Perjalanan Agung Isra Mikraj, Tanda-tanda Kebesaran Allah SWT

Perjalanan Agung Isra Mikraj, Tanda-tanda Kebesaran Allah SWT

Andryanto Wisnuwidodo
Rabu, 29 Januari 2025, 16:17 WIB

Peristiwa Isra Mikraj adalah perjalanan agung sebagai tanda-tanda kebesaran Allah SWT mengenai perintah Salat kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam.

Isra Mikraj Nabi Muhammad SAW untuk Terima Perintah Salat 5 Waktu


Isra Mikraj Nabi Muhammad SAW untuk Terima Perintah Salat 5 Waktu

Umat Islam memperingati Isra Mikraj yang merupakan perjalanan agung Nabi Muhammad SAW untuk menerima perintah mendirikan Salat 5 waktu yang disampaikan langsung oleh dari Allah SWT. Isra Mikraj adalah peristiwa monumental yang membawa pesan mendalam bagi umat manusia sekaligus perjalanan suci dan bersejarah serta menjadi titik balik kebangkitan dakwah Rasulullah SAW.

Ada tiga perjalanan penting Rasulullah SAW., yaitu: Isra Mikraj, Hijrah, dan Haji Wada. Hijrah dari Makkah ke Madinah menjadi momentum perubahan, Haji Wada menandai kemenangan. Sedangkan Isra Mikraj adalah puncak perjalanan seorang hamba (al-abd) menuju sang pencipta (al-Khalik) menuju kesempurnaan rohani (insan kamil).

"Oleh-oleh Isra Mikraj adalah salat. Karenanya, pesan terpenting dari peringatan Isra Mikraj adalah menegakkan salat. Mari kita menegakkan salat," pesan Menteri Agama Nasaruddin Umar di Jakarta, Minggu (26/1/2025). "Rasulullah dalam sebuah hadis menyebut salat sebagai Mi’rajnya orang mukmin. Salat juga tiang agama," sambung Menag.

Pesan terpenting dari peringatan Isra Mikraj adalah menegakkan Salat
Nasaruddin Umar


Baca Juga: Kumpulan Doa Isra Mikraj, Jangan Lupa Amalkan!

Salat, kata Menag, adalah fondasi spiritualitas dan pilar agama. Salat mengajarkan kedisiplinan, ketundukan, dan hubungan yang erat dengan Sang Pencipta. Dan, salat ditutup dengan salam, memberi pesan tentang pentingnya menebar kedamaian dan keselamatan. Salat mengajarkan tentang pentingnya keseimbangan antara hubungan dengan Allah SWT dan hubungan dengan sesama manusia.

"Salat menguatkan fondasi spiritual dalam membangunan umat dan bangsa. Ketika fondasi ini kuat, nilai-nilai keadilan, kedamaian, dan kesejahteraan akan tumbuh dan membawa manfaat bagi semua. Spiritualitas yang terinternalisasi dengan baik akan menjadi landasan untuk membangun persatuan, toleransi, dan harmoni sosial," papar Menag.

"Salat mengajarkan kita bahwa kesalehan individual harus berdampak pada kesalehan sosial, yang menjadi pilar penting dalam membangun masyarakat yang adil dan bermartabat," sambungnya.

Menag berharap, peringatan Isra Mikraj tahun ini menjadi inspirasi bagi umat untuk terus memperkuat iman, memperbaiki amal, dan membangun masa depan bangsa yang lebih baik. "Dengan menjadikan spiritualitas sebagai landasan, salat sebagai pilar, mari hadirkan peradaban yang penuh rahmat dan keberkahan," tandasnya.

4 Hadis Nabi terkait Isra Mikraj Perjalanan Agung Rasulullah SAW

4 Hadis Nabi terkait Isra Mikraj Perjalanan Agung Rasulullah SAW

Kisah perjalanan Isra Mikraj Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam selain dari Al-Qur'an juga dapat kita ketahui dari keterangan Hadis Nabi. Ada beberapa Hadis yang menjelaskan perjalanan agung Rasulullah SAW tersebut.

Peristiwa Isra adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidilharam Makkah ke Masjidil Aqsa Palestina di waktu malam. Sedangkan peristiwa Mikraj yaitu naiknya Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Aqsa ke Sidratul Muntaha (Mustawa).

Meski tidak diisyaratkan dalam ayat pertama Surat Al-Isra', namun peristiwa agung itu diisyaratkan dalam Surah an-Najm. Hampir seluruh ahli tafsir berpendapat bahwa peristiwa Isra terjadi setelah Nabi Muhammad SAW diutus sebgai Rasul. Peristiwa ini terjadi satu tahun sebelum Hijrah Nabi. Imam An-Nawawi memastikan demikian. Menurut Ibnu hazm, peristiwa Isra terjadi pada bulan Rajab tahun ke-12 masa kenabian.

Baca Juga: 12 Fakta tentang Salat yang Diperintahkan Allah Langsung dalam Peristiwa Isra Mikraj

Riwayat lain menyebutkan tahun ke-10 kenabian. Al-Hafidh 'Abdul Gani al-Maqdisi mengatakan bahwa Isra dan Mkiraj terjadi pada 27 Rajab dengan alasan pada waktu itulah masyarakat melaksanakannya. Untuk mengenal lebih dekat perjalanan Isra Mikraj, berikut Hadis-hadis yang menjelaskannya:

1. Hadis Riwayat Al-Bukhari dari Anas bin Malik
Anas bin Malik menuturkan bahwa pada malam diperjalankannya Rasulullah SAW dari Masjidilharam, datanglah kepada beliau tiga orang saat sebelum turunnya wahyu. Sedangkan Rasulullah pada waktu itu sedang tidur di Masjidilharam. Kemudian berkatalah orang yang pertama, "Siapakah dia ini?" Kemudian orang kedua menjawab, "Dia adalah orang yang terbaik di antara mereka (kaumnya)."

Setelah itu berkatalah orang ketiga, "Ambillah orang yang terbaik itu." Pada malam itu Nabi tidak mengetahui siapa mereka, sehingga mereka datang kepada Nabi di malam yang lain dalam keadaan matanya tidur sedangkan hatinya tidak tidur. Demikianlah para Nabi, meskipun mata mereka terpejam, namun hati mereka tidaklah tidur.

Sesudah itu rombongan tadi tidak berbicara sedikit pun kepada Nabi hingga mereka membawa Nabi dan meletakkannya di sekitar sumur Zamzam. Di antara mereka ada Malaikat Jibril yang menguasai diri Nabi, lalu Jibril membelah bagian tubuh, antara leher sampai ke hatinya, sehingga kosonglah dadanya.

Sesudah itu Jibril mencuci hati Nabi dengan air Zamzam dengan menggunakan tangannya, sehingga bersihlah hati beliau. Kemudian Jibril membawa bejana dari emas yang berisi iman dan hikmah. Kemudian dituangkanlah isi bejana itu memenuhi dada beliau dan urat-urat tenggorokannya lalu ditutupnya kembali." (HR Al-Bukhari)

2. Hadis Riwayat Al-Bukhari dari Sha'sha'ah
Dari Sha'sha'ah bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, "Tiba-tiba datang kepadaku seseorang (Jibril). Kemudian ia membedah dan mengeluarkan hatiku. Setelah itu dibawalah kepadaku bejana yang terbuat dari emas yang penuh dengan iman, lalu ia mencuci hatiku. Setelah itu menuangkan isi bejana itu kepadaku. Kemudian hatiku dikembalikannya seperti sediakala." (HR Al-Bukhari)

3. Hadis Riwayat Ahmad dari Anas bin Malik
Dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Didatangkan kepadaku Buraq, yaitu binatang putih lebih besar dari himar, dan lebih kecil dari bigal. Ia melangkahkan kakinya sejauh pandangan mata. Kemudian saya mengendarainya, lalu ia membawaku sehingga sampai ke Baitul Makdis.

Kemudian saya mengikatnya pada tempat para nabi mengikatkan kendaraannya. Kemudian saya salat dua rakaat di dalamnya, lalu saya keluar. Kemudian Jibril membawa kepadaku sebuah bejana yang berisi minuman keras (khamar) dan sebuah lagi berisi susu; lalu saya pilih yang berisi susu, lantas Jibril berkata, "Engkau telah memilih fitrah sebagai pilihan yang benar." (HR Ahmad)

4. Hadis Riwayat Turmudzi dari Ibnu Abbas
Ibnu Abbas menjelaskan tentang firman Allah pada Surat An-Najm yang mengisahkan peristiwa Miraj ke Sidratul Muntaha. Allah berfirman:

وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَى . عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى


Artinya: "Sesungguhnya Muhammad telah melihat-Nya pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratul Muntaha." (QS An-Najm ayat 13-14) Ibnu Abbas menjelaskan tentang ayat ini: "Beliau melihat Tuhannya dan mendekat. Sehingga jaraknya seperti dua busur atau lebih dekat." (HR Turmudzi)

Dari Qatadah, bahwa Anas bin Malik juga mengatakan: "Nabi Muhammad melihat Tuhannya."

Namun, ada juga Hadis yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW melihat Tuhannya dengan hatinya. Adanya perbedaan pendapat terkait hal ini tak perlu diperselisihkan. Yang pasti, dari hadis di atas disimpulkan bahwa Nabi Muhammad SAW diperjalankan pada malam hari di bawah bimbingan Malaikat Jibril.

Sebelum Nabi diperjalankan pada malam itu, hatinya diisi dengan iman dan hikmah, agar beliau tahan menghadapi segala macam cobaan dan tabah dalam melaksanakan perintah-Nya. Perjalanan itu dilakukan dengan mengendarai Buraq yang mempunyai kecepatan luar biasa. Sehingga Isra Mikraj Nabi Muhammad SAW hanya memerlukan waktu kurang dari satu malam.

Kisah Mukjizat Isra Miraj Nabi Muhammad SAW yang Sarat Hikmah

Kisah Mukjizat Isra Miraj Nabi Muhammad SAW yang Sarat Hikmah

Isra Mikraj
merupakan peristiwa agung yang dijalani Nabi Muhammad SAW pada malam mulia 27 Rajab. Umat Islam selalu memperingati peristiwa Isra Mikraj yang tahun ini jatuh pada Senin (27/1/2025). Di dalamnya terdapat banyak hikmah dan pelajaran berharga. Inilah perjalanan Nabi Muhammad SAW yang menjadi salah satu mukjizat besar Rasulullah SAW.

Rasulullah Shallalahu alaihi wa sallam melakukan perjalanan istimewa ini dari Makkah hingga ke tempat tertinggi Sidratul Muntaha hanya dalam satu malam saja. Allah meng-isra'-kan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari hingga menembus tujuh lapis langit. Dalam riwayat, beliau melakukan Isra Mikraj satu tahun sebelum Hijrah. Peristiwa yang tidak biasa, namun bagi Allah jika Dia berkehendak maka tidak ada yang mustahil bagi-Nya.

Baca Juga: Mengapa Isra Mikraj Terjadi pada Malam Hari? Begini Penjelasannya

Rasulullah SAW diperjalankan dari Masjidilharam ke Baitul Maqdis Palestina dan dilanjutkan ke langit hingga tempat paling tinggi Sidratul Muntaha. Isra adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW pada suatu malam dari Masjidilharam di Makkah menuju Masjid Al-Aqsa (Baitul Maqdis) di Palestina. Sedangkan Mi'raj adalah naiknya Nabi Muhammad SAW dari Masjid Al-Aqsa menuju 'Arasy untuk menghadap Allah Ta'ala.

Apabila membahas Isra Mikraj, pikiran kita akan tertuju ke tempat paling tinggi yaitu Sidratul Muntaha. Di sinilah tempat perhentian terakhir Nabi Muhammad SAW saat Isra Miraj. Di tempat paling tinggi ini Rasulullah SAW bertemu dengan Rabb Yang Maha Agung. Kemudian menerima perintah salat 5 waktu sehari yang awalnya 50 waktu.

Kisah Lengkap Isra Miraj Rasulullah SAW
Jibril Membelah Dada Nabi Muhammad SAW Sebelum diperjalankan dari Masjidilharam Makkah, Allah SWT mengutus Malaikat Jibril untuk membelah dada mulia Nabi Muhammad SAW untuk dibersihkan dari sifat-sifat buruk. Para Malaikat membawa Rasulullah ke sumur Zamzam dan melentangkannya.

Jibril membelah bagian atas dada mulia Nabi, hingga bawah perutnya. Jibril berkata kepada Mikail: "Berikanlah aku semangkok air Zamzam agar aku bersihkan hatinya dan aku lapangkan dadanya".

Lalu dia keluarkan hatinya dan membasuhnya hingga tiga kali dan mencabut apa-apa yang mengganggu hatinya. Mikail kemudian membawa tiga mangkuk air Zamzam, lalu didatangkan satu mangkuk dari emas yang dipenuhi dengan hikmah dan iman lalu menuangkanya ke dada Rasulullah SAW.

Setelah itu, Baginda Nabi diperjalankan dengan Buraq, hewan tunggangan para Anbiya yang sangat cepat didampingi Malaikat Jibril. Singgah di Lima Tempat Sebelum menuju Masjidil Aqsa di Palestina, Rasulullah SAW singgah di lima tempat. Setiap persinggahan beliau selalu mengerjakan salat dua rakaat.

1. Kota Yatsrib, sekarang disebut Madinah Al-Munawwarah.
2. Kota Madyan, yaitu tempat persembunyian Nabi Musa 'alaihissalam dari Fir'aun.
3. Thur Sina, yaitu sebuah bukit yang merupakan tempat Nabi Musa menerima Kitab Taurat.
4. Bethlehem, yaitu tempat kelahiran Nabi Isa 'alaihissalam.
5. Masjidil Aqsa Palestina, yaitu tempat yang dituju dalam perjalanan malam tersebut.

Baitul maqdis merupakan tempat suci ketiga setelah Makkah dan Madinah. Sesampainya di Masjidil Aqsa, Beliau disuguhi dua buah gelas yang masing-masing berisi susu dan arak. Nabi Muhammad SAW mengambil sebuah gelas yang berisi susu, kemudian Malaikat Jibril mengucapkan selamat padanya karena beliau telah memilih yang baik bagi dirinya dan umatnya.

Setelah menjadi imam di Masjidil Aqsha Palestina, Rasulullah SAW dinaikkan ke Sidratul Muntaha untuk menghadap Allah bersama Malaikat Jibril. Singgah di Tujuh Lapis Langit Dalam perjalanan menuju Sidratul Muntaha ini, Nabi Muhammad SAW dan Malaikat Jibril singgah di tujuh lapis langit yaitu:
1. Langit pertama bertemu Nabi Adam 'alaihissalam.
2. Langit kedua bertemu Nabi Yahya dan Nabi Ishaq 'alaihimussalam.
3. Langit ketiga bertemu Nabi Yusuf 'alaihissalam.
4. Langit keempat bertemu dengan Nabi Idris 'alaihissalam.
5. Langit kelima bertemu dengan Nabi Harun 'alaihissalam.
6. Langit keenam bertemu dengan Nabi Musa 'alaihissalam. Di sini Rasulullah berdialog dengan Nabi Musa terkait perintah salat 50 waktu.
7. Langit ketujuh bertemu dengan Nabi Ibrahim 'alaihissalam, bapaknya para Nabi (Abul Anbiya). Naik ke Sidratul Muntaha Setelah melewati ketujuh lapis langit tersebut, Nabi Muhammad SAW diajak ke Baitul Makmur yaitu tempat Malaikat melaksanakan Thawaf dan dilanjutkan naik ke Sidratul Muntaha.

Ketika Rasulullah SAW diangkat ke Sidratul Muntaha , beliau diselimuti awan yang berwarna-warni. Itulah tempat terakhir Jibril menemani Rasulullah. Dalam satu riwayat disebutkan Nabi Muhammad SAW melihat Malaikat Jibril dengan 600 sayapnya di Sidratul Muntaha. Setiap sayapnya menutupi ufuq langit dan dari sayap-sayapnya berjatuhan permata dan Yaqut serta lain-lainnya yang hanya Allah yang mengetahuinya.

Kemudian Nabi diangkat ke tempat sangat tinggi hingga beliau mendengar suara goretan Al-Qolam (pena yang menulis segala apa yang ada di alam semesta). Kemudian Rasulullah SAW bertemu dengan Allah 'Azza wa Jalla tanpa ditemani Jibril. Beliau menerima perintah sholat dari sang Khaliq. Ibnu Abbas dan para ahli tafsir mengatakan, dinamakan Sidratul Muntaha (pohon puncak) karena ilmu Malaikat puncaknya sampai di sini.

Tidak ada yang bisa melewatinya, kecuali Rasulullah SAW. Dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu, dinamakan Sidratul Muntaha karena semua ketetapan Allah yang turun, pangkalnya dari sana dan semua yang naik, ujungnya ada di sana." (Ta'liqat 'ala Shahih Muslim, Muhammad Fuad Abdul Baqi, 1/145).

Nabi shollallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Aku melihat Sidratul Muntaha di langit ke tujuh. Buahnya seperti kendi daerah Hajar, dan daunnya seperti telinga gajah. Dari akarnya keluar dua sungai luar dan dua sungai dalam. Kemudian aku bertanya: "Wahai Jibril, apakah keduanya ini?" Dia menjawab, "Adapun dua yang dalam itu ada di surga sedangkan dua yang di luar itu adalah Nil dan Eufrat." (HR Al-Bukhari 3207)

Di tempat tertinggi inilah Nabi Muhammad SAW menerima perintah sholat sebanyak 50 waktu sehari. Ketika hendak turun Nabi Muhammad SAW bertemu dengan Nabi Musa, dan beliau bercerita tentang perintah sholat yang diterimanya dari sang Khaliq. Mendengar itu, Nabi Musa meminta Nabi Muhammad SAW untuk kembali menghadap Allah guna meminta keringanan. Akhirnya berkat kasih sayang Allah, Nabi Muhammad mendapat keringanan menjadi 5 waktu salat dalam sehari.

Kembali ke Makkah
Setelah menempuh perjalanan agung menembus tujuh lapis langit, Nabi Muhammad SAW kembali ke Makkah. Rasulullah dibuat sedih karena Abu Jahal dan kaumya mendustakan beliau. Sayyidina Abu Bakar-lah orang pertama yang membenarkan perjalanan Nabi Muhammad SAW. Kaum musyrik Makkah bertanya kepada Abu Bakar: "Apakah kamu mempercayainya bahwa dia telah berjalan semalam ke Baitul Maqdis dan kembali ke Mekkah sebelum Subuh?".

Abu Bakar menjawab: "Iya, sungguh aku mempercayai apa yang lebih hebat dari itu semua. Aku mempercayainya dengan segala kabar langit yang dia kabarkan setiap pagi maupun sore hari." Oleh sebab itulah Abu Bakar dijuluki Ash-Shiddiq (yang berkata benar).

Demikian kisah Isra Miraj Nabi Muhammad SAW yang penuh hikmah dan pelajaran berharga. Kiranya tidak berlebihan ungkapan yang disampaikan Habib Ahmad bin Novel Jindan dalam satu kajiannya: "Sungguh jika seluruh masa dihabiskan hanya untuk membicarakan tentang peristiwa agung Isra Miraj, maka masa akan sirna sedangkan mutiara-mutiara Isra Miraj tak kunjung habis untuk dipetik."

Seperti Apakah Sidratul Muntaha, Tempat Mikraj Rasulullah SAW

Seperti Apakah Sidratul Muntaha, Tempat Mikraj Rasulullah SAW

Dalam kisah Isra Mikraj , perjalanan agung Nabi Muhammad SAW berhenti di tempat terakhir di Sidratul Muntaha
سدرة المنتهى
. Nabi SAW melakukan perjalanan istimewa dari Masjidilharam Makkah hingga ke tempat tertinggi Sidratul Muntaha hanya dalam satu malam.

Seperti apakah Sidratul Muntaha? Secara etimologi "Sidrah" bermakna daun, sedangkan "Muntaha" bermakna puncak atau penghabisan. Secara istilah Sidrah Al-Muntaha diibaratkan semacam stasiun akhir yang menjadi tujuan akhir perjalanan Mikraj Nabi. Hal tersebut diungkapkan Nabi dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Ibnu Mas'ud: "Perjalananku berhenti di Sidratul Muntaha."

Dari Anas bin Malik, dari Malik bin Sha'sha'ah, dari Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam: "Kemudian aku dinaikkan ke Sidratul Muntaha". Lalu Nabi mengisahkan: "Bahwasanya daunnya seperti telinga gajah dan bahwa buahnya seperti bejana batu". Hadits ini dikeluarkan dalam ash-Shahihain dari Hadits Ibnu Abi Arubah. Hadits riwayat Al-Baihaqi. Asal hadits ini ada pada riwayat Al-Bukhari 3207 dan Muslim 164.

Baca Juga: 15 Hikmah Isra Mikraj bagi Muslim dan Kehidupan

Ketika Rasulullah SAW diangkat ke Sidratul Muntaha, beliau diselimuti awan yang berwarna-warni. Itulah tempat terakhir Jibril menemani Rasulullah. Dalam satu riwayat disebutkan Nabi Muhammad SAW melihat wujud Malaikat Jibril dengan 600 sayapnya di Sidratul Muntaha. Setiap sayapnya menutupi ufuq langit dan dari sayap-sayapnya berjatuhan permata dan Yaqut serta lain-lainnya yang hanya Allah yang mengetahuinya.

Ibnu Abbas dan para ahli tafsir mengatakan, dinamakan Sidratul Muntaha (pohon puncak) karena ilmu Malaikat puncaknya sampai di sini. Tidak ada yang bisa melewatinya, kecuali Rasulullah SAW. Dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu, dinamakan Sidratul Muntaha karena semua ketetapan Allah yang turun, pangkalnya dari sana dan semua yang naik, ujungnya ada di sana." (Ta'liqat 'ala Shahih Muslim, Muhammad Fuad Abdul Baqi, 1/145).

Riwayat lain, Nabi shollallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Aku melihat Sidratul Muntaha di langit ke tujuh. Buahnya seperti kendi daerah Hajar, dan daunnya seperti telinga gajah. Dari akarnya keluar dua sungai luar dan dua sungai dalam. Kemudian aku bertanya: "Wahai Jibril, apakah keduanya ini?" Dia menjawab, "Adapun dua yang dalam itu ada di surga sedangkan dua yang di luar itu adalah Nil dan Eufrat." (HR Al-Bukhari 3207)

Nabi diangkat ke tempat sangat tinggi hingga beliau mendengar suara goretan Al-Qolam (pena yang menulis segala apa yang ada di alam semesta). Kemudian Rasulullah SAW bertemu dengan Allah 'Azza wa Jalla tanpa ditemani Jibril. Beliau menerima perintah salat 50 waktu dari sang Khaliq. Ketika hendak turun, Nabi Muhammad SAW bertemu dengan Nabi Musa di langit ke-6.

Nabi Musa meminta Rasulullah SAW kembali menghadap Allah untuk meminta keringanan. Dai lulusan Mesir, Ustaz Miftah el-Banjari mengatakan, Sidratul Muntaha diibaratkan sebuah pokok pohon yang akarnya di langit ke-6, sedangkan dahan dan ranting-rantingnya menembus hingga ke langit ke-7. Hal ini berdasarkan penjelasan Sayyid Muhammad Alwi al-Maliki dalam kitabnya "Huwa fi Ufuq al-'Ala.

Menurut Ustaz Miftah, Sidratul Muntaha yang dimasuki Rasulullah SAW menerima perintah salat 50 hingga 5 waktu adalah Sidratul Muntaha yang berada di level langit ke-6. Sebab hal itu lebih memungkinkan seringnya berjumpa dan berdialog dengan Nabi Musa yang sama-sama berada di level tingkatan yang sama.

Pertanyaannya, di manakah Nabi Muhammad SAW berjumpa dengan Allah? Apakah di Sidratul Muntaha atau di luar itu? Jika dikatakan perjumpaan dengan Allah 'Azza wa Jalla di Sidratul Muntaha, maka Sidrah itu tempat, Sidratul Muntaha itu dimensi ruang, dan mustahil bagi Allah menempati ruang atau dimensi.

Memang, Al-Qur'an maupun hadis tidak menyebutkan secara eksplisit dimana perjumpaan itu terjadi, melainkan hanya menyebutkan kedekatan jarak perjumpaan itu, meskipun lagi-lagi menurut Sayyid Muhammad Alwi al-Maliki bahwa mustahil Allah berhajat pada jarak maupun arah jihah. Meskipun perjalanan Mikraj Nabi menembus dimensi ruang dan waktu melampui 7 tingkatan langit, tapi Allah dengan sifat Qudus-Nya, tetap tidak bertempat.

Allah tidak membutuhkan tempat, tidak berhajat pada tempat, tidak pula di langit, tidak di Sidratul Muntaha dan Dia tetap bersifat "Laitsa Kamitslihi Syai'un" (berbeda dengan makhluk). Inilah akidah Ahlussunnah wal Jama'ah yang wajib diyakini dan dijaga. Jangan sampai terjebak pada akidah "Allah fis Samaa".
Author
Andryanto Wisnuwidodo