Ukraina Sebut Teror HIMARS Bikin Panik Pasukan Rusia
Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (M142 High Mobility Artillery Rocket System/HIMARS) buatan Amerika Serikat (AS) diklaim sukses menggempur dan menebar teror di antara pasukan Rusia di Ukraina.
Berbicara dari dekat garis depan perang di timur Ukraina, Gubernur Luhansk Serhiy Haidai mengatakan pasukan Rusia berada dalam "mode panik" karena artileri berat berpemandu jarak jauh itu sukses menghantam target bernilai tinggi. Senjata canggih itu menurunkan kemampuan tempur Rusia sementara Ukraina merencanakan serangan balik.
"Seperti yang telah dilihat seluruh dunia selama seminggu terakhir ini, kami telah mampu menimbulkan kerusakan besar pada sistem pertahanan rudal dan fasilitas penyimpanan amunisi mereka jauh di belakang garis musuh," jelas Haidai. "Ini sebagian besar disebabkan oleh variasi senjata yang baru-baru ini kami terima dari Barat. Dan ketika kami memiliki jumlah persenjataan yang cukup, kami akan dapat melakukan serangan balik lebih lanjut," ujarnya seperti dikutip dari Newsweek, Rabu (13/7/2022).
Negara-negara NATO - dipimpin oleh AS - telah membanjiri Ukraina dengan beragam senjata sejak invasi Rusia dimulai pada 24 Februari. Artileri jarak jauh berat telah lama berada di urutan teratas daftar belanja Ukraina, dan sekarang kehadiran senjata dari AS, Prancis, dan Polandia secara khusus telah memberikan bekas di medan perang Donbas.
Sistem dan amunisi berpemandu HIMARS yang dikirim ke Ukraina memiliki jangkauan sekitar 50 mil. Lusinan gudang amunisi dan bahan bakar Rusia diklaim telah dihancurkan oleh senjata ini dalam beberapa pekan terakhir.
HIMARS telah mendapat kredit dalam beberapa serangan seperti itu, termasuk ledakan besar di Nova Kakhovka di Kherson Oblast minggu ini, kata pejabat Ukraina.
Menurut pihak Ukraina, beberapa komandan Rusia dilaporkan tewas dalam serangan HIMARS dalam seminggu terakhir. Ukraina memiliki delapan HIMARS, dengan AS menjanjikan empat lainnya dalam waktu singkat. Haidai mengatakan para pejuang Ukraina akan membutuhkan lebih banyak lagi untuk merebut kembali wilayah yang hilang dari pendudukan Rusia.
"Sepuluh HIMARS sudah membuat perbedaan, tetapi kita membutuhkan 100 dari mereka, 10 batalyon dengan 10 HIMARS di masing-masing untuk disebarkan di seluruh garis depan," katanya. "Atau setidaknya 50 dari mereka," imbuhnya. "Maka tidak peduli siapa yang dibawa Rusia - pasukan Kadyrov (Chechnya), Buryat - mereka sudah dalam mode panik atas senjata presisi jarak jauh ini, yang menggempur posisi mereka," ujarnya.
Bahkan, menurut dia, sudah ada laporan mengenai desersi massal dari unit Rusia yang berbeda. "Dan kematian cukup dijamin ketika Anda menghadapi sesuatu yang menghancurkan seperti HIMARS, yang menghancurkan segalanya," sambungnya. “Aspek itu tentu saja tidak meningkatkan moral tentara Rusia," cetusnya.
Haidai mengatakan target sensitif Rusia sekarang hampir tidak berdaya. "Semua S-300 dan sistem pertahanan rudal lainnya benar-benar tidak berdaya menghadapi artileri yang baru kami peroleh, tidak dapat mencegah beberapa serangan terhadap depot amunisi dan pusat komando," ucapnya.
Saluran Telegram militer pro-Rusia telah ramai dengan pembicaraan tentang HIMARS dalam beberapa hari terakhir. Pengguna Telegram - termasuk Igor Girkin, mantan pejabat intelijen Rusia yang memimpin pasukan pro-Rusia di Ukraina timur pada 2014 - menyesali ketidakmampuan Rusia untuk menghentikan senjata ini, meskipun ada sistem anti-pesawat canggih.