Syaban Gerbang Ramadhan: Bulan Sholawat dan Pengangkatan Amal
Jumat, 03 Maret 2023, 10:36 WIB
Syaban bulan kedelapan dalam kalender Hijriyah menjadi gerbang memasuki bulan suci Ramadhan yang dikenal sebagai bulan sholawat dan pengangkatan amalan manusia.
Bulan Turunnya Ayat Perintah Bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW
Keistimewaan bulan Syaban menjadi bulan saat Allah SWT menurunkan sebuah ayat yang berisi perintah bersholawat kepada baginda Nabi Muhammad SAW. Perintah bersholawat ini diabadikan dalam Surat Al-Ahzab ayat 56.
Syaban merupakan bulan ke-8 dalam kalender Hijriyah, terletak di antara dua bulan yang diberkahi yaitu bulan mulia Rajab dan bulan suci Ramadhan. Syaban juga menjadi bulan bagi Rasulullah SAW untuk menghidupkan puasa sunnah.
"...Terkadang hampir beliau berpuasa Sya'ban sebulan penuh." (HR Al-Bukhari, Muslim)
Syaban disebut juga sebagai bulan bersholawat. Alasan Syaban disebut sebagai bulan sholawat dijelaskan oleh Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki dalam "Ma dza fi Sya'ban":
ومن مزايا شهر شعبان : أنه شهر الذي نزلت فيه اية الصلاة و السلام على النبي ﷺ، و هي قوله تعالى : (إن الله وملائكته يصلون على النبي يا أيها الذين آمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما) الأحزاب : الآية ٥٦
"Dan di antara keistimewaan bulan Syaban adalah: Yaitu ia adalah yang didalamnya turun ayat tentang sholawat dan salam atas Nabi ﷺ, dan ayat itu adalah firman Allah Ta'ala:
(إن الله وملائكته يصلون على النبي يا أيها الذين آمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما) الأحزاب: الآية ٥٦
Ibnu Abish-Shoif menyebutkan, bahwasanya dikatakan: "Sesungguhnya bulan Sya'ban adalah bulannya bersholawat atas Nabi ﷺ karena ayat 56 Surat Al-Ahzab diturunkan pada bulan Syaban."
Allah berfirman:
اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰٓٮِٕكَتَهٗ يُصَلُّوۡنَ عَلَى النَّبِىِّ ؕ يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا صَلُّوۡا عَلَيۡهِ وَسَلِّمُوۡا تَسۡلِيۡمًا
Artinya: "Sesungguhnya Allah dan para Malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya." (QS Al-Ahzab ayat 56)
Keistimewaan Sholawat Menurut Ulama ahli tafsir Al-Qur'an, Prof Quraish Shihab dikutip dari tafsiralquran menjelaskan, ayat dan perintah Allah dalam Surat Al-Ahzab 56 di atas sangat unik. Sebab, tidak ada satu perintah pun dari Allah Ta'ala kepada manusia yang Dia nyatakan bahwa diri-Nya telah melakukan hal tersebut kecuali bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW.
Ini secara tegas menunjukkan bahwa kedudukan beliau sangat tinggi di sisi-Nya dan begitu besar cinta-Nya pada beliau. Pada ayat ini Allah seakan-akan berfirman, "Sesungguhnya Allah Yang Maha Agung lagi Maha Kuasa dan demikian pula Malaikat-malaikat-Nya yang merupakan makhluk-makhluk suci, sangat cinta dan kagum kepada Nabi Muhammad SAW.
Karena itu, Allah beserta para Malaikat bersholawat untuk Nabi, yakni Allah melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya dan para Malaikat bermohon kiranya dipertinggi lagi derajat dan dicurahkan maghfirah atasnya.
Dalam Tafsir Al-Misbah disebutkan, kata "shollu" dalam ayat di atas terambil dari kata "sholah" yang bermakna menyebut-nyebut yang baik serta ucapan-ucapan yang mengundang kebajikan. Tentu saja doa dan curahan rahmat merupakan sebagian maknanya.
Sedangkan kata "Sallimu" terambil dari kata "Salam" yang terdiri dari tiga huruf Sin, lam dan Mim. Makna dasar dari kata yang terangkai dari huruf-huruf ini adalah luput dari kekurangan, kerusakan dan aib.
Dalam satu Hadis, Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya: "Siapa yang bersholawat kepadaku satu sholawat, Malaikat terus-menerus bersholawat kepadanya selama orang itu bersholawat kepadaku. Maka silahkanlah memilih, persedikit atau perbanyaklah." (HR Ahmad dan Ibn Majah melalui 'Amir Ibn Rabi'ah)
Berikut bacaan Sholawat Nabi dengan redaksi singkat:
صَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّد
Shollallohu 'Alaa Muhammad. Artinya: "Semoga sholawat dari Allah tercurah atas (Nabi) Muhammad."
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِهٖ وَصَحْبِهٖ اَجْمَعِيْنَ
Allahumma sholli 'alaa Sayyidina Muhammad wa 'ala alihi wa shohbihi ajma'in. Artinya: "Ya Allah, limpahkanlah sholawat kepada junjungan kami Nabi Muhammad, beserta keluarga dan sahabat semuanya."
Syaban Bulan Pengangkatan Semua Amalan Manusia di Dunia
Syaban adalah bulan kedelapan dalam kalender Hijriyah dan pintu gerbang memasuki bulan suci Ramadhan. Hari ini kita sudah memasuki tanggal 9 Syaban 1444 Hijriyah, bertepatan Kamis (2/3/2023).
Syaban dikenal sebagai bulan yang sering dilalaikan oleh manusia. Namun bagi Rasulullah SAW sendiri, Syaban adalah bulan istimewa memperbanyak puasa sunnah. Suatu hari Rasulullah SAW ditanya mengapa banyak berpuasa di bulan Syaban. Lantas beliau menjawab, "Saat itu amal manusia diangkat, maka aku suka jika amalku diangkat ketika aku sedang puasa."
Keterangan ini diketengahkan dari Usamah bin Zaid radhiyallahu 'anhuma, katanya:
يَا رَسُولَ اللهِ إِنِّي أَرَاكَ تَصُومُ فِي شَهْرٍ مَا لَا أَرَاكَ تَصُومُ فِي شَهْرٍ مثل مَا تَصُومُ فِيهِ، قَالَ: " أَيُّ شَهْرٍ ؟ "، قُلْتُ: شَعْبَانُ، قَالَ: " شَعْبَانُ بَيْنَ رَجَبٍ وَشُهِرِ رَمَضَانَ، يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ، يَرْفَعُ فِيهِ أَعْمَالَ الْعِبَادِ، فَأُحِبُّ أَنْ لَا يُرْفَعَ عَمَلِي إِلَّا وَأَنَا صَائِمٌ"
Artinya: "Wahai Rasulullah, aku melihat engkau berpuasa pada sebuah bulan yang mana aku belum pernah melihat kau melakukannya seperti puasa di bulan tersebut." Beliau bersabda: "Bulan apa itu?" Aku menjawab: "Syaban."
Beliau bersabda: "Bulan Sya'ban ada di antara bulan Rajab dan Ramadhan, banyak manusia yang melalaikannya. Saat itu amal manusia diangkat, maka aku suka jika amalku diangkat ketika aku sedang puasa." (HR An-Nasai, 1/322 dalam Kitab Al-Amali. Al-Baihaqi dalam Syu'abul Iman 3540, Alauddin Al Hindi dalam Kanzul 'Ummal 35171. Status hadits: Hasan)
Mengapa Syaban Dilalaikan Banyak Manusia? Mengapa bulan ini dilalaikan manusia (umat muslim)? Dai lulusan Sastra Arab Universitas Indonesia Ustaz Farid Nu'man Hasan menukil keterangan dari Imam Az-Zurqani dalam Syarh 'alal Muwaththa.
Disebutkan, posisi Sya'ban ada di antara dua bulan penting bagi umat Islam. Yaitu Rajab yang merupakan salah satu bulan-bulan Haram, dan bulan Ramadhan yang bulan puasa dan paling utama. Manusia sibuk dengan dua bulan tersebut maka karena itu dinamakan manusia lalai terhadap Sya'ban.
Banyak orang mengira bahwa puasa di bulan Rajab itu lebih utama daripada puasa di bulan Sya'ban karena Rajab merupakan bulan haram. Padahal ada keutamaan besar bagi yang memakmurkan waktu-waktu yang dilalaikan manusia. Amalan ini disukai oleh Allah Ta'ala sebagaimana kalangan Salaf yang menyukai menghidupkan waktu antara Sholat Maghrib dan Isya dengan melakukan sholat. Mereka mengatakan bahwa itu adalah waktu yang sering dilalaikan manusia.
Abu Bakar Al-Warroq Al-Balkhi rahimahullah pernah berkata: "Bulan Rajab adalah bulan untuk menanam, Sya'ban adalah bulan menyirami tanaman, dan Ramadhan adalah bulan memanen tanaman tersebut."
Rasulullah SAW sendiri menjadikan Syaban sebagai bulan favorit menghidupkan puasa sunnah. Berikut hadisnya:
عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّهَا قَالَتْ: وَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ قَطُّ إِلَّا رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ فِي شَهْرٍ أَكْثَرَ مِنْهُ صِيَامًا فِي شَعْبَانَ
Artinya: Dari Aisyah Ummul-Mukminin berkata: "Aku tidak pernah melihat Rasulullah SAW melakukan puasa satu bulan penuh kecuali puasa bulan Ramadhan, dan aku tidak pernah melihat beliau lebih banyak berpuasa sunah melebihi di bulan Sya'ban." (HR Al-Bukhari)
Peristiwa Syaban Perintah Berpuasa Ramadhan Turun Tahun 2 Hijriah
Peristiwa penting yang terjadi di bulan Syaban salah satunya adalah turunnya perintah berpuasa pada bulan Ramadhan. Kewajiban ini di perintahkan pada tahun kedua hijriah. Maknanya, selama 15 tahun kenabian, belum ada perintah puasa Ramadhan.
Sebagai pengingat, Nabi Muhammad SAW hijrah pada tahun ke-13 kenabian, sedangkan wahyu puasa Ramadhan baru turun pada tahun kedua hijriah. Turunnya perintah kewajiban berpuasa di bulan Ramadhan pada bulan Syaban, seakan memberi waktu sebulan bagi umat Islam untuk berlatih menjalankan kewajiban tersebut. Itu sebabnya Rasulullah dalam hadis yang diriwayatkan Aisyah sering berpuasa di bulan Syaban.
Lantas, adakah puasa yang diwajibkan sebelum puasa Ramadhan? Merujuk pada pendapat Dr Muhammad Hasan Hitou dalam kitabnya "Fiqhu Shiyam" bahwa pensyariatan puasa pada masa awal Islam dimulai dengan puasa tiga hari di setiap bulannya, yang kemudian kita kenal sebagai ayyamul bidh. Puasa ini adalah puasa selama tiga hari pada pertengahan bulan.
Dimulai pada tanggal 13 dan kemudian berakhir di tanggal 15 di setiap bulannya. Selain itu, puasa yang juga disyariatkan sebelum Ramadhan adalah puasa Asyura (10 Muharram). Hal ini berpijak pada salah satu hadis yang juga termaktub dalam kitab tersebut: Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Jabir bin Samroh yang berkata,
"Rasulullah SAW memerintahkan untuk puasa Asyura, dan menganjurkan kami untuk melakukannya, dan memperhatikan kami di sisi beliau. Kemudian ketika puasa Ramadhan diwajibkan, beliau tidak lagi memerintahkan kami (untuk puasa Asyura) dan tidak lagi memperhatikan kami melakukannya di sisi beliau."
Kalimat “tidak memerintah dan tidak lagi memperhatikan” dalam hadis di atas bukan berarti Rasulullah bersikap apatis ataupun tidak peduli terhadap puasa Asyura. Sikap Rasulullah menjadi berubah disebabkan karena perubahan hukum puasa Asyura sendiri. Yaitu yang awalnya wajib, sehingga sang Rasul sangat menekankan dan memperhatikan, kemudian hukumnya berubah menjadi hanya sebatas sunnah.
Demikianlah bahwa sebelum diwajibkannya puasa selama sebulan penuh Ramadhan, Allah telah mengajari umat Muhammad dengan puasa 3 hari di setiap bulannya dan puasa Asyura. Adapun hikmah yang dapat dipetik adalah bahwa Allah sekali-kali tidaklah membebani manusia kecuali sesuai dengan tingkat kesanggupannya.
Dapat dibayangkan bagaimana nasib kaum Muslimin ketika perintah puasa langsung pada tahap puasa Ramadhan, puasa sebulan penuh tanpa adanya treatment, atau media latihan yang berupa puasa 3 hari di setiap bulannya dan juga puasa Asyura. Sudah barang tentu umat Islam akan sangat keberatan dan lemah. Sungguh, Allah adalah dzat yang Maha Bijaksana dalam segala urusan-Nya.
Keistimewaan Amalan saat Menyambut Nisfu Syaban yang Berkah
Keistimewaan bulan Syaban perlu diketahui umat muslim sehingga tidak melewatkannya begitu saja. Tinggal beberapa hari lagi umat Islam akan memasuki bulan suci Ramadhan. Dalam kalender Islam, Syaban merupakan bulan ke-8.
Meski tidak termasuk dalam empat bulan haram pada kalender Islam, Syaban tetap menjadi bulan istimewa yang di dalamnya banyak keberkahan. Apa saja keistimewaan bulan Syaban ini?
Berikut 8 keistimewaan bulan Syaban yang perlu diketahui umat muslim: 1. Berada di Antara Dua Bulan Penuh Berkah Syaban menjadi bulan ke-8 dalam kalender Hijriyah. Salah satu keistimewaannya berada di antara dua bulan yang penuh berkah, yaitu bulan haram Rajab dan bulan suci Ramadhan.
Abu Bakr Al-Balkhi rahimahullah pernah mengatakan, bulan Rajab adalah bulan menanam, Sya'ban adalah bulan menyirami tanaman dan bulan Ramadhan adalah bulan memanen tanaman. "Perumpamaan bulan Rajab adalah seperti angin, bulan Syaban seperti awan yang membawa hujan dan bulan Ramadhan seperti hujan. Barangsiapa yang tidak menanam di bulan Rajab dan tidak menyiraminya di bulan Syaban bagaimana mungkin dia memanen hasilnya di bulan Ramadhan." (Lathaiful-Ma'arif libni Rajab Al-Hanbali hal 130)
2. Bulan Kegemaran Rasulullah SAW untuk Berpuasa Rasulullah SAW memilih bulan Syaban dan menjadi kegemaran beliau untuk menghidupkan puasa sunnah sebelum datangnya Ramadhan. Hal ini disampaikan dalam hadis.
عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّهَا قَالَتْ: وَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ قَطُّ إِلَّا رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ فِي شَهْرٍ أَكْثَرَ مِنْهُ صِيَامًا فِي شَعْبَانَ
Artinya: Dari Aisyah RA berkata: "Aku tidak pernah melihat Rasulullah SAW melakukan puasa satu bulan penuh kecuali puasa bulan Ramadhan, dan aku tidak pernah melihat beliau lebih banyak berpuasa sunah melebihi di bulan Sya'ban." (HR Al-Bukhari)
3. Bulan Menghidupkan Al-Qur'an dan Membantu Fakir Miskin Syaban juga menjadi bulannya bagi para pembaca Al-Qur'an. Inilah waktu yang baik untuk menghidupkan tilawah Al-Qur'an dan membantu fakir miskin dengan sedekah. Dari Anas radhiyallahu anhu berkata: "Kaum muslim ketika telah memasuki bulan Sya'ban, mereka mengambil mushaf-mushafnya kemudian membacanya. Mereka juga mengeluarkan zakat hartanya agar dapat membantu menguatkan orang fakir dan miskin untuk turut serta menunaikan puasa di bulan Ramadhan."
4. Terdapat Malam Penuh Ampunan Pada bulan Syaban, terdapat satu malam penuh ampunan yang disebut malam Nisfu Syaban, atau malam 15 Syaban. Dalam Kitab Syu'abil Iman, lil Baihaqi, juz 5 halaman 360, Hadits nomor 3552 disebutkan tentang keistimewaan malam Nisfu Syaban: "Dari Mu’adz bin Jabal, dari Nabi shollallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Allah memperhatikan kepada semua makhlukNya pada malam Nisfu Syaban. Maka Dia memberi ampunan kepada semua makhlukNya, kecuali kepada orang yang musyrik dan orang yang bermusuhan."
5. Bulan Memperbanyak Istighfar dan Doa Setiap muslim yang akan memasuki bulan suci Ramadhan sepatutnya memperbanyak istighfar dan doa pada bulan Syaban. Dalam satu Hadis, Rasulullah SAW pernah mengatakan bahwa Sya'ban adalah bulan dimana banyak oarang melalaikannya.
Sehingga Rasulullah SAW memperbanyak ibadah di bulan tersebut, salah satunya dengan berpuasa. Ini merupakan isyarat bahwa ketika banyak manusia yang lalai kepada Allah, lalu ada hamba yang memanfaatkan waktu tersebut, maka ia akan mendapatkan kemuliaan di sisi Allah. Bertaubat dan memperbanyak istighfar pada bulan Syaban akan membuat hati kita lebih bersih dan ikhlas ketika memasuki bulan suci Ramadhan.
Selain istighfar dianjurkan juga memperbanyak berdoa sebagaimana kata Imam Syafi'i dalam Kitab al-Umm: "Telah sampai kepada kami bahwa doa itu mustajab pada 5 malam. Malam Jumat, malam Idul Adha, malam Idul Fitri, malam pertama bulan Rajab dan malam Nisfu Syaban." (Al-Majmu' jilid 5 Hal 42).
6. Bulan Turunnya Perintah Bersholawat Keistimewaan bulan Syaban berikutnya adalah turunnya ayat perintah bersholawat. Hal ini tertera dalam Al-Qur'an surat Al-Ahzab ayat 56.
اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰٓٮِٕكَتَهٗ يُصَلُّوۡنَ عَلَى النَّبِىِّ ؕ يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا صَلُّوۡا عَلَيۡهِ وَسَلِّمُوۡا تَسۡلِيۡمًا
Artinya: "Sesungguhnya Allah dan para Malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya." (QS Al-Ahzab Ayat 56).
7. Bulan Diangkatnya Amal Manusia Bulan Syaban juga menjadi waktu diangkatnya amalan manusia sebagaiman disampaikan Rasulullah SAW dalam salah satu hadisnya.
ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ، وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
Artinya: "Ini adalah bulan yang sering dilalaikan banyak orang, bulan antara Rajab dan Ramadhan. Ini adalah bulan dimana amal-amal diangkat menuju Rab semesta alam. Dan saya ingin ketika amal saya diangkat, saya dalam kondisi berpuasa." (HR An-Nasa'i, Ahmad)
8. Bulan Turunnya Rahmat Allah Pada bulan Syaban, Allah menurunkan rahmat-Nya yaitu pada malam pertengahan Syaban atau disebut malam Nisfu Syaban. Dari Abu Bakar As-Shiddiq bahwa Rasulullah SAW bersabda:
ينزل االله إلى السماء الدنيا ليلة النصف من شعبان فيغفر لكل شيء إلا لرجل مشرك أو رجل في قلبه شحناء
Artinya: "Allah turun ke langit dunia ini dengan menurunkan rahmat‐Nya pada malam Nisfu Syaban, sehingga Allah mengampuni segala sesuatu kecuali orang yang musyrik dan orang yang di dalam hatinya terdapat kedengkian." (HR Al-Baihaqi dan Al-Bazzar) Demikian keistimewaan bulan Syaban yang perlu diketahui umat muslim. Semoga kita dapat mengisinya dengan amal saleh dan tidak termasuk golongan orang-orang yang melalaikannya.