Pakar Geopolitik: Prancis Tak Siap Perang Lawan Rusia
Pakar keamanan dan geopolitik yang berbasis di Moskow Mark Sleboda mencibir sesumbar Prancis yang mengeluarkan opsi mengirimkan tentara ke Ukraina untuk membantu Kyiv melawan pasukan Rusia. Pengerahan tentara Prancis ke Odesa, Ukraina, jika benar-benar dilakukan, menurutnya akan sia-sia.
Untuk diketahui, Kepala Intelijen Luar Negeri Rusia Sergey Naryshkin mengatakan pada hari Selasa bahwa sekitar 2.000 tentara Prancis sedang dipersiapkan untuk ditempatkan di wilayah Odessa.
Menurut Sleboda, tingkah Presiden Emmanuel Macron itu dipicu keyakinan bahwa jika tentara Prancis terbunuh oleh pasukan Rusia di Odessa, maka hal itu akan menciptakan lebih banyak dukungan di dalam negeri dan membantu memobilisasi secara politik negara-negara Eropa lainnya untuk ikut berperang di Ukraina.
"Saya pikir jika Macron mengirim pasukannya ke Odessa, jelas bukan kekuatan yang mampu melawan Rusia dalam pertarungan sengit di medan perang, tetapi sebagai semacam kekuatan manusia. Ini sama saja dengan NATO, seperti seekor anjing, yang kencing di Odessa, menandainya sebagai wilayah NATO," kata Sleboda kepada program The Critical Hour dari Sputnik, yang dilansir Kamis (21/3/2024).
Jika tentara Prancis yang merupakan anggota NATO terbunuh di Ukraina, kata dia, maka hal itu akan membawa konflik ke tingkat yang lebih tinggi. Sleboda meramalkan bahwa akan ada "permainan perang informasi" yang sangat besar, yang sasarannya adalah rakyat Prancis dan negara-negara anggota NATO lainnya.
Dia mencatat, Finlandia, Republik Ceko, negara-negara Baltik dan Kanada semuanya telah menyatakan bahwa mereka akan melakukan hal yang sama, yakni bergabung dengan Prancis. Pada hari Selasa, Kepala Staf Angkatan Darat Prancis Jenderal Pierre Schill mengatakan dalam sebuah opini di Le Monde bahwa pasukannya siap untuk menanggapi pertempuran terberat dan menegaskan bahwa negaranya dapat melibatkan divisi 20.000 tentara dalam waktu 30 hari.
Namun, Sleboda menilai sebaliknya. "Dia salah. Tentara Prancis pastinya tidak siap menghadapi hal ini," kata Sleboda, mengomentari pernyataan sang jenderal. "Jika mereka terlibat dalam konflik berintensitas tinggi seperti yang dilakukan rezim Kyiv, yang menembakkan lebih sedikit peluru artileri dibandingkan Rusia, maka Prancis akan memiliki cukup peluru artileri untuk empat hari konflik dengan Rusia. Hanya empat hari," terang Sleboda.
Sebagai perbandingan, Rusia memiliki lebih dari 600.000 tentara yang dikerahkan di zona perang Ukraina, menurut analisis Rusia dan Barat. "Ada kemungkinan Prancis percaya bahwa Rusia tidak akan menembaki pasukan Prancis ini, (karena) mereka mengenakan seragam, karena takut menyerang anggota NATO, meskipun tentu saja Pasal Lima NATO tidak berlaku," papar Sleboda.
Pasal Lima NATO adalah klausul yang menyatakan bahwa serangan terhadap satu anggota NATO akan berarti serangan terhadap seluruh anggota aliansi, sehingga akan memicu respons kolektif. Sementara, Moskow telah menyatakan bahwa jika pasukan Prancis berperang di Ukraina, mereka adalah target sah untuk dihancurkan.