Link Copied
Momen Penahbisan Raja dan Ratu Bulu Tangkis Dunia

Momen Penahbisan Raja dan Ratu Bulu Tangkis Dunia

By Andryanto Wisnuwidodo
Penahbisan siapa pemain yang pantas menjadi raja dan ratu bulu tangkis dunia pada kejuaraan dunia bulu tangkis yang akan digelar 22-28 Agustus di Tokyo, Jepang.

Sejarah Panjang Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis yang Mengejutkan


Sejarah Panjang Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis yang Mengejutkan


Sejarah panjang Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis yang mengejutkan menjadi ujian pamungkas bagi setiap pemain. Sejak dimulai pada tahun 1977, Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis telah berlangsung 26 edisi.

Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis BWF mungkin relatif baru dibandingkan dengan sejarah kompetisi terorganisasi dalam olahraga, tetapi acara tersebut tidak butuh waktu lama untuk berkembang menjadi ujian sejati pemain individu dan pasangan teratas di dunia bulu tangkis. Pertama kali digelar pada tahun 1977, Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis berkembang menjadi kompetisi global papan atas yang, dalam edisi ke-20, diikuti oleh 345 atlet dari 47 asosiasi anggota dan disiarkan dalam definisi tinggi kepada pemirsa televisi di seluruh dunia.

Kejuaraan All England sudah berfungsi sebagai kejuaraan dunia tidak resmi untuk disiplin individu. Sejak akhir 1940-an, Piala Thomas — dan kemudian Piala Uber — menawarkan kesempatan unik bagi tim putra dan putri untuk membuktikan diri sebagai yang terbaik di dunia, para atlet sudah mampu membuktikan diri secara individu.

All England telah memberikan kesempatan itu dengan kelas dan prestise dan tradisi yang berasal dari awal abad ke-20. Namun, sementara Inggris mungkin menyambut yang terbaik di dunia, masih ada ruang untuk kejuaraan dunia. Ketika Swedia menjadi tuan rumah Kejuaraan Dunia IBF pertama pada tahun 1977, itu adalah langkah pertama untuk sebuah acara yang akan segera melakukan perjalanan dan tumbuh menjadi tradisi global. Pada saat edisi keempat berakhir, Dunia telah terlihat di tiga benua.

Juara dunia bulu tangkis perdana pada tahun 1977 adalah Denmark. Pemain Denmark merebut tiga dari lima gelar, dengan Lene Køppen memenangkan emas di tunggal dan ganda. Pada ajang 1980 di Jakarta, tuan rumah Indonesia nyaris menyapu semua gelar.

China masuk pada edisi 1983 dan membuat kehadirannya terasa dengan memenangkan emas di tunggal putri dan ganda. Korea Selatan adalah peserta pertama kali, dan Park Joo Bong yang berusia 19 tahun khususnya, meninggalkan Kopenhagen dengan satu perunggu, tetapi dia kembali dua tahun kemudian untuk memenangkan gelar Kejuaraan Dunia pertama dan kedua dari lima karirnya.

Tim China bangkit kembali lebih kuat. Pebulu tangkis China itu memenangkan tiga gelar tersisa pada tahun 1985 di Calgary dan membuat tanda yang benar-benar tak terhapuskan pada edisi berikutnya dengan menyapu semua lima medali emas, sesuatu yang akan terjadi dua kali lagi, pada tahun 2010 dan 2011. Pada gelar ketiga ini disapu oleh China, gelar Tunggal Putra dimenangkan oleh Lin Dan, yang kemudian menyamai rekor lima gelar Kejuaraan Dunia milik Park; hanya superstar China yang melakukan semuanya dalam satu disiplin.

Kejuaraan Dunia BWF dimulai sebagai acara tiga tahunan, mengisi tahun kosong antara Piala Thomas dan Piala Uber. Setelah edisi ketiga pada tahun 1983, acara tersebut menjadi dua tahunan, bergantian dengan kejuaraan dua tim, yang menjadi acara dua tahunan gabungan dari tahun 1984.

Dua dekade kemudian, frekuensi berubah lagi dan Kejuaraan Dunia IBF 2006 di Madrid menandai pertama kalinya Kejuaraan Dunia. telah diselenggarakan pada tahun-tahun berturut-turut. Acara ini berlanjut sebagai acara yang hampir tahunan, hanya berhenti setiap empat tahun sekali, ketika Olimpiade akan mengambil alih sebagai acara utama musim panas.

Aturan asli mengharuskan asosiasi anggota untuk mengirimkan entri pemain mereka ke IBF (sekarang BWF) terlebih dahulu dengan maksimal empat entri di sebagian besar nomor dan dua untuk ganda putra dan putri. Ketika lebih dari 64 pemain masuk dalam suatu disiplin, acara kualifikasi diadakan kurang dari seminggu sebelum dimulainya pengundian utama, yang mengikuti format sistem gugur.

China Paling Banyak Juara, Indonesia Menempel Ketat

China Paling Banyak Juara, Indonesia Menempel Ketat


Sejak kali pertama digelar pada 1977, China menjadi negara yang paling dominan di Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis dengan memenangkan 67 medali emas. Total, tim bulu tangkis meraih 67 medali emas, 47 perak, dan 77 perunggu.

Tim bulu tangkis Indonesia membuntuti dengan meraih 23 medali emas, 18 perak, 36 perunggu disusul Denmark dan Korea Selatan. Denmark menempel Indonesia dengan raihan 10.5 emas, 14 perak, dan 40 perunggu.

China yang masuk pada edisi 1983 merusak peta kekuatan bulu tangkis di Kejuaraan Dunia BWF dengan memenangkan emas di tunggal putri dan ganda. Pada edisi 1987, tim bulu tangkis China menjadi negara pertama yang membuat rekor menyapu semua lima medali emas.

Keperkasaan China kembali terulang pada tahun 2010 dan 2011 dengan menyapu semua gelar juara. Lin Dan mencatat prestasi dengan lima kali juara pada edisi 2006, 2007, 2009, 2011, 2013.

China dan Indonesia saling bersaing menjadi pengumpul medali emas terbanyak di empat kategori tunggal putra, tunggal putri, ganda putra dan ganda campuran. Kini, persaingan menjadi ketat dan tidak ada negara yang mampu mendominasi seperti dulu. Terakhir, di kejuaraan dunia 2021, Loh Kean Yew mencatat sejarah sebagai pemain Singapura pertama yang menjadi juara dunia tunggal putra.

Rekor Juara Terbanyak di Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis sejak 1977

Rekor Juara Terbanyak di Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis sejak 1977


Rekor-rekor yang tercipta di Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis BWF sejak 1977 silih berganti diukir para pemain top dunia. Dari deretan pencetak rekor juara dunia itu ada beberapa nama pemain bulu tangkis Indonesia yang mencapai podium.

Rekor Juara Terbanyak
China menjadi negara yang paling dominan, memenangkan 67 medali emas. Tertinggi kedua adalah Indonesia dengan 23 medali emas, disusul Denmark dan Korea.

Pemain Terbanyak Meraih Medali Emas
Park Joo-Bong, Zhao Yunlei, dan Lin Dan memegang rekor paling banyak meraih medali dengan 5 emas.

Tunggal Putra Terbanyak Juara
Lin Dan membuktikan diri sebagai tunggal putra terbanyak yang menjadi juara dunia di edisi 2006, 2007, 2009, 2011, 2013.

Tunggal Putri Terbanyak Juara
Pemain Spanyol Carolina Marin mencatat sejarah sebagai pemain Eropa pertama yang paling banyak juara tunggal putri di Kejuaraan Dunia. Carolina Marin tiga kali juara edisi 2014, 2015, dan 2018.

Ganda Putra Terbanyak Juara
Hendra Setiawan, Cai yun, dan Fu Haifeng paling banyak meraih medali emas ganda putra.

Ganda Campuran Terbanyak Juara
Pemain legendaris Indonesia Liliyana Natsir mencatat rekor paling sering juara ganda campuran pada edisi 2005, 2007, 2013, dan 2017. Pada 2005 dan 2007, Liliyana Natsir juara saat berpasangan dengan Nova Widianto. Pada edisi 2013 dan 2017, Butet --panggilan liliyana Natsir--menjadi juara bersama Tontowi Ahmad.

Liliyana Natsir-Hendra Setiawan Pemain Indonesia Langganan Juara

Liliyana Natsir-Hendra Setiawan Pemain Indonesia Langganan Juara


Liliyana Natsir dan Hendra Setiawan pebulu tangkis Indonesia tersukses di Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis BWF sejak kali pertama digelar 1977 di Malmo, Swedia. Jago bulu tangkis Indonesia mengoleksi 23 kali medali emas Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis BWF sejak kali pertama digelar pada 1977. Total, pebulu tangkis Indonesia mencatat meraih 23 medali emas, 18 perak, 36 perunggu.

Dari 23 kali medali emas tersebut, nama Liliyana Natsir dan hendra Setiawan menjadi pebulu tangkis Indonesia paling sukses di Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis BWF. Liliyana dan Hendra sama-sama sudah mencatat empat kali menjadi juara dunia.

Hebatnya, Liliyana dan Hendra masing-masing mencatat juara dunia bersama pasangan berbeda. Liliyana Natsir tercatat dua kali juara dunia bersama Nova Widianto pada edisi 2005 dan 2007. Sukses Liliyana berlanjut pada edisi 2013 dan 2017 saat Butet --panggilan Liliyana Natsir menjadi juara dunia bersama Tontowi Ahmad. Hendra Setiawan juga mencatat empat kali juara dunia dengan dua pasangan berbeda.

Hendra menjadi juara dunia edisi 2007, 2013, 2015, dan 2019. Pada 2007, Hendra juara saat berduet dengan almarhum Markis Kido. Tiga gelar juara dunia berikutnya diukir Hendra bersama Mohammad Ahsan.
(aww)