Maulid Nabi, Momentum Meneladani Akhlak Mulia Rasulullah SAW
Maulid Nabi, Momentum Meneladani Akhlak Mulia Rasulullah SAW
Andryanto Wisnuwidodo
Kamis, 26 September 2024, 14:40 WIB

Maulid Nabi Muhammad SAW bukan hanya momentum umat Islam mengenang kelahiran Rasulullah SAW tetapi meneladani akhlak mulia beliau dalam kehidupan sehari-hari.

Momen Pengingat Diri untuk Meneladani Ajaran Nabi Muhammad SAW

Momen Pengingat Diri untuk Meneladani Ajaran Nabi Muhammad SAW

Maulid Nabi Muhammad SAW tidak hanya momen mengenang kelahiran Rasulullah SAW tetapi momentum untuk meneladani akhlak mulia beliau dalam kehidupan sehari-hari. Maulid Nabi juga menjadi pengingat diri untuk menghayati ajaran-ajaran luhur yang disampaikan Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW adalah teladan sempurna dalam berbagai aspek kehidupan, baik sebagai hamba Allah, pemimpin umat, hingga sebagai negarawan yang membangun masyarakat Madinah dengan prinsip keadilan, toleransi, dan kasih sayang.

 
Jadikan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW sebagai momentum untuk memperkuat komitmen kita dalam meneladani akhlak Rasulullah

Yaqut Cholil Qoumas


Dalam kaitan dengan hubungan sesama, peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW sebagai momentum untuk memperkuat komitmen dalam meneladani akhlak Rasulullah, baik dalam hubungan dengan Allah, hubungan antarsesama manusia, maupun dalam menjaga bangsa dan negara.

"Mari, jadikan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW sebagai momentum untuk memperkuat komitmen kita dalam meneladani akhlak Rasulullah, baik dalam hubungan kita dengan Allah, hubungan antarsesama manusia, maupun dalam menjaga bangsa dan negara," kata Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas.

Rasulullah mengajarkan perbedaan bukanlah halangan untuk hidup berdampingan, melainkan kekayaan yang harus dijaga dan dihormati. Di Madinah, Rasulullah membangun masyarakat yang harmonis di tengah keberagaman suku dan agama. Melalui peringatan Maulid Nabi, kita dapat terus meningkatkan kecintaan kepada Rasulullah SAW dan mengaplikasikan ajaran-ajaran beliau dalam setiap langkah kehidupan.

3 Versi Sejarah Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW

3 Versi Sejarah Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW sudah dilaksanakan sejak ribuan tahun lalu oleh Umat Islam di dunia. Setidaknya ada tiga versi tentang asal mula peringatan maulid ini. Dalam buku berjudul "Pro dan Kontra Maulid Nabi" karya AM Waskito disebutkan tiga versi tersebut.

Pertama, perayaan Maulid pertama kali diadakan oleh Dinasti Ubaid (Fathimi) di Mesir yang berhaluan Syiah Ismailiyah (Rafidhah). Dinasti ini berkuasa di Mesir pada tahun 362 sampai dengan 567 Hijriyah. Maulid mula-mula diselenggarakan di era kepemimpinan Abu Tamim yang memiliki gelar Al-Muiz Dinillah.

Tidak hanya Maulid Nabi Muhammad SAW saja yang mereka peringati, ada juga hari lainnya, yaitu peringatan Asyura, Maulid Ali bin Abi Thalib, Maulid Hasan dan Husain, dan Maulid Fathimah binti Rasulullah. Baca Juga Apakah Negara Arab Merayakan Maulid Nabi?

Kedua, peringatan Maulid dari kalangan Sunni pertama kali diselenggarakan oleh Sultan Abu Said Muzhaffar Kukabri, gubernur Irbil di Irak. Sultan Abu Said hidup pada tahun 549-630 H. Pada saat peringatan Maulid beliau mengundang para ulama, ahli tasawuf, ilmuwan, dan seluruh rakyatnya. Beliau menjamu tamu dengan hidangan makanan, berbagi hadiah, dan bersedekah kepada fakir miskin.

Ketiga, peringatan Maulid pertama kali diselenggarakan oleh Shalahuddin Al-Ayyubi (567-622 H), penguasa dinasti Ayyub (di bawah kekuasaan Daulah Abbasiyah ). Tujuannya adalah untuk meningkatkan semangat jihad umat Islam pada saat Perang Salib dan merebut Yerusalem dari kerajaan Salibis.

Lantas, manakah versi yang benar? Imam Jalaluddin As-Suyuthi menjelaskan orang yang pertama kali merintis peringatan Maulid ini adalah penguasa Irbil, Malik Al-Muzhaffar Abu Sa’id Kukabri bin Zainuddin bin Baktatin, salah seorang raja yang mulia, agung dan dermawan. Beliau memiliki peninggalan dan jasa-jasa yang baik, dan dialah yang membangun masjid Al-Jami’ Al-Muzhaffari di lereng gunung Qasiyun.

Apabila dilihat dari jalannya sejarah, menurut Waskito, ketiga versi di atas bisa dihubungkan. Kepemimpinan Shalahuddin Al-Ayyubi di Mesir dimulai ketika Dinasti Ubaid sudah runtuh. Menurut catatan sejarah, tradisi-tradisi yang dilahirkan oleh Dinasti Ubaid tetap melekat dalam kehidupan masyarakat Mesir, bahkan sampai hari ini.

Sebagai penguasa baru pada waktu itu, Shalahuddin Al-Ayyubi tidak sepenuhnya membuat aturan yang benar-benar baru. Untuk menjaga popularitasnya, beliau mengadaptasikan tradisi-tradisi yang sudah berkembang di masyarakat ke dalam aturan pemerintahannya.

Lalu bagaimana keterkaitannya dengan Sultan Abu Said Muzhaffar Kukabri yang juga menyelenggarakan Maulid Nabi? Waskito menjelaskan Sultan Abu Said Muzhaffar Kukabri dan Shalahuddin Al-Ayyubi hidup di masa yang sama, dan ternyata mereka berdua memiliki hubungan kekerabatan, mereka adalah saudara ipar. Shalahuddin Al-Ayyubi memiliki saudara perempuan yang bernama Rabiah Khatun binti Ayyub, yang dinikahkan dengan saudara laki-laki dari Malik Al-Muzhaffar Abu Sa’id.

Melihat efektivitas peringatan Maulid bagi semangat jihad masyarakat Mesir, besar kemungkinannya Malik Al-Muzhaffar Abu Sa’id ingin mengadaptasikan kegiatan tersebut di daerahnya. Namun, sekarang mari kita lihat fakta sejarah lainnya, Ali bin Abu Thalib , khalifah ke-empat Sunni dan sekaligus Imam pertama bagi Syiah, beserta keluarga dan pengikutnya pindah ke Kufah pada tahun 36 Hijriyah, dan kemudian menjadikan kota tersebut sebagai pusat pemerintahannya yang sebelumnya berada di Madinah.

Dalam banyak kisah, keberadaan Imam Ali di Kufah sangat membekas bagi penduduknya, di mana mereka melihat langsung keluhuran ilmu dan akhlak dari sang Imam beserta keturunannya, yakni Hasan dan Husain, yang kelak akan menjadi Imam selanjutnya bagi Syiah. Syed Husain M. Jafri dalam bukunya berjudul The Origins and Early Development of Shi’a Islam menjelaskan Kufah adalah tempat pertama di mana Syiah menancapkan fondasi keyakinan dan pergerakannya ke dalam level baru yang lebih massif dan sistematis, yakni setelah kedatangan Khalifah ke-empat, Imam Ali bin Abi Thalib.

Kufah, yang kini menjadi bagian dari negara Irak yang mayoritas penduduknya adalah Syiah, besar kemungkinannya memiliki banyak kesamaan tradisi dengan Dinasti Syiah di Mesir pada masa Ubaid. Mengingat pengaruh Syiah yang menyebar luas di Irak, bisa jadi, sebelum Sultan Abu Said Muzhaffar Kukabri naik ke tampuk kekuasaan, tradisi Maulid Nabi memang sudah pernah berlangsung di sana. Wallahua’lam.

Keberkahan Merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW Bisa Menolak Bala

Keberkahan Merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW Bisa Menolak Bala

Hari istimewa " Maulidur Rasul " atau hari kelahiran Baginda Nabi Muhammad SAW selalu dinanti-nanti kaum muslim. Semesta alam bergembira menyambut kelahiran Nabi sang pembawa cahaya tersebut. Tak hanya penduduk bumi, penduduk langit pun ikut bertasbih dan bersuka cita.

Begitu banyak keberkahan memperingati Maulid Nabi . Salah satunya dapat menolak bala . Hal ini dikatakan Imam Jalaluddin As-Suyuthi:


مَا مِنْ مُسِلِمٍ قَرَأَ فِي بَيْتِهِ مَوْلِدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَّا رَفَعَ اللهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى الْقَحْطَ وَالْوَبَاءَ وَالْحَرْقَ وَالْغَرْقَ وَاْلآفَاتِ وَالْبَلِيَّاتِ وَالْبُغْضَ وَالْحَسَدَ وَعَيْنَ السُّوْءِ وَاللُّصُوْصَ عَنْ أَهْلِ ذَلِكَ الْبَيْتِ،


"Tidaklah seorang muslim yang membaca Maulid Nabi di rumahnya kecuali Allah mengangkat kemarau, wabah, kebakaran, karam, penyakit, bala, murka, dengki, mata yang jahat dan pencuri dari ahli rumah tersebut.''

Ulama besar sufi Imam Junaid Al-Baghdadi berkata:

من حضر مولد الرسول وعظم قدره فقد فاز بالإيمان


"Siapa yang menghadiri Maulid Rasul dan mengangunggkan-Nya maka sungguh ia beruntung meraih keimanan."

Imam Hasan Al-Bashri berkata:


وددت لو كان لي مثل جبل أحد ذهبا لأنفقته على قراءة مولد الرسول
"Andai aku punya emas sebesar bukit Uhud, maka aku ingin membelanjakannya untuk membaca Maulid Rasul."

Merayakan Maulid Nabi adalah perkara baik dan mulia. Sebab, di dalamnya terdapat banyak keberkahan di dunia maupun di akhirat. Mudah-mudahan kita tidak terhalang mendapatkan keberkahan tersebut. Aamiiin. Selamat memperingati hari Kelahiran Sang Pembawa Risalah.

Keutamaan Maulid Nabi yang Jarang Diketahui Kaum Muslim

Keutamaan Maulid Nabi yang Jarang Diketahui Kaum Muslim

Banyak keutamaan Maulid Nabi Shallallahu alaihi wa sallam yang jarang diketahui oleh kaum muslim. Maulid Nabi, atau waktu kelahiran Baginda Rasulullah yakni pada 12 Rabi'ul Awal Tahun Gajah ini ditandai dengan banyak peristiwa dahsyat sebelumnya.

Di antaranya, jatuhnya berhala-berhala yang terpancang di sekitar Kakbah. Runtuhnya beberapa gereja yang menggemparkan Romawi. Surutnya air danau yang dikultuskan orang-orang Persia. Padamnya api suci yang dipuja-puja kaum Majusi. Munculnya cahaya yang memenuhi sudut-sudut alam semesta hingga tidak ada kegelapan. Dan masih banyak peristiwa lainnya.

Tentang keberkahan bulan Maulid ini, ada satu kisah sebagaimana diceritakan dalam Kitab I'anatuth Tholibin Juz 3.

إعانة الطالبين الجزء الثالث صـ ( وَحُكِيَ ) أَنَّهُ كاَنَ فِي زَمَانِ أَمِيْرِ اْلمُؤْمِنِيْنَ هَارُوْنَ الرَّشِيْدِ شَابٌ فِي اْلبَصْرَةِ مُسْرِفٌ عَلَى نَفْسِهِ وَكاَنَ أَهْلُ اْلبَلَدِ يَنْظُرُوْنَ إِلَيْهِ بِعَيْنِ التَّحْقِيْرِ لِأَجْلِ أَفْعَالِهِ الْخَبِيْثَةِ غَيْرَ أَنَّهُ كاَنَ إِذَا قَدِمَ شَهْرُ رَبِيْعِ اْلأَوَّلِ غَسَلَ ثِيَابَهُ وَتَعَطَّرَ وَتَجَمَّلَ وَعَمِلَ وَلِيْمَةً وَاسْتَقْرَأَ فِيْهَا مَوْلِدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَدَامَ عَلَى هَذَا اْلحَالِ زَمَانًا طَوِيْلاً ثُمَّ لمَاَّ مَاتَ سَمِعَ أَهْلُ اْلبَلَدِ هَاتِفًا يَقُوْلُ اُحْضُرُوْا يَا أَهْلَ الْبَصْرَةِ وَاَشْهَدُوْا جَنَازَةَ وَلِيٍ مِنْ أَوْلِيَاءِ اللهِ فَإِنَّهُ عَزِيْزٌ عِنْدِيْ فَحَضَرَ أَهْلُ اْلبَلَدِ جَنَازَتَهُ وَدَفَنُوْهُ فَرَأَوْهُ فِي اْلمَنَامِ وَهُوَ يَرْفُلُ فيِ حُلَلِ سُنْدُسٍ وَاسْتُبْرَقٍ فَقِيْلَ لَهُ بِمَ نِلْتَ هَذِهِ الْفَضِيْلَةَ ؟ قَالَ بِتَعْظِيْمِ مَوْلِدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ


Diceritakan bahwa di zaman Amirul Mukminin Harun Ar-Rasyid ada seorang pemuda di Kota Bashrah yang gemar berfoya-foya. Sehingga para penduduk kota itu memandangnya dengan pandangan hina karena perilakunya yang buruk. Ketika datang bulan Rabi'ul Awal ia mencuci pakaiannya, memakai wangi-wangian, memperindah diri, mengadakan walimah (jamuan makan) dan di dalamnya ia bacakan Maulid Nabi shollallahu 'alaihi wa sallam, dan hal tersebut ia lakukan secara rutin selama masa yang lama.

Ketika ia meninggal, para penduduk kota mendengar sebuah suara tanpa rupa mengatakan: "Wahai penduduk Bashrah, datang dan saksikanlah jenazah salah satu wali Allah, sesungguhnya ia adalah orang yang mulia di sisiku. Maka para penduduk kota pun berduyun-duyun mendatangi jenazahnya dan menguburkannya. Lalu mereka diperlihatkan di dalam mimpi bahwa pemuda itu diagungkan dengan memakai pakaian sutra tipis dan sutra tebal dan mereka bertanya: "Sebab apa engkau memperoleh keutamaan ini? Pemuda itu pun menjawab: "(Aku dimuliakan) sebab mengagungkan Maulid Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.

Ulama sufi, Imam As-Sari As-Saqothi, paman sekaligus guru Imam Junaid Al-Baghdadi mengatakan: "Barangsiapa menuju suatu tempat yang di dalamnya dibacakan Maulid Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wassalam , maka sungguh (hakikatnya) ia telah menuju ke sebuah taman dari taman-taman surga. Karena sesungguhnya ia tidak menuju tempat tersebut kecuali karena kecintaannya kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. Baca Juga Berkah Merayakan Maulid, Bisa Menolak Bala Wallahu A'lam
(aww)