Link Copied
Perang Rusia-Ukraina, Bagaimana Nasib Stasiun Luar Angkasa?

Perang Rusia-Ukraina, Bagaimana Nasib Stasiun Luar Angkasa?

By Wuri Hardiastuti
Perang Rusia - Ukraina dikhawatirkan memengaruhi Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Selama ini Rusia bertanggung jawab menjaga ISS berada pada orbitnya.

Disanksi Amerika, Rusia Ancam Bakal Jatuhkan ISS

Disanksi Amerika, Rusia Ancam Bakal Jatuhkan ISS

Kepala badan antariksa Rusia Roscosmos, Dmitry Rogozin meradang dengan sanksi AS terhadap Rusia. Foto/Reuters

Perang Rusia - Ukraina masih terus berkecamuk. Rusia masih terus berupaya untuk merebut kota-kota di Ukraina. Perang yang makin memanas ini membuat dunia khawatir. Selain ancaman perang nuklir, warga dunia juga resah soal kondisi International Space Station (ISS). Pasalnya selama ini Rusialah yang bertugas menjaga stasiun luar angkasa itu tetap berada di orbitnya.

Sejak perang dimulai, Rusia mengancam untuk menjatuhkan Stasiun Luar Angkasa Internasional tersebut.Stasiun luar angkasa modular yang terletak di orbit rendah bumi itu dilucurkan sejak tahun 1998, yang notabene merupakan hasil kongsi dari NASA (Amerika Serikat), Roscosmos (Rusia), JAXA (Jepang), CSA (Kanada) dan ESA (Uni Eropa).

Kepemilikan dan penggunaan ISS ditetapkan oleh perjanjian dan kesepakatan antar pemerintah. ISS berfungsi sebagai laboratorium penelitian gravitasi mikro dan lingkungan luar angkasa, yang mana penelitian ilmiah ini mencakupi bidang astrobiologi, astronomi, meteorologi, fisika, dan bidang lainnya seperti jaringan Internet dunia.

Belakangan muncul kecemasan dari Roscosmos tentang kelanjutan proyek ISS.Kecemasan Roscosmos dipicu oleh serangkaian sanksi internasional yang kian memberatkan Rusia, dan dipercaya dapat berdampak pada eksistensi ISS, seperti dilansir dari ctvnews.ca.

Kepala badan antariksa Rusia Roscosmos dalam tweet pribadinya mengancam akan menjatuhkan ISS di India atau China karena sanksi Barat.Dmitry Rogozin mencuit bahwa dunia internasional harus mencegah sanksi jatuh kepada kami dan ini bukan kiasan.

Dia menanggapi berita bahwa sanksi AS, yang dijatuhkan sebagai pembalasan atas invasi Rusia ke Ukraina, dapat memengaruhi program luar angkasa Rusia.“Apakah Anda ingin menghancurkan kerja sama kita di ISS?” Rogozin, yang juga mantan duta besar Rusia untuk NATO, menulis dalam sebuah tweet.

Ia berdalih bahwa para kosmonot Rusia selama ini menavigasi stasiun ruang angkasa dan menghindari ISS tertabrak sampah luar angkasa.Meskipun menurut NASA, sistem AS juga memiliki perangkat lunak yang dapat menentukan dan mengontrol orientasi ISS.

“Jika Anda memblokir kerja sama dengan kami, siapa yang akan menyelamatkan ISS dari deorbit yang tidak terkendali dan jatuh ke Amerika Serikat atau Eropa?” tulisnya.

“Ada juga opsi untuk menjatuhkan struktur seberat 500 ton ke India dan China. Apakah Anda ingin mengancam mereka dengan prospek seperti itu?”

Sejauh ini operasional di ISS belum terpengaruh oleh invasi Rusia ke Ukraina.Saat ini ISS diawaki oleh empat astronot NASA, dua kosmonot Rusia dan satu astronot Eropa.ISS menguji sistem dan peralatan pesawat ruang angkasa yang diperlukan untuk kemungkinan misi jangka panjang ke Bulan dan Mars kelak di masa depan.

Kepala badan antariksa Rusia Roscosmos, Dmitry Rogozin meradang dengan sanksi presiden AS Joe Biden yang bisa mengganggu hubungan kemitraan AS-Rusia di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) .

Saat diminta tanggapannya terhadap kemarahan Rogozin, NASA mengatakan akan terus bekerja sama dengan semua mitra internasionalnya, termasuk Roscosmos. "Untuk operasi aman yang sedang berlangsung dari Stasiun Luar Angkasa Internasional akan terus dilakukan," terang NASA.

"Langkah-langkah kontrol ekspor baru akan terus memungkinkan operasi ruang angkasa sipil AS-Rusia," tambah NASA. "Tidak ada perubahan yang direncanakan untuk dukungan agensi untuk operasi di orbit dan stasiun bumi yang sedang berlangsung."

Terlepas dari retorika Twitter Rogozin, kolaborasi lama AS-Rusia di atas platform penelitian yang mengorbit tampaknya tetap pada pijakan yang kokoh, bahkan ketika ketegangan antara kedua negara meningkat karena invasi Rusia ke Ukraina.Saat ini ISS mengorbit sekitar 400 km di atas Bumi dan menampung empat awak Amerika, dua Rusia, dan seorang astronot Jerman.

Mereka adalah Anton Shkaplerov dan Pyotr Dubrov (kosmonot Rusia), Mark Vande Hei, Raja Chari, Thomas Marshburn, Kayla Barron (astronot Amerika), dan Matthias Maurer (astronot Eropa). Rusia pada tahun 2021 menambahkan modul baru Nauka ke ISS setelah menonaktifkan modul Piers yang sudah tua. Modul multiguna Nauka berfungsi sebagai laboratorium penelitian, unit penyimpanan, dan airlock untuk segmen Rusia.

NASA Terus Cari Solusi Jaga ISS Tanpa Rusia

NASA Terus Cari Solusi Jaga ISS Tanpa Rusia

Perang Rusia Ukraina yang tengah berkecamuk bisa mempercepat kehancuran Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Foto/NASA/Autoevolution

Badan antariksa Rusia nampaknya serius terhadap ancaman mereka untuk membiarkan stasiun luar angkasa internasional (ISS) jatuh ke bumi. Selama ini, roket Soyuz Rusia yang menopang agar ISS berada tetap mengorbit di ketinggian 422 kilometer di atas bumi.

Dikutip dari Science Alert, Kepala Roscosmos, Dmitry Rogozin mengatakan, sanksi barat terhadap Rusia telah mengganggu pengoperasian pesawat ruang angkasa Rusia yang melayani ISS.

Akibatnya, segmen stasiun Rusia yang membantu memperbaiki orbit ISS dapat terpengaruh. "Itu bisa menyebabkan struktur seberat 500 ton itu "jatuh ke laut atau ke darat", tulis kepala Roscosmos di akun Telegram.

"Selama ini segmen Rusia memastikan bahwa orbit stasiun diperbaiki, termasuk untuk menghindari puing-puing luar angkasa," kata Rogozin.

Pada saat yang sama, Rogozin menunjukkan peta lokasi di mana ISS mungkin bisa jatuh. "Mereka harus memikirkan harga yang harus dibayar karena sanksi terhadap Roscosmos," lanjutnya.

Pada 1 Maret, NASA mengatakan sedang berusaha mencari solusi untuk menjaga ISS di orbit tanpa bantuan Rusia. Karena selama ini astronot dan persediaan makanan diangkut ke segmen Rusia oleh pesawat ruang angkasa Soyuz.

Tetapi Rogozin mengatakan roket Soyuz yang digunakan untuk membawa awak dan persediaan ke ISS telah di bawah sanksi AS sejak 2021. Sanksi serupa juga dijatuhkan UE dan Kanada pada 2022.

Roscosmos mengatakan telah mengajukan banding ke NASA, Badan Antariksa Kanada, dan Badan Antariksa Eropa, menuntut pencabutan sanksi terhadap Roscosmos.

Karena Roscosmos menganggap luar angkasa adalah salah satu area terakhir yang tersisa di mana Amerika Serikat dan Rusia bisa terus bekerja sama.

Sejak NASA memberikan sinyal akan meninggalkan kerjasama dengan Rusia, Roscosmos mengumumkan niatnya untuk memprioritaskan pembangunan satelit militer karena negaranya semakin terisolasi akibat perang di Ukraina.

Rogozin juga mengumumkan bahwa Moskow tidak akan lagi memasok mesin untuk roket Atlas dan Antares AS. "Biarkan mereka terbang ke angkasa dengan sapu mereka," tulisnya Twitter.

Pada 30 Maret 2022, astronot AS Mark Vande Hei dan dua kosmonot Rusia Anton Shkaplerov dan Pyotr Dubrov dijadwalkan untuk kembali ke Bumi menggunakan pesawat ruang angkasa Soyuz.

Badan Antariksa Rusia Roscosmos merilis video berdurasi 47 detik yang merekam Modul Zvezda meninggalkan Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) . Video ini viral di tengah ketegangan Rusia dengan sejumlah negara Barat, dimotori Amerika Serikat, yang menjatuhkan sanksi terkait perang Ukraina.

Apalagi Rusia mengancam segera meninggalkan Stasiun Luar Angkasa Internasional pada 2024 atau lebih cepat dari rencana penghentian operasi ISS oleh NASA tahun 2031. Melalui video berisi rekaman Modul Zvezda meninggalkan ISS, Roscosmos tampak ingin memberitahu konsekuensi serius jika Rusia benar-benar pergi.

Dikutip dari laman IndiaToday, video berdurasi 47 detik menunjukkan kosmonot Rusia mengunci palka dan mengarahkan modul Zvezda menjauh dari pos terbang. Modul ini menyediakan tempat tinggal dan kemampuan pengisian bahan bakar untuk ISS. Berbeda dengan modul segmen AS yang berisi laboratorium milik Jepang dan Eropa.

Modul Zvezda juga bertindak sebagai penarik luar angkasa untuk seluruh pos terdepan dan memiliki kemampuan untuk mengarahkan ISS menjauh dari ancaman sampah luar angkasa. Sistem pendukung kehidupan pada modul bekerja bersama-sama dengan sistem di dalam lab AS,Destiny.

Kenyataan ini membuat Modul Zvezda bagian penting dari keseluruhan pos terdepan ISS. Jadi bisa dibayangkan bagaimana nasib ISS tanpa Modul Zvezda yang menjadi bagian penting rumah para astronot di luar angkasa.

“Roskosmos Rusia membuat film "lelucon" tentang pemutusan modul ISS Rusia dari stasiun. Modul ISS Rusia seperti Zvezda menyediakan sebagian besar sistem pendukung kehidupan ke stasiun orbital,” kata Dmitri Alperovitch melalui akunTwitter @Dalperovitch, pada 5 Maret 2022.

Dmitri Alperovitch yang kelahiran Rusia merupakan eksekutif industri keamanan komputer Amerika. Dia adalah salah satu pendiri dan mantan chief technology officer CrowdStrike.

Saat ini di Stasiun Luar Angkasa Internasional ada tujuh astronot Amerika, Rusia, dan Eropa . Mereka adalah Anton Shkaplerov dan Pyotr Dubrov (kosmonot Rusia), Mark Vande Hei, Raja Chari, Thomas Marshburn, Kayla Barron (astronot Amerika), dan Matthias Maurer (astronot Eropa).

Rusia pada tahun 2021 menambahkan modul baru Nauka ke ISS setelah menonaktifkan modul Piers yang sudah tua. Modul multiguna Nauka berfungsi sebagai laboratorium penelitian, unit penyimpanan, dan airlock untuk segmen Rusia.

Modul tersebut menyebabkan kecelakaan besar di stasiun beberapa jam setelah kedatangan saat pendorong jetnya menembak, secara tidak sengaja membuat pos terdepan terbang di luar kendali.

"Siapa yang akan menyelamatkan stasiun luar angkasa dari deorbit yang tidak terkendali?" kata Kepala Roscosmos Dmitry Rogozin merespons sanksi yang dijatuhkan sejumlah Negara Barat dan AS terhadap Rusia atas invasi ke Ukraina.

Rusia Kirim 3 Kosmonot ke Stasiun Luar Angkasa Internasional

Rusia Kirim 3 Kosmonot ke Stasiun Luar Angkasa Internasional

Tiga kosmonot Rusia yang dikirim ke Stasiun Luar Angkasa. Foto/Phys.org

Kekhawatiran akan terganggunya International Space Station (ISS) karena invasi Rusia ke Ukraina sepertinya telah dijawab oleh Rusia. Baru-baru ini, Rusia telah mengirim kembali tiga kosmonot menuju Stasiun Luar Angkasa Internasional pada hari Jumat 18 Maret 2022 pukul 11:55 waktu setempat. Ketiga kosmonot Rusia, yaitu Oleg Artemyev, Denis Matveev, dan Sergey Korsakov, diluncurkan dengan Rokey Soyuz dari Baikonur Cosmodrome di Kazakhstan.

Ini akan menjadi perjalanan singkat bagi tiga kosmonot Rusia ke laboratorium luar angkasa dan dijadwalkan berlabuh dengan modul Prichal pada pukul 15:05 atau tiga jam setelah peluncuran. Ini akan menjadi peluncuran pertama yang dilakukan Rusia sejak terjadi perang dengan Ukraina pada 24 Februari 2022.

Amerika Serikat dan negara-negara lain memberlakukan sanksi ekonomi baru terhadap Rusia setelah invasi, beberapa di antaranya mempengaruhi program luar angkasa negara itu. Badan Antariksa Federal Rusia, Roscosmos membalas dengan berhenti menjual mesin roket Rusia ke perusahaan-perusahaan Amerika Serikat.

Roscosmos juga menghentikan peluncuran Soyuz dari Pelabuhan Antariksa Eropa di Guyana Prancis, di antara langkah-langkah lainnya. Meskipun ketegangan meningkat, pejabat NASA menekankan bahwa operasi Stasiun Luar Angkasa Internasional tetap berjalan seperti biasa.

Rusia adalah mitra kunci dalam program stasiun luar angkasa, dan kerja samanya terus menjadi penting. Misalnya, pemulangan astronot NASA Mark Vande Hei kembali ke Bumi pada 30 Maret 2022 bersama dua kosmonot Rusia menggunakan roket Soyuz.

Pesawat luar angkasa Soyuz tiba di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) membawa tiga kosmonot Rusia , Jumat 18 Maret 2022 waktu setempat. Ini merupakan peristiwa pertama kali dalam 22 tahun roket Soyuz membawa kru ke luar angkasa semuanya berasal dari Rusia.

Tiga kosmonot Rusia itu direncanakan tinggal selama 6 bulan di Stasiun Luar Angkasa Internasional."Untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun – semua kru berasal dari Rusia," kata Dmitry Rogozin, Direktur Umum Roscosmos, perusahaan ruang angkasa federal Rusia, menulis melalui akun twitter pada Jumat 18 Maret 2022 dikutip SINDOnews dari laman Space.com.

Peluncuran ke luar angkasa ini dilakukan saat perang Rusia Ukraina dan memburuknya hubungan Roscosmos dan NASA. Tetap berjalannya misi ini mengindikasikan hasil dari negosiasi yang lebih lama antara NASA dan Roscosmos.

Kerja sama ini memberikan kesempatan bagi Rusia menempatkan kosmonotnya di Stasiun Luar Angkasa Internasional. Sebaliknya, AS dapat menggunakan pesawat luar angkasa Soyuz untuk membawa kembali astronotnya ke Bumi.

"Kami masih berencana untuk melakukan pertukaran kru," kata Joel Montalbano, manajer NASA untuk program Stasiun Luar Angkasa Internasional, dalam konferensi pers, Senin 14 Maret 2022 dikutip SINDOnews dari laman Space.com.

Terakhir kali roket Soyuz MS-21 terbang ke luar angkasa dengan kru semua berasal dari Rusia pada tahun 2000. Ada 2 awak kosmonot karier Rusia, yaitu Sergei Zalyotin dan Aleksandr Kaleri menggunakan Soyuz TM-30 didanai secara pribadi untuk menilai pengaktifan kembali stasiun ruang angkasa Rusia Mir untuk penggunaan komersial.

Mir akhirnya dideorbit pada tahun 2001. Roket Soyuz MS-21 adalah Soyuz ke-67 Rusia yang diluncurkan ke Stasiun Luar Angkasa Internasional sejak 2000 dan ke-150 yang terbang sejak 1967.

Pada tahun 1999 roket Soyuz TM-28 meluncurkan misi ke luar angkasa dengan 3 kru asal Rusia semua. Ketiga kosmonot itu adalah Gennady Padalka, Sergei Avdeyev, dan Yuri Baturin.

Terbaru, Soyuz MS-19 diluncurkan pada tahun 2021 dengan tiga orang Rusia menuju Stasiun Luar Angkasa Internasional. Tapi, hanya satu yang merupakan kosmonot, yaitu Shkaplerov. Dua anggota kru lainnya adalah aktris Yulia Peresild dan sutradara Klim Shipenko, yang terbang di bawah kontrak komersial untuk adegan film yang masih akan dirilis "The Challenge."
(wur)