Dipicu Konflik, Rusia Siap Kembangkan Persenjataan Generasi Baru
Mohammad Faizal
Selasa, 13 Desember 2022, 15:37 WIB
Rusia ditengarai tengah berupaya mengembangkan persenjataan generasi baru di tengah berlarutnya konflik dengan Ukraina dan potensi konflik terbuka dengan Barat.
Rusia Genjot Produksi Persenjataan Canggih
Rusia tengah meningkatkan upaya memproduksi dan memperbarui persenjataan bagi militernya guna menghalangi negara-negara Barat yang mendukung Kiev dalam pertarungannya dengan Moskow.
Hal itu diungkapkan mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev menanggapi Kepala Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina Aleksey Danilov yang mengklaim bahwa Kiev tidak mengesampingkan serangan di dalam Rusia.
Menulis di Telegram, Medvedev yang saat ini menjabat sebagai wakil ketua Dewan Keamanan Rusia, mengklaim "musuh" Moskow tidak hanya di Kiev, tetapi juga di Eropa, Amerika Utara, dan sejumlah lokasi lain yang bersekutu dengan Nazi kontemporer.
"Oleh karena itu, kami meningkatkan produksi senjata dan amunisi paling kuat. Termasuk yang berdasarkan prinsip-prinsip baru," ungkap mantan presiden itu.
Komentar Medvedev muncul setelah The Times, mengutip sumber pertahanan AS, melaporkan pada Jumat bahwa Pentagon telah mengizinkan Kiev melakukan serangan jarak jauh di dalam wilayah Rusia.
Ukraina di awal bulan ini telah melancarkan serangan di dua pangkalan udara Rusia di Wilayah Ryazan dan Saratov. Keduanya berjarak beberapa ratus kilometer dari wilayah yang dikuasai Kiev, menggunakan drone.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova telah memperingatkan Washington bahwa jika AS memberikan senjata jarak jauh kepada Kiev, ini akan melewati "garis merah" dan menjadikan Amerika "pihak yang terlibat langsung dalam konflik.
Sementara, akhir November lalu, Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu mengumumkan Moskow akan meningkatkan belanja pertahanan secara signifikan. Shoigu menjelaskan, anggaran pertahanan negara Rusia akan meningkat hampir 50% tahun depan. Dia menyebutkan, penekanan khusus akan diberikan pada sistem artileri dan rudal.
Presiden Rusia Vladimir Putin pada September lalu berkomentar bahwa hampir semua stok persenjataan NATO dilemparkan untuk mendukung rezim Kiev. Namun, Putin menambahkan, bagaimanapun peralatan perang Rusia bekerja dengan baik dalam pertempuran dengan senjata Barat.
AS Ketar-ketir, Kemitraan Pertahanan Rusia-Iran Kian Nyata
Amerika Serikat (AS) mengungkapkan kekhawatirannya atas kemitraan pertahanan skala penuh antara Rusia dan Iran. Negeri Paman Sam itu menggambarkan kemitraan tersebut berbahaya bagi Ukraina, tetangga Iran, dan dunia.
Sejauh ini, Barat terus menuding Iran telah memasok sejumlah persenjataan ke Rusia untuk perangnya melawan Ukraina. Iran antara lain disebut memasok drone yang digunakan Moskow menghancurkan infrastruktur energi negara itu.
"Rusia berusaha untuk berkolaborasi dengan Iran di bidang-bidang seperti pengembangan senjata, pelatihan," kata juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby seperti dikutip dari France 24, Minggu (11/12/2022).
Menurut Kirby, Moskow menawarkan Iran tingkat dukungan militer dan teknis yang belum pernah terjadi sebelumnya. Hal itu mengubah hubungan menjadi kemitraan pertahanan antarnegara yang matang.
"Kami juga telah melihat laporan bahwa Moskow dan Teheran sedang mempertimbangkan pembentukan jalur produksi bersama untuk drone mematikan di Rusia. Kami mendesak Iran untuk berbalik arah (dan) tidak mengambil langkah-langkah ini," ujarnya.
Menurut Kirby, AS akan memberikan sanksi kepada tiga entitas yang berbasis di Rusia yang aktif dalam akuisisi dan penggunaan drone Iran. Sanksi tersebut menargetkan Angkatan Udara Rusia, Pusat Penerbangan Tak Berawak Negara ke-924, dan Komando Penerbangan Transportasi Militer.
AS juga khawatir bahwa Rusia bermaksud untuk menyediakan Iran dengan komponen militer canggih, termasuk helikopter dan sistem pertahanan udara.
Pilot Iran dilaporkan telah belajar untuk menerbangkan pesawat tempur canggih Sukhoi Su-35 di Rusia, dan Teheran dapat menerima pesawat tersebut dalam tahun depan, yang akan "secara signifikan memperkuat angkatan udara Iran relatif terhadap tetangga regionalnya," kata Kirby.
"Amerika Serikat juga percaya bahwa Iran sedang mempertimbangkan penjualan ratusan rudal balistik ke Rusia," ucapnya.
Kabar terbaru menyebutkan Rusia ingin mengamankan pasokan rudal balistik dari Iran dalam jumlah yang cukup besar. Sebagai imbalannya, Rusia menawarkan dukungan militer yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Rusia Perluas dan Modernisasi Persenjataan Nuklirnya
Amerika Serikat (AS) menuding Rusia memperluas dan memodernisasi persenjataan nuklirnya. Hal itu diungkap Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Lloyd Austin saat Presiden Rusia Vladimir Putin menghadapi kemunduran dalam perangnya di Ukraina.
Komentar Austin tersebut sejalan dengan dokumen kebijakan Pentagon baru-baru ini tentang senjata nuklir. Menurut para pakar, Rusia memiliki persediaan senjata nuklir terbesar di dunia dengan hampir 6.000 hulu ledak. Jika digabungkan, Rusia dan AS memiliki sekitar 90% hulu ledak nuklir dunia—cukup untuk menghancurkan planet ini berkali-kali lipat.
"Rusia juga memodernisasi dan memperluas persenjataan nuklirnya," kata Austin pada upacara untuk calon komandan Komando Strategis AS, yang mengawasi persenjataan nuklir Amerika Serikat seperti dikutip Reuters, Sabtu (10/12/2022).
Rusia sebelumnya mengatakan akan memberikan perhatian khusus untuk membangun infrastruktur untuk kekuatan nuklirnya pada tahun 2023.
Sebelumnya, Putin bersumpah dalam sebuah konferensi pers bahwa negara mana pun yang berani menyerang Rusia dengan senjata nuklir akan terhapus dari muka Bumi. Putin mengatakan Rusia tidak memiliki mandat untuk meluncurkan serangan nuklir pencegahan pertama, tetapi senjata hipersonik canggih Rusia akan memastikan Rusia dapat merespons jika diserang.
Putin pada 21 September memperingatkan Barat bahwa dia tidak menggertak ketika dia mengatakan akan siap menggunakan senjata nuklir untuk membela Rusia.
Rusia Tingkatkan Produksi Senjata Generasi Terbaru
Rusia mengklaim tengah meningkatkan produksi senjata generasi baru untuk melindungi diri dari musuh-musuhnya di Eropa, Amerika Serikat (AS), dan Australia.
Mantan presiden Rusia Dmitry Medvedev menyebutkan, persenjataan yang dikembangkan termasuk yang berdasarkan prinsip-prinsip baru. Namun, wakil kepala Dewan Keamanan Rusia itu tidak memberikan rincian mengenai senjata tersebut.
Sementara, Presiden Vladimir Putin berulang kali mengatakan bahwa Rusia telah mengembangkan jenis senjata baru, termasuk senjata hipersonik yang dapat mengelak dari semua sistem pertahanan rudal yang ada.
Kremlin juga mengklaim bahwa rudal jelajah dan sistem rudal hipersonik Rusia lebih modern dan bahkan lebih efisien daripada yang ada di Amerika Serikat.
Di bagian lain, kondisi Moskow yang kini tengah berada dalam kemunduran pada ofensifnya di Ukraina, menimbulkan kekhawatiran bahwa Rusia dapat menggunakan persenjataan nuklirnya untuk mencapai terobosan militer.
Presiden Putin mengatakan Rusia dapat mengubah doktrin militernya dengan memperkenalkan kemungkinan serangan pendahuluan untuk melucuti senjata musuh, yang tampaknya mengacu pada serangan nuklir.