Program Nuklir Bikin Tegang, Iran-Israel Siap Perang?
Program Nuklir Bikin Tegang, Iran-Israel Siap Perang?
Mohammad Faizal
Selasa, 19 Juli 2022, 15:46 WIB

Wilayah Timur Tengah kembali memanas setelah Iran merespons keras upaya Israel dan Amerika Serikat (AS) yang berusaha menjegal keberlanjutan program nuklirnya.

AS Siap Gunakan Kekuatan Militer untuk Stop Senjata Nuklir Iran

AS Siap Gunakan Kekuatan Militer untuk Stop Senjata Nuklir Iran

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyatakan siap menggunakan kekuatan untuk mencegah Iran mendapatkan senjata nuklir. Namun, aksi militer itu baru akan dilakukan jika semua upaya lainnya gagal.

Hal itu diungkapkan Biden ketika ditanya dalam sebuah wawancara dengan Channel 12 News Israel apakah dia akan menggunakan militer untuk menghentikan Iran menjadi kekuatan nuklir. "Jika itu pilihan terakhir, ya," jawab Biden seperti dikutip dari Washington Examiner, Kamis (14/7/2022).

Biden mendarat di Israel sehari sebelumnya sebagai bagian dari perjalanan pertamanya ke Timur Tengah sejak ia menjabat dan di tengah upaya pemerintahannya untuk bergabung kembali dengan kesepakatan nuklir Iran, di mana pemerintahan Trump menarik diri pada 2018.

Menurut seorang pejabat pemerintah, ada kesepakatan di atas meja yang belum diterima Iran. "Namun, saya ingin menambahkan, bahwa kami terus ingin melihat kesepakatan nuklir yang menghilangkan ambisi nuklir Iran, setidaknya ambisi senjata nuklir, dari meja," kata John Kirby, koordinator Dewan Keamanan Nasional, dalam wawancara dengan CNN.

Menurut Kirby, satu poin utama tentang kemungkinan kesepakatan adalah penunjukan AS atas Korps Garda Revolusi Iran sebagai organisasi teroris. Ada laporan bahwa pemerintah AS tengah mempertimbangkan untuk menghapus penunjukan itu sebagai imbalan untuk memasuki kembali kesepakatan. Namun, Biden menegaskan dalam wawancara bahwa hal itu tidak akan terjadi.

Iran dan kekuatan dunia pada 2015 telah menyetujui kesepakatan nuklir, yang membuat Teheran secara drastis membatasi pengayaan uraniumnya dengan imbalan pencabutan sanksi ekonomi. Namun pada tahun 2018, Presiden AS saat itu Donald Trump secara sepihak menarik Amerika dari perjanjian itu, meningkatkan ketegangan di Timur Tengah yang lebih luas dan memicu serangkaian serangan dan insiden.

Pembicaraan di Wina tentang menghidupkan kembali kesepakatan telah "berhenti" sejak Maret lalu. Sejak kesepakatan itu gagal, Iran telah menjalankan sentrifugal canggih dan persediaan uranium yang diperkaya dengan cepat.

Keluarkan Pernyataan Bersama, AS-Israel Kompak Hadang Nuklir Iran

Keluarkan Pernyataan Bersama, AS-Israel Kompak Hadang Nuklir Iran

Para pemimpin Amerika Serikat (AS) dan Israel berjanji untuk menolak persenjataan nuklir Iran, termasuk kemungkinan menggunakan "semua elemen kekuatan nasional" yang tersedia untuk Washington.

Dalam sebuah pernyataan bersama yang ditandatangani di Yerusalem oleh Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri Israel Yair Lapid, juga menegaskan kembali dukungan AS untuk keunggulan militer Israel di kawasan Timur Tengah, termasuk dengan hibah pertahanan di masa depan.

Sebelum para pemimpin memulai pertemuan tertutup dalam perjalanan pertama Biden ke Timur Tengah sebagai presiden, seorang pejabat AS mengatakan kepada wartawan bahwa deklarasi yang disepakati menandai janji "signifikan" pada keamanan bersama.

"Ini termasuk komitmen untuk tidak pernah mengizinkan Iran memperoleh senjata nuklir dan untuk mengatasi aktivitas destabilisasi Iran, terutama ancaman terhadap Israel," kata seorang pejabat pemerintahan Biden, yang meminta namanya tidak disebutkan seperti dikutip dari Al Araby, Jumat (15/7/2022).

Biden, yang mendarat di Israel pada hari Rabu, akan mengadakan pembicaraan bilateral dengan para pemimpin Israel dan Palestina sebelum terbang ke Arab Saudi. Lapid, pemimpin sementara Israel menjelang pemilihan umum pada akhir tahun ini, mengatakan mereka membahas "ancaman Iran". "Tidak akan ada nuklir Iran. Ini bukan hanya ancaman bagi Israel, tetapi bagi dunia," katanya.

Menurut pejabat AS, deklarasi keamanan itu akan menegaskan kembali ikatan yang tidak dapat dipatahkan antara kedua negara dan memperluas hubungan keamanan jangka panjang antara Amerika Serikat dan Israel. Seorang pejabat Israel, yang juga berbicara dengan syarat anonim, mengatakan dokumen itu akan menjadi saksi hidup tentang kualitas unik, kesehatan, ruang lingkup, kedalaman dan keintiman hubungan AS-Israel.

Israel dengan tegas menentang kesepakatan nuklir yang ditandatangani Iran dengan kekuatan dunia pada tahun 2015. Biden sendiri mencoba untuk menghidupkan kembali kesepakatan itu setelah pendahulunya, Donald Trump, menarik diri dari perjanjian itu. Biden mengatakan menarik diri dari perjanjian penting itu adalah "kesalahan besar".

"Iran lebih dekat dengan senjata nuklir sekarang daripada sebelumnya," kata Biden dalam sebuah wawancara yang disiarkan Rabu oleh stasiun televisi Israel Channel 12.

Biden bahkan mengisyaratkan bahwa Amerika siap menggunakan kekuatan militer untuk mencegah Iran memperoleh senjata nuklir. "Jika itu adalah upaya terakhir, ya," kata Biden dalam sebuah wawancara dengan media Israel.

Iran Janjikan Respons Keras Jika AS dan Israel Salah Langkah

Iran Janjikan Respons Keras Jika AS dan Israel Salah Langkah

Menghadapi kolaborasi Amerika Serikat (AS)-Irael yang berupaya menjegal program nuklirnya, Presiden Iran Ebrahim Raisi memberi respons keras. Teheran berjanji akan membuat AS dan Israel menyesal jika melakukan "kesalahan" dalam bertindak terhadap Iran.

Pernyataan itu dilontarkan Raisi setelah Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri Israel Yair Lapid menandatangani kesepakatan menolak senjata nuklir Iran. Lapid memperingatkan bahwa "kata-kata" dan "diplomasi" tidak cukup untuk menggagalkan ambisi nuklir Iran.

Kantor berita Iran, IRNA, menyatakan bahwa Presiden Raisi menuding AS dan sekutu regionalnya telah memicu ketidakstabilan di kawasan Timur Tengah.

“Negara besar Iran tidak akan menerima ketidakamanan atau krisis di kawasan itu dan Washington dan sekutunya harus tahu bahwa kesalahan apa pun akan mendapat tanggapan keras dari Iran dan membuat mereka menyesal,” kata Raisi dalam pidatonya, menurut Reuters yang dikutip Al Jazeera, Jumat (15/7/2022).

Kesepakatan yang ditandatangani mengikat Amerika Serikat untuk tidak pernah mengizinkan Iran memperoleh senjata nuklir, dan menyatakan bahwa Negara Adi Daya itu siap menggunakan semua elemen kekuatan nasionalnya untuk memastikan hal itu. Washington dan Israel telah lama menyatakan keprihatinan tentang kemampuan nuklir Iran.

Iran bersikeras bahwa mereka tidak pernah memiliki ambisi untuk membuat bom nuklir. Israel, yang memiliki satu-satunya senjata nuklir di Timur Tengah tetapi tidak diumumkan, sangat menentang kesepakatan apa pun dengan Iran mengenai program nuklirnya, yang menurut Teheran adalah untuk tujuan damai.

Militer Iran pun mengeluarkan peringatan kepada AS dan Israel agar tidak mengancam Iran dengan kekuatan. “Amerika dan Zionis (Israel) tahu betul harga untuk menggunakan kata ‘kekuatan melawan Iran,” ucap Brigjen Jenderal Abolfazl Shekarchi, juru bicara Angkatan Bersenjata Iran, seperti dikutip dari Reuters.

Shekarchi menambahkan sindiran, bahwa Biden pasti mengantuk ketika dia mengancam Iran. Ia menambahkan, “Awasi celana tentara Anda – yang mungkin akan menjadi basah di Teluk Arab!”

Iran sendiri telah berulang kali membantah tengah mengembangkan senjata nuklir. Negeri Mullah itu menyatakan bahwa program nuklirnya semata-mata untuk tujuan damai.

Teheran mencapai kesepakatan dengan enam kekuatan utama dunia pada tahun 2015. Kesepakatan itu membatasi program pengayaan uranium Iran untuk mempersulit pengembangan senjata nuklir dengan imbalan bantuan dari sanksi internasional.

Namun kemudian Presiden AS Donald Trump mengingkari kesepakatan itu pada 2018 dan menerapkan kembali sanksi keras terhadap Iran. Hal itu mendorong Teheran mengabaikan perjanjian tersebut sekitar setahun kemudian. Upaya diplomatik untuk menghidupkan kembali kesepakatan itu sejauh ini telah gagal.

Iran Akui Bisa Bikin Bom Nuklir, Israel Siap Perang

Iran Akui Bisa Bikin Bom Nuklir, Israel Siap Perang

Iran secara blak-blakan menyatakan secara teknis sudah mampu memproduksi bom nuklir. Satu-satunya yang menghalangi Negeri Mullah itu memproduksi bom nuklir adalag tidak adanya keputusan politik untuk melakukan hal tersebut.

Hal itu disampaikan penasihat senior Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, Kamal Kharrazi. “Dalam beberapa hari kami dapat memperkaya uranium hingga 60% dan kami dapat dengan mudah menghasilkan 90% uranium yang diperkaya,” kata Kharrazi kepada Al Jazeera, yang dilansir Senin (18/7/2022). "Iran memiliki sarana teknis untuk memproduksi bom nuklir tetapi belum ada keputusan dari Iran untuk membuatnya."

Pengakuan ini muncul tak lama setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden berjanji akan melakukan segalanya untuk mencegah Teheran mendapatkan persenjataan nuklir. Janji itu dibuat selama kunjungan Biden ke Israel awal pekan lalu, ketika presiden AS dan Perdana Menteri Israel Yair Lapid menandatangani deklarasi bersama tentang kemitraan strategis yang berkelanjutan antara kedua negara.

Isi deklarasi itu antara lain menegaskan bahwa Washington tidak akan pernah mengizinkan Iran memperoleh senjata nuklir, serta membenarkannya untuk menggunakan semua elemen kekuatan nasional untuk memastikan hal tersebut. Iran telah lama mempertahankan kebijakannya yang tidak pernah berusaha untuk mengembangkan persenjataan nuklir. Namun, negara itu telah meningkatkan kegiatan nuklirnya selama beberapa tahun terakhir.

Ekspansi program nuklir secara bertahap mengikuti langkah tahun 2018 oleh Presiden AS saat itu, Donald Trump, yang secara sepihak menarik diri dari kesepakatan nuklir 2015 dengan Iran. Sejak itu, perjanjian penting, yang secara resmi dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA), secara efektif berantakan, di mana Washington memberlakukan kembali sanksi lama dan menjatuhkan saksi baru terhadap Teheran.

Iran, pada gilirannya, secara bertahap menangguhkan kewajibannya berdasarkan JCPOA, memasang peralatan pengaya uranium baru dan meningkatkan output bahan radioaktif. Upaya untuk menghidupkan kembali kesepakatan sejauh ini tidak membuahkan hasil, di mana AS dan Iran berulang kali saling menyalahkan karena kurangnya kemajuan.

Menanggapi pernyataan Iran tersebut, Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kohavi mengatakan bahwa militer Israel sedang mempersiapkan diri untuk kemungkinan diperintahkan berperang melawan Iran.

"Mempersiapkan front dalam negeri untuk perang adalah tugas yang harus dipercepat di tahun-tahun mendatang, terutama mengingat kemungkinan bahwa kita akan diminta untuk bertindak melawan ancaman nuklir," katanya, Minggu malam saat pergantian komando Homefront Command, seperti dikutip Jerusalem Post, Senin (18/7/2022).

Dia menegaskan, IDF terus mempersiapkan dengan penuh semangat untuk serangan terhadap Iran dan mempersiapkan setiap perkembangan dan skenario apapun. Dia menambahkan, mempersiapkan opsi militer terhadap program nuklir Iran adalah kewajiban moral dan ketertiban keamanan nasional.

Menurut Kohavi, rencana aksi militer terhadap program nuklir Iran menjadi pusat persiapan di IDF dan mencakup berbagai rencana operasional, alokasi banyak sumber daya, perolehan senjata yang sesuai, intelijen dan pelatihan.
(fjo)