Tragedi Penembakan Massal Warnai Perayaan Hari Kemerdekaan AS
Penembakan massal kembali terjadi Amerika Serikat (AS). Tak tanggung-tanggung, penembakan itu terjadi pada pawai Hari Kemerdekaan AS di Highland Park, Chicago, Illinois, menewaskan 6 orang dan melukai 26 lainnya.
Kejadian mengenaskan itu menjadi kado tragis pada perayaan Hari Kemerdekaan Amerika, 4 Juli 2022. Tragedi tersebut juga tercatat sebagai penembakan massal ke-317 yang terjadi di negara tersebut sepanjang 2022.
Masyarakat Amerika yang marah, patah hati, dan muak berduka atas nyawa yang hilang setelah sniper Robert "Bobby" E Crimo III (22) menembaki para penonton pawai dari atap gedung.
Kira-kira pada Senin pukul 10.00 pagi waktu setempat, serangkaian tembakan terdengar selama pawai di pinggiran kota Chicago yang makmur. Crimo sempat terlihat bertenggger di atap memegang senapan berkekuatan tinggi setelah membantai 6 orang. Crimo sempat buron beberapa jam setelah beraksi, namun pada akhirnya ditangkap polisi.
Berbicara kepada Associated Press setelah serangan itu, pria lokal dan peserta pawai, Ron Tuazon, berbagi penilaian suram tentang penembakan massal itu. "Itu lumrah sekarang," katanya. “Kami tidak berkedip lagi. Sampai undang-undang berubah, itu akan menjadi lebih sama.”
Gubernur Illinois, J.B. Pritzker mengeluarkan pernyataan yang lebih panjang, mencela dan mengungkapkan kemarahan atas serangan itu. "Tidak ada kata-kata untuk jenis monster yang menunggu dan menembaki kerumunan keluarga dengan anak-anak yang merayakan liburan bersama komunitas mereka," katanya.
"Tidak ada kata-kata untuk jenis kejahatan yang merampas tetangga kita dari harapan, impian, masa depan mereka," ujarnya, yang dilansir Selasa (5/7/2022).
Anggota Kongres Illinois Brad Schneider, menggemakan sentimen Gubernur Pritzker, menambahkan bahwa "cukup sudah" dalam hal undang-undang senjata.
Menurut Gun Violence Archive (Arsip Kekerasan Senjata), serangan di Highland Park adalah penembakan massal ke-317 di AS. Itu juga merupakan pembunuhan massal ke-15 di AS, di mana tiga orang atau lebih terbunuh pada satu waktu di satu lokasi.
Serangan itu hanya terjadi enam minggu setelah seorang pria berusia 19 tahun merenggut nyawa 19 anak dan dua guru di sebuah sekolah dasar di Uvalde Texas. Serangan itu juga hanya berselang 10 hari ketika seorang supremasi kulit putih bersenjata memasuki supermarket di lingkungan yang didominasi warga kulit hitam di Buffalo, New York, menewaskan 13 orang.
Setelah serangan di Highland Park, Presiden AS Joe Biden berkomitmen kembali pada rencananya untuk menerapkan undang-undang reformasi senjata bipartisan, mengungkapkan keterkejutan pada kekerasan senjata yang tidak masuk akal. "Yang sekali lagi membawa kesedihan bagi komunitas Amerika," katanya.
Berbagi kesedihan dan kemarahan, mantan pejabat Gedung Putih di bawah pemerintahan Barack Obama, David Axelrod, memberikan kecaman serius atas tragedi mengerikan itu. "Seorang teman membawa anak-anaknya ke Pawai 4 Juli di Highland Park hari ini. Putranya memiliki kebutuhan khusus," tulisnya di Twitter dalam sebuah posting yang telah dibagikan lebih dari 11.000 kali.
"Ketika tembakan terdengar, mereka berlari menyelamatkan diri, sang ayah mendorong kursi roda putranya yang sudah dewasa–yang pada satu titik jatuh," lanjut dia. "Pada hari jadi Amerika, apa yang telah berlangsung menjadi cerita Amerika yang memuakkan."