Link Copied
Minyak Goreng Sulit, Ironi di Negeri Penghasil Sawit

Minyak Goreng Sulit, Ironi di Negeri Penghasil Sawit

By Mohammad Faizal
Sebagai negara produsen minyak sawit terbesar dunia dengan produksi CPO sekira 47 juta ton, kelangkaan minyak goreng sungguh menjadi ironi  di negeri ini.

Emak-emak Serbu Minyak Goreng Curah Rp11.500 per Liter

Emak-emak Serbu Minyak Goreng Curah Rp11.500 per Liter


Upaya pemerintah mengatasi kelangkaan minyak goreng dengan mendistribusikan minyak goreng curah seharga Rp11.500 per liter ke pasar-pasar tradisional disambut antusias warga.

Berdasarkan pantauan tim MNC Portal Indonesia (MPI) di Pasar Kramat Jati, Jakarta Timur pukul 09.00 WIB, puluhan emak-emak sudah mulai antre membeli minyak goreng curah murah. Tak tanggung-tanggung, emak-emak yang membeli minyak goreng curah rata-rata datang dengan membawa jerigen ukuran 5 liter.

Misnati, salah satu pembeli mengaku sudah datang sejak pagi dan mengantre lebih dari 2 jam. Hal itu ia lakukan supaya pengalaman tak kebagian minyak goreng terulang lagi. Pasalnya, sebelum-sebelumnya, ia sudah mencari minyak goreng sampai ke ritel-ritel namun tidak kebagian. Maka dari itu dengan adanya distribusi minyak murah di Pasar Kramat Jati ini, tidak ia lewatkan.

"Dari jam 07.00 WIB pagi tadi saya ke sini, kira-kira sudah 2 jam ngantre, takut kehabisan jadi ke sini. Kemarin-kemarin saya sudah antre di supermarket buat dapet minyak, tapi nggak dapet juga," ujar Misnati saat ditemui MNC Portal Indonesia (MPI), Kamis (3/2/2022).

Misnati menuturkan, dirinya tak mengetahui bahwa ada penjualan minyak goreng curah harga murah di Pasar Kramat Jati. Karena itu dia tidak membawa jerigen seperti emak-emak lainnya. Dia hanya bermodalkan botol aqua 2 liter sebagai wadah minyak goreng yang dibeli.

"Karena ada kesempatan itu sementara saya enggak bawa jerigen kan, karena memang niatnya lewat doang. Tapi pas lihat ada yang jual minyak goreng curah murah, saya langsung berhenti dan langsung nyari botol aqua bekas terus ikut ngantre," paparnya.

Senada, Wiwi yang merupakan pedagang kerupuk juga sudah mengantre sejak pukul 07.00 pagi. Bedanya, Wiwi ini sudah membawa wadah jerigen 5 liter sebanyak 2 buah. "Pas saya mau belanja di sini liat orang-orang pada antre minyak goreng curah. Pas saya tanya kok harganya murah, saya langsung balik ke rumah buat ambil jerigen terus saya ikut antre biar kebagian," ujarnya.

Wiwi mengaku selama ini dirinya sulit mendapatkan minyak goreng murah di pasaran. Dia sudah berkeliling toko ritel dan pasar, namun tetap belum menemukan minyak goreng murah yang dicarinya. Padahal, minyak goreng amat dibutuhkan untuk menggoreng kerupuk dagangannya. "Makanya saya berharap banget bisa dapet banyak. Biar saya bisa goreng kerupuk lagi," cetusnya.

Ketua MPR: Kelangkaan Minyak Goreng Ironi bagi RI

Ketua MPR: Kelangkaan Minyak Goreng Ironi bagi RI


Persoalan kelangkaan serta meroketnya harga minyak goreng belakangan ini menjadi perhatian serius Ketua MPR RI Bambang Soesatyo. Bambang menegaskan, keluh kesah ibu rumah tangga soal kelangkaan minyak goreng adalah sebuah ironi bagi Indonesia sebagai negara yang merupakan produsen sawit terbesar di dunia.

"Di berbagai daerah, sempat terjadi antrean panjang ibu-ibu yang akan membeli minyak goreng. Pemandangan seperti ini tentu memprihatinkan, dan sudah digambarkan sebagai ironi Indonesia yang nyata-nyata sebagai salah satu produsen sawit terbesar di dunia," ucap Bamsoet -sapaan akrab Ketua MPR- dalam keterangannya, Senin (14/2/2022).

Tak kalah menyedihkan, lanjut dia, adalah keluhan para produsen tahu-tempe di berbagai daerah. Dari beberapa wilayah di Jawa Barat, Jawa Tengah hingga Kota Parepare di Sulawesi Selatan, para produsen tahu-tempe yang rata-rata berskala industri rumah tangga, pun sudah menyuarakan keluh kesah mereka atas persoalan tingginya harga kedelai.

"Di Jawa Tengah saja, misalnya, jumlah produsen tahu-tempe berkisar 10.000 orang. Mereka berharap agar pemerintah bertindak cepat mengendalikan harga kedelai," ucapnya.

Apa yang dialami produsen tahu-tempe terang Bamsoet, tentu saja memberi dampak ikutan pada komunitas pemilik rumah makan maupun penjual jajanan tahu dan tempe goreng yang jumlahnya juga tidak sedikit. Keluh kesah masyarakat itu hendaknya didengarkan dan diresons oleh Pemerintah, khususnya para menteri ekonomi di kabinet.

"Pemerintah hendaknya all out mengatasi dua masalah ini, karena berkait dengan kebutuhan semua rumah tangga dan kepentingan jutaan pelaku UMKM," tegasnya.

Bamsoet juga mengingatkan agar jangan melupakan fakta bahwa minyak goreng dan kedelai itu berkait langsung dengan kebutuhan keseharian masyarakat Indonesia. Dua komoditi ini praktis menjadi bagian tak terpisah dari setiap rumah tangga. Mestinya, kebutuhan yang satu ini tidak boleh dikorbankan dengan alasan apa pun dan untuk kepentingan lainnya.

"Sebagai masalah yang sedang dihadapi semua rumah tangga Indonesia, kelangkaan minyak goreng dan tingginya harga kedelai sudah memasuki bulan kedua. Pemerintah diharapkan lebih peka pada keluh kesah para ibu rumah tangga, dan Jangan sekali-kali pernah menyederhanakan persoalan ini," tandasnya.

Bamsoet menambahkan, harga kebutuhan pokok yang bergejolak selalu menjadi isu yang sangat sensitif jika tidak segera ditangani. Kredibilitas pemerintah sebagai regulator menjadi taruhannya, karena masyarakat akan mempertanyakan kapabilitas pemerintah mengelola kebutuhan pokok.

"Persoalan kelangkaan minyak goreng dan tingginya harga kedelai tidak boleh menjadi faktor yang mengeskalasi masalah. Agar masalahnya tidak berlarut-larut, pemerintah perlu menempuh semua cara yang legal untuk mengatasi dua masalah ini,” pungkasnya.

Harga Minyak Goreng Tinggi, Ini Penjelasan Presiden Jokowi

Harga Minyak Goreng Tinggi, Ini Penjelasan Presiden Jokowi


Presiden Joko Widodo (Jokowi) turun langsung memberikan penjelasan soal masih tingginya harga minyak goreng belakangan ini. Dalam penjelasannya, Kepala Negara mengatakan bahwa tingginya harga minyak goreng tak lepas dari pengaruh harga internasional.

Menurut Jokowi, harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) yang tengah melambung tinggi berimbas pada harga minyak sawit di dalam negeri.

"Ya ini memang harga-harga ini terkerek dengan harga internasional. Misalnya, harga CPO ini naik tinggi, sehingga mengerek harga di domestik," beber Jokowi saat berbincang dalam acara Dialog Spesial Seputar iNews Siang yang ditayangkan di RCTI, Senin (10/1/2022).

Namun, Kepala Negara berjanji akan menyelesaikan permasalahan ini meski mengakui bahwa upaya ini cukup berat mengingat harga energi yang tengah meroket. Naiknya energi ikut berpengaruh terhadap harga-harga komoditas lainnya, termasuk minyak sawit. "Inilah problem yang bukan hanya negara kita, tapi problem secara global," tuturnya.

Jokowi pun berjanji pemerintah akan terus melakukan operasi pasar guna memantau ketersediaan serta perkembangan harga bahan pokok, khususnya minyak goreng.

"Yang kita lakukan adalah operasi pasar, operasi pasar, sehingga kalau kita grojog terus suplainya, kita harapkan harganya bisa turun," pungkasnya.
(fjo)