperbanyak Puasa Sunnah
Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah SAW bersabda: "Puasa yang paling utama setelah puasa Ramadhan adalah puasa di bulan Muharram. Dan sholat yang paling utama setelah sholat fardhu adalah sholat malam." (HR Muslim 1162)

2. Puasa Tasu'a dan Asyura (9-10 Muharram)
Dari Humaid bin Abdir Rahman, ia mendengar Muawiyah bin Abi Sufyan berkata: "Wahai penduduk Madinah, di mana ulama kalian? Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: "Ini Hari Asyura, dan Allah tidak mewajibkan puasa kepada kalian di hari itu, sedangkan saya shaum, maka siapa yang mau shaum hendaklah ia shaum dan siapa yang mau berbuka hendaklah ia berbuka." (HR Al-Bukhari 2003)

Rasulullah SAW bersabda: "Puasalah kalian pada hari 'Asyura dan berbedalah dengan orang Yahudi. Puasalah kalian sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya." (HR Ath-Thahawi dan Al-Baihaqi serta Ibnu Khuzaimah 2095)

Rasulullah SAW bersabda: "Dan puasa di hari 'Asyura saya berharap kepada Allah agar dapat menghapuskan (dosa) setahun yang lalu." (HR Muslim)

3. Meluaskan Belanja kepada Keluarga
Dari hadis Abi Said Al-Khudhri bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Siapa yang meluaskan belanja kepada keluarganya pada Hari Asyura, maka Allah akan meluaskan atasnya belanja selama setahun."

Sebagian ahli hadis melemahkan hadis ini, namun sebagian lainnya mengatakan hadis ini shahih, lalu sebagian lainnya mengatakan Hasan. Ibnu Taimiyah dalam kitabnya Al-Ikhtiyarat termasuk menganjurkan amalan ini pada hari Asyura.

4. Memperbanyak Sedekah
Selain menghidupkan puasa, umat Islam juga dianjurkan memperbanyak sedekah. Sedekah pada bulan Muharram menurut Mazhab Maliki sangat dianjurkan. Disebut dalam satu riwayat, "Siapa yang berpuasa hari Asyura, dia seperti puasa setahun. Dan siapa yang bersedekah pada hari itu, dia seperti bersedekah selama setahun."

Sebagaimana keutamaan Muharram di mana Allah melipatgandakan pahala setiap amal saleh, maka memperbanyak sedekah termasuk menyantuni anak yatim merupakan amalan yang disukai Allah. Nabi Muhammad SAW bersabda: "Sedekah itu dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api". (HR. At-Tirmidzi) Demikian keutamaan bulan Muharram dan amalan yang dapat kita hidupkan. Semoga bermanfaat.

7 Peristiwa Bersejarah Muharram yang Diabadikan dalam Al-Qur'an

7 Peristiwa Bersejarah Muharram yang Diabadikan dalam Al-Qur'an


Bulan Muharram menjadi salah satu bulan yang penting dalam Islam, ia merupakan bulan pembuka dalam kalender Hijriah. Bulan ini juga termasuk dalam kategori al-asyhur al-hurum (bulan-bulan yang dimuliakan oleh Allah). Dikatakan al-asyhurul hurum sebab terdapat larangan berperang di dalamnya serta kemuliaan berupa pelipat-gandaan pahala atas amal ibadah.

Allah SWT berfirman:

اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ەۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَاۤفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَاۤفَّةً ۗوَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ


Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu, dan perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang takwa. ( QS At-Taubah [9] : 36)

Kitab Nuzhatul Majalis wa Muntakhobun Nafais karya Abdurrahman bin Abdissalam as-Shafuri menyebut banyak peristiwa agung para nabi yang dikisahkan Al-Qur'an berkaitan dengan bulan ini.

Pertama, adalah taubatnya Nabi Adam . Bermula dari memakan biji-bijian surga yang terlarang, ia dan Hawa kemudian diturunkan ke bumi secara terpisah. Dalam kondisi tersebut, Nabi Adam tak henti-hentinya memohon ampun atas apa yang telah diperbuatnya. Hingga pada suatu hari bertepatan dengan bulan Muharram, Allah SWT menerima taubatnya. “Maka, Adam mendapatkan beberapa kalimat dari Tuhannya, lalu dia kembali pada-Nya. Sungguh Allah maha menerima taubat lagi Maha Penyayang.” ( QS Al-Baqarah : 37)

Imam Jalaluddin as-Suyuthi dalam tafsirnya menyatakan sepakat bahwa yang dimaksud adalah kalimat doa dalam surat al-A’raf ayat 23 yang berbunyi rabbanaa dzalamnaa anfusanaa wa in lam taghfir lanaa lanakuunanna minal khasiriin (“wahai Tuhan, kami telah menzalimi diri kami sendiri dan jika Engkau tidak mengampuni kami, maka sungguh kami termasuk orang-orang yang merugi”).

Kedua, berlabuhnya bahtera Nuh. Allah SWT berfirman dalam surat Hud [11] : 44 dengan terjemahan ayat seperti berikut “Dan dikatakan: “Hai bumi, telanlah airmu, dan hai langit, (hujan) berhentilah” dan airpun disurutkan, perintah itu diselesaikan dan bahtera tersebut berlabuh di atas bukit Judiy dan dikatakan, “Binasalah orang-orang yang zalim.”

Setelah terombang-ambing di tengah-tengah banjir bandang selama enam bulan lamanya, Allah menyelamatkan Nabi Nuh dan kaumnya yang berjumlah 80 orang dan berlabuh di sebuah gunung yang oleh Al-Qur'an disebut Gunung Judiy.

Terlepas dari perbedaan pendapat tentang lokasi gunung tersebut, Allah memenuhi janji-Nya untuk menyelamatkan orang-orang beriman dan tidak mendustakan-Nya. Ini bertepatan dengan bulan Muharram tepatnya di hari ‘asyura, sehingga mereka semua berpuasa sebagai bentuk syukur atas keselamatan yang diberikan.

Ketiga, Ibrahim terselamatkan dari siksa Namrudz. Menurut as-Shawi, Nabi yang bergelar al-Khalil dan dikenal sebagai Bapak monoteisme ini mendapat siksaan berupa dilempar ke dalam kobaran api saat saat usianya menginjak 16 tahun. Kecerdasannya dalam mendebat sang raja dalam masalah ketuhanan, membuatnya harus mengalami peristiwa kejam ini. Namun, raja yag sesungguhnya yakni Allah SWT tidak membiarkan hal itu terjadi. Allah berfirman, “Hai api, jadilah dingin dan jadilah keselamatan bagi Ibrahim.” ( QS Al-Anbiya’ [21] : 69)

Keempat, bebasnya Nabi Yusuf dari penjara. Kisah tentang perjalanan hidup Nabi Yusuf ini diceritakan secara panjang lebar dalam surat Yusuf. Ia yang menjalani hidup bertahun-tahun di dalam penjara karena tuduhan hina, oleh Allah akhirnya dibebaskan dan diangkat pada kedudukan yang tinggi sebagaimana yang tertuang dalam surat Yusuf, “Dan raja berkata, “bawalah Yusuf padaku sebagai orang yang rapat kepadaku.” Maka tatkala raja telah bercakap-cakap dengannya, ia berkata, “sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercayai di sisi kami.” ( QS Yusuf [12] : 54)

Kelima, Nabi Yunus berhasil keluar dari perut ikan. Allah berfirman, “Maka kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkan dari pada kedukaan. Dan demikianlah kami selamatkan orang-orang yang beriman.” (QS Al-Anbiya’ [21]: 88)

Saat berada dalam kegelapam malam, lautan, dan perut ikan, Nabi Yunus berdoa seraya menyesali perbuatannya yakni pergi dari kaumnya tanpa izin dalam keadaan marah. Lalu Allah menunjukkan kekuasaannya dengan memasukkannya ke perut ikan.

Keenam, sembuhnya Nabi Ayyub dari penyakit. Allah memberi cobaan Nabi Ayyub berupa penyakit yang menyebabkan orang-orang disekitarnya pergi meninggalkannya, termasuk keluarganya sendiri. Ia berkeluh kesah kepada Allah atas apa yang menimpanya, lalu Allah mengabulkan doanya dan mengembalikan apa yang telah pergi sebelumnya. Kisah ini juga tertuang dalam surat al-Anbiya’ yang berbunyi: “Maka Kamipun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami melenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan kami lipat gandakan mereka sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah.”

Ketujuh, keberhasilan Musa dan kaumnya dari kejaran Firaun dan bala tentaranya. Allah memberi Nabi Musa mukjizat berupa tongkat yang dapat membelah lautan agar ia dan kaumnya Bani Israil bisa keluar dari kedzaliman Firaun. Dengan membawa rombongan yang banyak hingga berjumlah ratusan ribu seperti keterangan dalam Hasyiyah as-Shawi, Nabi Musa sempat merasa pesimistis mereka bisa bebas dari kejaran Firaun.

Namun, Allah meyakinkannya lalu menyelamatkan ia dan kaumnya. Firman Allah: “Dan Kami selamatkan Musa dan orang-orang yang menyertainya semuanya.” ( QS As-Syu’ara’ [26] : 65)

10 Poin Penting Puasa Asyura, Nomor 3 Jarang Diketahui Muslim

10 Poin Penting Puasa Asyura, Nomor 3 Jarang Diketahui Muslim


Umat Islam perlu mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan Puasa Asyura berikut hikmahnya. Tahun ini Hari Asyura (10 Muharram) jatuh pada Senin (8/8/2022) besok.

Ulama muda lulusan doktor Ilmu Fiqih asal Yaman, Syaikh Dr Labib Najib Abdullah Al-Yamani menyampaikan 10 poin penting terkait Puasa Asyura. '

1. Puasa Asyura menggugurkan dosa-dosa setahun sebelumnya, yakni dosa-dosa kecil. (Adapun dosa besar butuh taubat nasuha)

2. Hikmah disunnahkannya puasa Asyura sebagai wujud syukur kepada Allah yang telah menyelamatkan Nabi Musa 'alaihissalam dan kaumnya dari Fir'aun dan bala tentaranya.

3. Tingkatan Puasa Asyura ada tiga. Tingkatan pertama (paling afdhal) adalah puasa sehari sebelumnya (9 Muharram) dan sehari sesudahnya (11 Muharram). Tingkatan kedua, berpuasa sehari sebelumnya saja atau sehari sesudahnya saja. Tingkatan ketiga, berpuasa pada hari Asyura saja.

4. Hikmah disunnahkannya berpuasa di hari sebelumnya atau setelahnya adalah agar menyelisihi kaum Yahudi.

5. Tidak benar bahwa di hari Asyura terdapat amalan khusus, kecuali hanya puasa. Ada hadis tentang kesunnahan melapangkan kebutuhan keluarga dan mayoritas fuqaha mensunnahkannya. Adapun hadis tentang mandi, wewangian dan bercelak pada Hari Asyura, maka hadis tersebut palsu (maudhu').

6. Bulan terbaik untuk berpuasa setelah Ramadhan adalah bulan-bulan haram. Urutan bulan haram terbaik, yang pertama paling afdhal: Muharram, Rajab, Dzulhijjah, Dzulqa'dah. Kemudian, bulan terbaik setelah bulan haram untuk berpuasa adalah bulan Sya'ban.

7. Jika seseorang berpuasa Asyura dengan niat qadha puasa Ramadhan dan Asyura, maka ia mendapatkan dua pahala. (1) pahala fardhu (yaitu qadha) dan (2) pahala sunnah (Asyura).

8. Boleh berniat puasa Asyura setelah terbit matahari di hari itu sampai waktu zawal (sebelum waktu zuhur), selama belum melakukan hal-hal yang membatalkan puasa. Karena puasa Asyura hukumnya puasa sunnah.

9. Barangsiapa yang tidak sempat berpuasa Asyura, maka sunnah baginya untuk mengqadhanya pada hari yang lain.

10. Pada dasarnya seorang istri tidak boleh berpuasa sunnah kecuali setelah ada izin dari suaminya. Tetapi untuk puasa yang berulang setiap tahun seperti Asyura, maka cukup bagi suami untuk tidak melarangnya dan tidak disyaratkan dapat izinnya.

Demikian 10 poin penting terkait Puasa Asyura. Semoga bermanfaat.
(aww)