Jokowi Gelar Ratas Bahas Rupiah hingga Efek Perang Iran-Israel
Pemerintah bereaksi cepat merespons gejolak perekonomian beberapa waktu belakangan ini akibat imbas meningkatnya risiko geopolitik dunia. Salah satunya, eskalasi konflik di Timur Tengah yang dampaknya disebut bisa terasa dalam jangka menengah-panjang.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Selasa (16/4) menggelar rapat terbatas membahas antara lain pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) yang terus melemah hingga menembus Rp16.000. Kemudian, pasar modal yang sempat merosot tajam hingga lebih dari 2% di tengah sentimen negatif serangan Iran terhadap Israel Sabtu (13/4) lalu.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan, rapat tersebut antara lain dihadiri oleh Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo. Sebelumnya, Kemenko Perekonomian juga telah menjalin komunikasi dengan sejumlah Duta Besar yang ada di Timur Tengah, seperti Lebanon, Jordania, dan juga Teheran.
"Kita membahas situasi terkini dan insyaAllah situasi Indonesia saat sekarang, kita masih wait and watch. Namun kalau kita lihat situasi baik itu rupiah maupun pasar modal, relatif terkendali," ujar Airlangga.
"Pelaksanaan Rapat Koordinasi ini merupakan assesment untuk upaya deeskalasi dampak konflik di kawasan Timur Tengah terhadap perekonomian Indonesia," ungkap Airlangga Hartarto dalam keterangan resminya, Selasa (16/4/2024).
Peningkatan konflik Iran dan Israel pada akhir pekan lalu telah berdampak terhadap kondisi perekonomian global. Harga minyak mentah global masih berfluktuasi. Pada perdagangan Senin (15/4) harga minyak mentah jenis Brent melemah 0,18% (dtd) ke level USD90,29 per barel, jauh lebih tinggi jika dibandingkan posisi 1 Januari 2024 sebesar USD77,4 per barel dan minyak mentah jenis WTI turun 0,28% ke level USD85,42 per barel, lebih tinggi dibandingkan posisi 1 Januari 2024 sebesar USD71,65 per barel.
Eskalasi konflik geopolitik tersebut juga membuat indeks dolar AS meningkat, yang menyebabkan melemahnya indikator finansial sejumlah negara, terutama emerging market. Mayoritas nilai tukar di Kawasan Asia Pasifik pada Senin (15/4) bergerak melemah terhadap dolar AS, seperti baht Thailand dan won Korea yang terdepresiasi sebesar 0,24% (dtd), dan ringgit Malaysia sebesar 0,24% (dtd).
Untuk Indonesia, berdasarkan data pasar spot luar negeri (Trading Economics), nilai tukar rupiah berada di level Rp16.060 atau mengalami apresiasi 0,31% (dtd), lebih baik dibandingkan negara- negara lain seperti Korea, Filipina, dan Jepang.
Airlangga mengatakan, guna meredam dampak kenaikan harga minyak global akibat konflik geopolitik Iran dan Israel, Pemerintah juga mencermati kondisi APBN agar dapat menjalankan perannya secara optimal sebagai shock absorber. "Koordinasi lebih lanjut akan dilakukan bersama otoritas moneter dan fiskal untuk menghasilkan bauran kebijakan dalam menjaga pertumbuhan dan stabilitas ekonomi," tandasnya.