Tensi Tinggi Gara-gara Kunjungan Pelosi
Mohammad Faizal
Rabu, 10 Agustus 2022, 16:13 WIB
Kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan terus menyisakan ketegangan yang ditunjukkan dengan peningkatan kesiagaan antara militer Beijing dan Taipei.
Taipei Tuding China Simulasikan Serangan ke Wilayah Taiwan
Taiwan menuduh tentara China mensimulasikan serangan di pulau utamanya pada Sabtu (6/8/2022), ketika Beijing melanjutkan beberapa latihan militer terbesarnya di sekitar Taiwan. Para analis menilai latihan itu bertujuan untuk mempraktikkan blokade dan invasi akhir ke pulau itu.
Taipei mengatakan, pihaknya mengamati "beberapa" pesawat dan kapal China yang beroperasi di Selat Taiwan, meyakini mereka mensimulasikan serangan di pulau utama Taiwan.
"Beberapa kelompok pesawat dan kapal Komunis melakukan kegiatan di sekitar Selat Taiwan, beberapa di antaranya melintasi garis median," kata Kementerian Pertahanan Taiwan, seperti dikutip dari AFP.
Pernyataan itu merujuk pada garis demarkasi yang membentang di Selat Taiwan yang tidak diakui Beijing. Untuk menunjukkan seberapa dekat pasukan China telah mencapai pantai Taiwan, militer Beijing juga merilis video pilot angkatan udaranya yang merekam garis pantai pulau dan pegunungan dari kokpitnya.
Beijing juga mengatakan mereka akan mengadakan latihan tembakan langsung di bagian selatan Laut Kuning - yang terletak di antara China dan semenanjung Korea - mulai Sabtu hingga 15 Agustus.
Penyiar negara China, CCTV, telah melaporkan bahwa rudal China telah terbang langsung di atas Taiwan selama latihan - eskalasi besar jika dikonfirmasi. Tapi, Taipei tetap menantang, bersikeras tidak akan takut dengan "tetangga jahatnya".
Hubungan antara AS dan China telah menukik tajam setelah perjalanan Pelosi ke Taiwan. China yang mengklaim Taiwan sebagai wilayahnya menuding kunjungan Nancy Pelosi ke Taiwan adalah bagian dari taktik Washington untuk mengerahkan lebih banyak militer Amerika ke sekitar pulau tersebut.
Saat Kapal Tempur Beijing dan Taipei Saling Tatap di Selat Taiwan
Menjelang akhir dari latihan tempur Beijing di Selat Taiwan, kapal perang kedua negara saling tatap di laut lepas pada Minggu (7/8/2022). Kapal tempur kedua negara terlibat manuver "kucing dan tikus" dalam situasi yang menegangkan.
China menggelar latihan perang besar-besaran selama empat hari di dekat Taiwan sejak Kamis pekan lalu. Manuver yang belum pernah terjadi sebelumnya itu diluncurkan sebagai reaksi atas kunjungan Ketua DPR Amerika Serikat (AS) Nancy Pelosi ke Taiwan.
Kunjungan Pelosi pekan lalu ke pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu membuat marah China. Beijing menanggapi dengan peluncuran uji coba rudal balistik di atas Taipei untuk pertama kalinya dan pemutusan hubungan komunikasi dengan Amerika Serikat.
Sekitar 10 kapal perang masing-masing dari China dan Taiwan berlayar dalam jarak dekat di Selat Taiwan, dengan beberapa kapal China melintasi garis tengah, penyangga tidak resmi yang memisahkan kedua belah pihak.
Kementerian Pertahanan Taiwan menyatakan bahwa beberapa kapal militer China, pesawat terbang, dan pesawat tak berawak sedang mensimulasikan serangan terhadap Taiwan dan angkatan lautnya.
Militer Taipei telah mengirim pesawat tempur dan kapal perang untuk bereaksi dengan tepat. Menurut sumber yang mengetahui ketegangan di lapangan, ketika pasukan China melanggar garis tengah, seperti yang telah mereka lakukan pada hari Sabtu. Pihak Taiwan tetap berada dekat untuk memantau pergerakan China.
"Kedua belah pihak menunjukkan pengekangan", kata sumber tersebut, seperti dikutip Reuters, Senin (8/8/2022), menggambarkan manuver itu sebagai "permainan kucing dan tikus" di laut lepas. "Satu sisi mencoba untuk menyeberang, dan yang lain menghalangi dan memaksa mereka ke posisi yang lebih tidak menguntungkan dan akhirnya kembali ke sisi lain," ujarnya.
Taiwan menyatakan rudal anti-kapal berbasis pantai dan rudal permukaan-ke-udara Patriot dalam keadaan siaga. Sementara itu, kantor berita Xinhua melaporkan latihan perang China, yang berpusat di enam lokasi di sekitar pulau Taiwan, diakhiri pada tengah hari pada Minggu.
Kementerian transportasi Taiwan mengatakan pada Minggu sore bahwa pihaknya secara bertahap mencabut pembatasan penerbangan melalui wilayah udaranya. Tetapi Taiwan akan terus mengarahkan penerbangan dan kapal dari salah satu zona latihan, yang tidak pernah dikonfirmasi oleh China, di lepas pantai timurnya hingga Senin pagi.
Militer China menyatakan pada hari Sabtu bahwa latihan gabungan laut dan udara, di utara, barat daya dan timur Taiwan, memiliki fokus pada kemampuan serangan darat dan serangan laut. Amerika Serikat menyebut latihan itu sebagai eskalasi.
"Kegiatan ini merupakan eskalasi yang signifikan dalam upaya China untuk mengubah status quo. Mereka provokatif, tidak bertanggung jawab dan meningkatkan risiko salah perhitungan," kata Gedung Putih. "Mereka juga bertentangan dengan tujuan lama kami untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan, yang diharapkan dunia," tegasnya.
Taiwan Sebut Latihan Militer China Ancang-Ancang Sebelum Invasi
Taipei meyakini latihan militer besar-besaran Beijing pekan lalu menjadi bagian dari ancang-ancang militer China untuk menginvasi Taiwan. Keyakinan itu disampaikan Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu, Selasa (9/8/2022) lalu.
Menlu Wu mengatakan pada konferensi pers di Taipei bahwa Taiwan tidak akan terintimidasi bahkan ketika latihan tempur China berlanjut, yang sering melanggar garis median di Selat Taiwan. "China telah menggunakan latihan itu untuk mempersiapkan invasi ke Taiwan," kata Wu, seperti dikutip Reuters.
Diketahui, China pada pekan lalu menggelar latihan tempur berskala besar yang belum pernah terjadi sebelumnya di dekat Taiwan sebagai protes terhadap kunjungan Ketua DPR Amerika Serikat (AS) Nancy Pelosi ke Taiwan.
Wu mendesak masyarakat internasional memberikan dukungan kepada Taipei untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan. "China melakukan latihan militer skala besar, peluncuran rudal serta serangan siber, kampanye disinformasi dan pemaksaan ekonomi dalam upaya untuk melemahkan moral publik di Taiwan," paparnya.
Wu berbicara ketika ketegangan militer meningkat setelah berakhirnya empat hari latihan tempur China di sekitar Taiwan pada hari Minggu. Manuver China tersebut mencakup peluncuran rudal balistik dan simulasi serangan laut dan udara di langit dan laut di sekitar Taiwan.
Komando Teater Timur China mengumumkan pada hari Senin bahwa mereka akan melakukan latihan gabungan baru yang berfokus pada operasi serangan kapal selam dan serangan laut. Langkah ini seakan membenarkan kekhawatiran beberapa analis keamanan dan diplomat bahwa Beijing akan terus menekan pertahanan Taiwan.
Sementara, Taiwan juga memulai latihan tempur terjadwalnya sendiri pada hari Selasa, menembakkan artileri howitzer ke laut di daerah selatan Pingtung.
Presiden AS Joe Biden, dalam komentar publik pertamanya tentang masalah ini sejak kunjungan Pelosi, mengatakan bahwa dia prihatin dengan tindakan China di kawasan itu tetapi dia tidak khawatir tentang Taiwan. "Saya khawatir mereka bergerak sebanyak itu," kata Biden kepada wartawan di Delaware, merujuk pada China. "Tapi saya tidak berpikir mereka akan melakukan sesuatu yang lebih dari itu."
Seorang pejabat senior Pentagon mengatakan Washington berpegang pada penilaian sebelumnya bahwa Beijing tidak akan mencoba untuk menyerang Taiwan dalam dua tahun ke depan. Wakil Menteri Pertahanan untuk Kebijakan Colin Kahl juga mengatakan militer AS akan terus melakukan pelayaran melalui Selat Taiwan dalam beberapa pekan mendatang.
Sementara, China tidak pernah membantah niat untuk merebut Taiwan dengan paksa jika diperlukan. China selalu menyebutkan bahwa Taiwan adalah provisni yang menjadi bagian dari negara tersebut.
Ketegangan China-Taiwan Belum Ada Tanda Mereda
Ketegangan masih terus terlihat di wilayah perairan antara China dan Taiwan. Sekitar 20 kapal Angkatan Laut China dan kapal perang Taiwan terus berada di dekat garis tengah Selat Taiwan pada Rabu pagi (10/8/2022). Perkembangan itu diungkapkan sumber yang menjelaskan masalah tersebut kepada Reuters.
"Beberapa kapal angkatan laut China terus melakukan misi di lepas pantai timur Taiwan pada Rabu pagi," ungkap sumber itu.
Sementara itu, Ketua DPR Amerika Serikat (AS) Nancy Pelosi menyatakan tidak menyesali perjalanan kontroversialnya baru-baru ini ke Taiwan.
Dia menggambarkannya sebagai "sangat berharga" dalam wawancara dengan acara Today pada Selasa. Politisi wanita berusia 82 tahun itu bersikeras dia memiliki “dukungan bipartisan yang luar biasa” untuk kunjungan itu. Tak hanya itu, dia dan delegasinya diterima dengan sangat baik oleh pemerintah Taiwan dan rakyatnya.
Namun, dia menyatakan posisi China dalam perjalanannya tidak relevan. Dia bersikeras China “tidak akan diizinkan untuk mengisolasi Taiwan” atau mendikte siapa yang dapat dan tidak dapat mengunjungi pulau itu. "Apa yang dilakukan China adalah apa yang biasanya mereka lakukan," ujar Ketua DPR AS tentang tanggapan Beijing terhadap insiden tersebut.
Dia menambahkan Presiden China Xi Xinping bertindak seperti “pengganggu" karena rasa tidak amannya sendiri. "Tidak ada yang mengganggu tentang kunjungan itu," papar Pelosi, yang menyatakan perjalanan itu sejalan dengan kebijakan AS untuk mempertahankan status quo. Namun, dia juga bersikeras, penting untuk memberi tahu China bahwa Washington akan mendukung Taipei sesuai Undang-Undang Hubungan Taiwan sambil secara bersamaan mematuhi kebijakan “Satu China”.
Ketua DPR mencatat delegasi bipartisan AS lainnya mengunjungi Taipei beberapa bulan yang lalu, tetapi tidak ada yang mengatakan sepatah kata pun saat itu. Dia melanjutkan untuk menunjukkan bahwa ada sesuatu yang salah dengan gambaran ini, dan kontroversi ini mungkin ada hubungannya dengan statusnya sebagai seorang wanita.
Ketika ditanya apakah "kunjungan simbolis" itu merusak upaya Gedung Putih yang sedang berlangsung untuk bekerja dengan China mengatasi masalah geopolitik dan iklim, Pelosi menyatakan perjalanan itu sangat penting untuk mendengarkan orang-orang di kawasan itu tentang agenda penuh AS.
Dia lebih lanjut menekankan, penting untuk memberi tahu Taiwan bahwa AS tidak akan meninggalkannya karena takut “China mungkin bertindak.” Perjalanan Pelosi pekan lalu, yang menjadikannya pejabat tertinggi AS yang mengunjungi Taiwan sejak 1997, memicu reaksi keras dari Beijing. China meluncurkan latihan militer dan latihan tembak-menembak yang “belum pernah terjadi sebelumnya” di enam wilayah maritim di sekitar Taiwan.
Beijing juga telah memberikan sanksi kepada Pelosi dan keluarganya, memperkenalkan pembatasan perdagangan di Taipei dan memutuskan interaksi diplomatik dengan AS dalam sejumlah masalah militer dan sipil.
China menganggap Taiwan sebagai bagian yang tidak dapat dicabut dari wilayahnya dan memandang kunjungan seperti kunjungan Pelosi sebagai serangan terhadap kedaulatannya dan pelanggaran prinsip “Satu China”, di mana sebagian besar negara menahan diri dari pengakuan diplomatik Taiwan.
Meskipun secara resmi mengakui Beijing sebagai satu-satunya otoritas yang sah di China sejak 1979, AS mempertahankan hubungan tidak resmi yang kuat dengan pulau berpenduduk 23,5 juta jiwa. AS juga sering menjual senjata ke Taipei.