Link Copied
Geliat Emansipasi Perempuan Arab Saudi

Geliat Emansipasi Perempuan Arab Saudi

By Mohammad Faizal
Arab Saudi kian berani mengambil langkah modernisasi, termasuk membuka diri dalam emansipasi. Kaum perempuan kini didorong lebih berperan memajukan negeri.

28.000 Wanita Berebut Lowongan Masinis Kereta Mekah-Madinah

28.000 Wanita Berebut Lowongan Masinis Kereta Mekah-Madinah


Selama beberapa dekade, Arab Saudi tercatat sebagai salah satu negara dengan tingkat partisipasi tenaga kerja wanita terendah di dunia. Namun, belakangan ini situasi tersebut mulai berubah.

Di bawah langkah modernisasi yang diinisiasi Putra Mahkota Mohammed bin Salman, Arab Saudi mulai mendiversifikasi ekonomi yang bergantung pada minyak. Sejalan dengan itu, dalam beberapa tahun terakhir Arab Saudi mulai membuka sektor publik bagi perempuan yang bekerja.

Terkini, perusahaan operator kereta asal Spanyol Renfe membuka lowongan 30 masinis kereta perempuan. Lowongan kerja itu pun disambut antusias di mana perusahaan telah menerima 28.000 aplikasi.

Kandidat yang berhasil nantinya akan mengemudikan kereta berkecepatan tinggi antara kota suci Mekah dan Madinah setelah satu tahun pelatihan. Ini adalah pertama kalinya pekerjaan seperti itu diiklankan secara terbuka untuk wanita di kerajaan Arab Saudi yang konservatif.

Arab Saudi juga telah mendorong sejumlah reformasi sosial, termasuk mengakhiri larangan mengemudi mobil bagi perempuan. Saudi juga melonggarkan undang-undang perwalian laki-laki untuk memungkinkan perempuan bepergian dengan bebas.

Berkat perubahan-perubahan tersebut, partisipasi perempuan dalam angkatan kerja meningkat hampir dua kali lipat dalam lima tahun terakhir menjadi 33%. Bahkan, tercatat lebih banyak perempuan daripada laki-laki yang memasuki angkatan kerja pada paruh pertama tahun lalu.

Kendati demikian, menurut penelitian yang diterbitkan oleh lembaga think tank Brookings Institute yang berbasis di Amerika Serikat (AS) tahun lalu, laki-laki masih memegang mayoritas pekerjaan, terutama di sektor publik.

Terlepas dari reformasi sosial yang besar, perempuan Saudi masih memiliki banyak batasan, seperti harus mendapatkan persetujuan wali laki-laki untuk menikah, meninggalkan rumah, atau mendapatkan perawatan kesehatan tertentu.

Wanita Arab Saudi Tak Mesti Lagi Kenakan Abaya Hitam

Wanita Arab Saudi Tak Mesti Lagi Kenakan Abaya Hitam


Wanita Arab Saudi yang identik dengan abaya hitam, ke depan mungkin tak lagi akan selalu tampil dengan busana tradisional tersebut. Mereka bebas mengenakan busana apapun, asalkan layak, sopan dan terhormat.

Hal itu ditegaskan Putra Mahkota Mohammed bin Salman, calon raja yang telah banyak membawa perubahan sosial di Arab Saudi.

"Wanita di Arab Saudi tidak perlu mengenakan penutup kepala atau abaya hitam - jubah longgar, panjang penuh yang melambangkan kesalehan Islam - selama pakaian mereka layak dan penuh hormat," kata calon raja yang reformis tersebut. "Hukumnya sangat jelas dan diatur dalam syariah (hukum Islam) bahwa perempuan memakai pakaian yang sopan dan terhormat, seperti juga laki-laki," lanjut Mohammed bin Salman dalam wawancara dengan televisi CBS yang ditayangkan Minggu (20/2/2022).

Sang pangeran menambahkan, keputusan sepenuhnya diserahkan kepada wanita untuk memutuskan jenis pakaian yang layak dan terhormat apa yang dia pilih untuk dikenakan.

Kendati begitu, masih belum jelas apakah pernyataan putra Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud ini menandakan perubahan dalam penegakan aturan berpakaian perempuan di negara tersebut. Arab Saudi tidak memiliki kode hukum tertulis untuk mengikuti teks-teks yang membentuk syariah.

Polisi dan pengadilan telah lama memberlakukan aturan berpakaian yang ketat yang mengharuskan wanita Saudi untuk mengenakan abaya dan dalam banyak kasus untuk menutupi rambut dan wajah mereka.

Kini negara itu mulai menikmati iklim baru kebebasan sosial dengan meningkatnya kekuasaan putra mahkota berusia 32 tahun itu. Wanita Saudi mulai umum mengenakan abaya yang lebih berwarna dalam beberapa tahun terakhir, seperti biru muda dan merah muda yang sangat kontras dengan hitam.

Abaya terbuka di atas rok panjang atau jeans juga menjadi lebih umum di beberapa bagian negara tersebut. Sekelompok wanita di Kota Jeddah beberapa waktu lalu memperingati Hari Perempuan Internasional dengan menjalankan salah satu kebebasan baru yang mereka peroleh, hak untuk pergi joging.

Di bawah Pangeran Mohammed bin Salman, Arab Saudi makin melonggarkan hak-hak perempuan. Para perempuan kini diperkenankan menonton pertandingan olah raga di tempat publik bersama-sama penonton pria. Para perempuan juga telag diizinkan mengemudikan mobil sendiri di jalan raya.

4 Wanita Arab Saudi Masuk 50 Pengusaha Wanita Paling Berpengaruh

4 Wanita Arab Saudi Masuk 50 Pengusaha Wanita Paling Berpengaruh


Empat wanita Arab Saudi masuk ke dalam daftar 50 pengusaha wanita paling berpengaruh di Timur Tengah versi majalah Forbes. Wanita Arab Saudi yang masuk dalam daftar itu adalah Sarah al-Suhaimi, Hutham Olayan, Lubna Olayan, dan Basma al-Maiman.

Berikut profil singkat keempatnya seperti dilansir dari Al Arabiya, Kamis (10/2/2022).

1. Sarah al-Suhaimi
Sarah al-Suhaimi menjadi wanita Arab Saudi di posisi teratas dalam daftar ini. Ia bahkan berada dalam posisi keempat dalam daftar 50 pengusaha wanita paling berpengaruh versi majalah tersebut.

Sarah al-Suhaimi adalah wanita Arab Saudi pertama yang memimpin Tadawul Bursa Efek Kerajaan. Bursa Efek Arab Saudi adalah pasar saham terbesar di Timur Tengah.

Dia juga anggota dewan operator telekomunikasi terbesar di negara itu Saudi Telecom Company (STC) dan merupakan wali dari International Financial Reporting Standards Foundation. Al-Suhaimi juga menduduki jabatan di Dewan Direksi Saudi Cultural Development Fund dan maskapai Saudia (Saudi Arabian Airlines).

2. Hutham Olayan
Berikutnya adalah Hutham Olayan yang berada di peringkat keenam daftar tersebut. Hutham adalah pimpinan Olayan Group, perusahaan swasta multinasional dengan portofolio investasi global yang dikelola secara aktif.

Olayan Group adalah investor internasional yang beroperasi di berbagai sektor yang berbeda. Pada Januari 2021, Olayan diangkat ke dewan Brookfield Asset Management Inc.

Menurut Forbes Timur Tengah aset real estatnya termasuk 550 Madison Avenue di New York, Knightsbridge Estate di London, dan Hotel Ritz di Madrid. Di Arab Saudi, Olayan Group membotolkan Coca-Cola, menjalankan restoran Burger King, serta memproduksi kaleng dan kertas.

3. Lubna Olayan
Lubna Olayan berada di posisi ke-11 dalam daftar Forbes. Lubna menjabat sebagai CEO Olayan Finance selama lebih dari 30 tahun dan pensiun pada tahun 2019.

Pada 2019, ia menjadi ketua Saudi British Bank (ABB). Dia juga memimpin dewan Alawwal Bank yang bergabung dengan SABB pada tahun 2021. Olayan adalah wanita pertama yang bergabung dengan dewan direksi sebuah perusahaan yang terdaftar di Saudi.

Selain itu, ia adalah bagian dari dewan Olayan Finance, Schlumberger and Ma'aden, Allianz, McKinsey & Cp, Bank of American Merrill Lynch dan Akbank.

4. Basmah Abdulaziz al-Mayman
Basmah al-Mayman berada dalam di tempat ke-15 dalam daftar Forbes. Basmah adalah Direktur Regional untuk Timur Tengah di Organisasi Pariwisata Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNWTO), posisi yang dijabatnya sejak 2018, menjadikannya nasional GCC pertama yang memegang posisi kepemimpinan di UNWTO dan wanita pertama yang menjadi ujung tombak wilayah ini dalam sejarah organisasi.

Al-Mayman juga mendirikan Akademi Pariwisata Dunia di Arab Saudi bekerja sama dengan UNWTO. Pada tahun 2020, ia diakui oleh Bank Dunia sebagai salah satu CEO termuda di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA). Sebelumnya, ia bekerja di Komisi Saudi untuk Pariwisata dan Warisan Nasional (SCTH) selama lebih dari 17 tahun.

Daftar 50 pengusaha wanita paling berpengaruh dan sukses di Timur Tengah versi Forbes tahun ini juga mencakup wanita dari Uni Emirat Arab, Mesir, Arab Saudi, Maroko, Kuwait, dan Oman.

Ketika 732.000 Muda-mudi Arab Saudi Berbaur di Pesta Musik

Ketika 732.000 Muda-mudi Arab Saudi Berbaur di Pesta Musik


Pemandangan tak biasa terhampar di negara konservatif Arab Saudi, di mana sekitar 732.000 orang berpesta di festival musik MDLBeast Soundstorm 2021 di Riyadh, Arab Saudi. Para penonton, pria dan wanita, berbaur menyanyi dan bergoyang mengikuti musik Barat.

Pesta musik elektronik yang digelar dari 16 hingga 19 Desember ini bisa berlangsung setelah para pemimpin kerajaan mendorong perubahan citra konservatif negara tersebut, seiring dengan langkah diversifikasi ekonominya.
Penghibur dan musisi internasional - termasuk superstar DJ Prancis David Guetta - tampil di acara tersebut.

"Selama empat hari, 732.000 orang berbondong-bondong ke acara tersebut, salah satu festival musik terbesar di dunia," kata Turki al-Sheikh, kepala Otoritas Hiburan Umum Arab Saudi, seperti dikutip AFP, Selasa (21/12/2021).

Festival ini, sejak diluncurkan pada tahun 2019, selalu memikat kerumunan besar. Kebanyakan dari mereka pria dan wanita muda, yang dapat dengan bebas berbaur dan menari mengikuti musik Barat. "Kami belum pernah melihat yang seperti ini di Riyadh sebelumnya," ungkap seorang wanita Arab Saudi, yang menghadiri festival tersebut.

Kebangkitan penguasa de facto Arab Saudi, Putra Mahkota Mohammed bin Salman telah mengantarkan sejumlah reformasi. Pergeseran sosial terjadi di negara Teluk yang konservatif tersebut, termasuk pencabutan larangan mengemudi bagi perempuan dan mengizinkan konser campuran gender dan acara lainnya.

Seorang wanita muda Arab Saudi yang berbicara secara anonim mengungkapkan, acara semacam itu tetap bermanfaat dalam menawarkan jalan keluar bagi generasi muda.

"Kami haus akan musik, hiburan, film, tawa, dan jalan-jalan. Kami seperti menemukan kembali negara kami dan itu membuat kami sangat bahagia," katanya.

Gagahnya Tentara Wanita Ikuti Parade Hari Nasional Arab Saudi

Gagahnya Tentara Wanita Ikuti Parade Hari Nasional Arab Saudi


Untuk pertama kali dalam sejarah Kerajaan Arab Saudi, tentara wanita mengambil bagian dalam parade militer Hari Nasional. Tentara wanita dari berbagai pangkat berbaris dalam parade selama satu jam untuk memperingati Hari Nasional Arab Saudi ke-91, September tahun lalu.

Acara tersebut dihadiri ratusan warga dan penduduk Saudi yang mengibarkan bendera serta bersorak saat para tentara berbaris. Hari Nasional Saudi dirayakan setiap tahun pada 23 September untuk menandai penggantian nama Kerajaan Najd dan Hijaz menjadi Kerajaan Arab Saudi pada 1932 setelah keputusan kerajaan dari Raja Abdul Aziz Ibn Saud.

Tampilnya tentara wanita menjadi bagian dari Visi 2030 Putra Mahkota Mohammed bin Salman yang memperkenalkan reformasi yang memajukan perempuan Arab Saudi di berbagai bidang.

Kementerian Pertahanan Arab Saudi misalnya, telah mengumumkan bahwa wanita dapat melamar posisi di militer melalui portal penerimaan terpadu mereka. Wanita diizinkan bergabung Angkatan Darat, Angkatan Udara, Angkatan Laut, Pasukan Rudal Strategis, dan Layanan Medis Angkatan Bersenjata. Wanita Arab Saudi juga telah direkrut sebagai tentara, kopral dan sersan.

Untuk dapat bergabung dengan angkatan bersenjata, seorang wanita harus berusia antara 21 dan 40 tahun, tinggi 155 cm atau lebih, dan tidak sedang menjabat pegawai pemerintah. Kandidat juga harus lulus prosedur penerimaan, memiliki catatan kriminal yang bersih, dan secara medis sehat untuk melayani.

Wanita Arab Saudi yang ingin berkarir di bidang militer juga harus memiliki kartu identitas nasional independen, memiliki minimal pendidikan sekolah menengah atas, dan tidak dapat menikah dengan warga negara non-Arab.
(fjo)