Pertamax Banderol Baru, Giliran Pertalite yang Diburu
Mohammad Faizal
Rabu, 06 April 2022, 11:24 WIB
Tak kuat menanggung beban, Pertamina Patra Niaga akhirnya diizinkan menaikkan harga Pertamax. Namun, pasca kenaikan muncul persoalan baru yang mengancam APBN.
Harga Pertamax Naik, Pertamina Untung APBN Buntung?
PT Pertamina Patra Niaga di awal bulan ini resmi menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) non subsidi Pertamax menjadi Rp12.500 per liter. Kenaikan harga ini disebut tak terelakkan seiring melambungnya harga minyak dunia akibat kondisi geopolitik dan ekonomi global.
Meski telah dinaikkan, sejatinya Pertamina belum meraup untung dari Pertamax. Pasalnya, harga keekonomian BBM non subsidi dengan nilai oktan (RON) 92 ini diperkirakan mencapai Rp16.000 per liter. Artinya, Pertamina masih "nombok" Rp3.500 untuk stiap liter penjualan Pertamax.
Karena itu, menurut Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan, kenaikan harga Pertamax hanya menekan beban kerugian yang selama ini ditanggung perseroan. Menurut Mamit, jika tidak dinaikkan, keuangan Pertamina akan berdarah-darah. Apalagi, harga minyak dunia masih bergejolak.
"Karena memang Pertamina masih rugi ya, dengan (harga) jual Pertamax ini. Tapi (kerugiannya) tidak sebesar jika tidak ada kenaikan," ujar Mamit kepada MNC Portal Indonesia, belum lama ini.
Di sisi lain, Pemerintah menetapkan Pertalite RON 90 menjadi BBM penugasan khusus (JBKP). Dengan begitu, beban Pertamina akan semakin ringan karena Pertalite selanjutnya disubsidi oleh Pemerintah. Untuk diketahui, harga keekonomian Pertalite diperkirakan di atas Rp11.000 per liter, jauh di atas harga jualnya sebesar Rp7.650 per liter.
Namun, ketika keuangan Pertamina sedikit leluasa dengan naiknya harga Pertamax dan disubsidinya Pertalite, APBN kini menjadi bantalan. Artinya, selisih kekurangan harga Pertalite ke depan akan ditanggung oleh APBN. Semakin banyak Pertalite dikonsumsi, semakin besar pula beban yang harus ditanggung APBN.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan, kuota Pertalite untuk tahun ini dipatok sebesar 23,05 juta kiloliter (KL). Namun, ada kekhawatiran jumlah itu akan terlampaui. Sebab, dikhawatirkan ada migrasi dari pengguna Pertamax ke Pertalite seiring kenaikan harga jual BBM dengan angka oktan 92 tersebut.
Menghadang Migrasi Pengguna Pertamax ke Pertalite
Harga bahan bakar minyak (BBM) non subsidi Pertamax RON 92 resmi naik menjadi Rp12.500 per liter awal bulan ini. Seiring dengan itu, muncul kekhawatiran timbulnya migrasi dari pengguna Pertamax ke Pertalite RON 90 yang lebih murah karena disubsidi.
Sejatinya, kedua jenis BBM tersebut memiliki kualitas berbeda. Dengan nilai oktan yang lebih tinggi, Pertamax jelas lebih berkualitas dan karenanya dijadikan BBM acuan untuk kendaraan keluaran terkini.
Karena itu, Pjs Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Irto Ginting mengatakan, pihaknya akan memperbanyak edukasi dan sosialisasi penggunaan BBM non subsidi. Dengan demikian, diharapkan masyarakat memahami penggunaan BBM yang sesuai dengan kebutuhan kendaraannya.
"Kami mengimbau agar pengguna Pertamax tetap menggunakan BBM non subsidi ," ujar Irto kepada MNC Portal Indonesia, belum lama ini.
Kendati demikian, potensi terjadinya pergeseran atau migrasi tetap ada. Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan memproyeksi, akan ada migrasi dari pengguna Pertamax ke Pertalite sebesar 20-25%. Namun, dia meyakini hal itu hanya akan terjadi di awal kenaikan harga saja. "Setelah itu akan ada perubahan kembali pola konsumsi dengan kembali menggunakan Pertamax," ujar Mamit.
Terkait dengan fenomena mengularnya antrean di SPBU jelang penerapan kenaikan harga Kamis (31/3) malam, Mamit menilai hal itu merupakan sesuatu yang wajar. "Siapapun kalau ada sesuatu yang mau naik harganya, besoknya pasti ada demand yang lebih besar," ungkap Mamit.
Untuk diketahui, konsumsi Pertalite saat ini sekitar 76% dari total konsumsi BBM nasional. Sementara, konsumsi Pertamax mencapai sekitar 14% dari konsumsi nasional.
Mengutip laman Ditjen Migas Kementerian ESDM, per 30 Maret 2022, saat ini stok Pertalite RON 90 mencapai 1,157 juta kiloliter (KL). Stok ini cukup untuk 15,7 hari. Sedangkan stok Pertamax alias BBM RON 92 mencapai 927.137 KL, atau cukup untuk 25,9 hari.
Usai Harga Pertamax Melompat, Pertalite Sulit Didapat
Pasca naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertamax RON 92, BBM bersubsidi Pertalite RON 90 belakangan sulit ditemui di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di berbagai wilayah.
Berdasarkan penelusuran MNC Portal Indonesia, Pertalite sempat sulit didapat di beberapa SPBU yang terletak di kawasan Jakarta Timur. Di sejumlah SPBU, stok Pertalite bahkan kosong. Petugas yang berjaga memberikan keterangan bahwa pengiriman belum datang untuk saat ini.
Misalnya seperti di SPBU Asrama Haji, Lubang Buaya, Jakarta Timur, yang menurut salah satu petugas yang berjaga stok Pertalite sudah sejak pagi kosong. "Pertalitenya habis, dari tadi pagi habisnya," ujar salah satu petugas SPBU di Lubang Buaya, Jakarta Timur saat menjawab pertanyaan MNC Portal, Selasa (5/4/2022).
Hal tersebut pun dibenarkan oleh salah satu pengemudi ojek online, Anwar seusai mengisi bahan bakar jenis Pertamax untuk kendaraannya. Anwar yang kesehariannya mengantar penumpang mengaku kerap kali kesulitan mendapatkan Pertalite saat melakukan pengisian bahan bakar di banyak SPBU.
Menurutnya tidak hanya di SPBU Asrama Haji, tapi beberapa pom bensin yang ditemuinya juga kadang sudah tidak menjual Pertalite dikarenakan stoknya habis. "Hari ini belum dapat bensin Pertalite, 2 POM bensin lewat, tidak ada dua-duanya," ucap Anwar.
Anwar selaku pengendara ojek online merasa berat jika harus terus menerus menggunakan Pertamax. Untuk sementara ini Anwar memanfaatkan penjualan bensin Pertalite eceran yang masih ada di warung. "Paling ke Madura (warung) lah, beli bensin eceran," katanya.
SPBU selanjutnya yang ditelusuri MPI di Kelurahan Pinang Ranti, Jakarta Timur, juga menunjukkan fenomena serupa. Bahkan, di pintu masuk SPBU sudah dipasang satu buah plang bertuliskan "Pertalite Habis".
Salah satu petugas di SPBU tersebut mengatakan, sejak pagi stok Pertalite kosong. Menurutnya sejak harga Pertamax naik, saat ini masyarakat banyak yang beralih menggunakan pertalite. Di samping itu, kata petugas SPBU yang enggan disebutkan namanya itu, saat ini pengiriman Pertalite lebih sedikit jika dibanding dengan sebelumnya.
Kalau pun jumlah Pertalite yang datang sama, kata dia, serapan yang lebih besar membuat bahan bakar bersubsidi itu lebih cepat habis. "(Sekarang) beda, lebih cepet habis, apalagi banyak yang beli," jelasnya.
Menanggapi fenomena tersebut, Pjs. Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga Irto Ginting menegaskan bahwa stok Pertalite saat ini dalam kondisi aman. "Stok Pertalite sangat mencukupi. Dan untuk harga juga tetap sesuai yang ditetapkan pemerintah," ujar Irto kepada MNC Portal Indonesia, Minggu (3/4/2022).
Irto juga meminta masyarakat untuk tidak khawatir karena Pertamina melakukan berbagai langkah untuk memastikan Pertalite dalam kondisi yang aman, seperti melakukan build up stok di SPBU milik perseroan. Beberapa terminal BBM Pertamina diaktifkan hingga dinihari bahkan beroperasi 24 jam untuk memastikan ketersediaan BBM.
"Masyarakat tidak perlu khawatir. Kami siapkan stok cukup di SPBU," tandasnya. Menurut data Kementerian ESDM per 30 Maret, stok Pertalite berada di angka 1.157.229 kiloliter (KL) atau cukup untuk 15,7 hari.
Erick Thohir Ketuk Hati Orang Kaya Agar Tak Migrasi ke Pertalite
Potensi migrasi pengguna bahan bakar minyak (BBM) non subsidi Pertamax RON 92 ke Pertalite RON 90 yang disubsidi menjadi perhatian pemerintah. Wajar, jika tak dimitigasi, konsumsi Pertalite yang disubsidi akan membengkak dan membebani APBN.
Karena itu, Menteri BUMN Erick Thohir mengimbau masyarakat mampu untuk tidak beralih ke Pertalite. Imbauan Erick tersebut juga dalam rangka merespons kelangkaan Pertalite di sejumlah daerah.
"Kita ketuk hati orang kaya. Ayo berpartisipasi bagaimana kita bisa membantu bagi yang memang harus menukar subsidi," kata Erick Thohir, Senin (4/4/2022).
Meski begitu, Erick meminta masyarakat tidak khawatir. Dia memastikan stok Pertalite dalam kondisi aman. "Kalau bicara soal kebutuhan BBM pemerintah sudah bilang sumbernya cukup, tidak perlu ribut-ribut," tegasnya.
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), kuota BBM jenis penugasan Pertalite tahun ini ditetapkan sebesar 23,05 juta kiloliter (KL). Namun, realisasi penyaluran sampai Februari 2022 tercatat sebesar 4,258 juta KL, atau telah melebih kuota yang ditetapkan BPH Migas.
Di bagian lain, Pertamina membantah Pertalite mengalami kelangkaan di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) akibat pemangkasan stok. Pertamina Patra Niaga memastikan, berdasarkan pantauan lewat sistem stok Pertalite aman tidak ada masalah.
"Nggak ada, makanya kalau ada info SPBU mana, bisa kita cek di sistem," ungkap Pjs Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga Irto Ginting kepada MPI.