Serang Ukraina, Rusia Panen Sanksi dari AS dan Sekutunya
Segera setelah Rusia memulai operasi militernya di Ukraina, Amerika Serikat (AS) resmi menjatuhkan sanksinya. Langkah itu lantas diikuti sekutu-sekutunya yang menghujani beragam sanksi ke Rusia.
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov menjadi target pertama sanksi Amerika. Tindakan itu juga diikuti Uni Eropa (UE) dan Inggris.
"Presiden Putin dan Menteri Lavrov secara langsung bertanggung jawab atas invasi Rusia yang tidak beralasan dan melanggar hukum lebih lanjut ke Ukraina, negara berdaulat yang demokratis," kata Departemen Keuangan AS dalam sebuah pernyataan hari Jumat waktu Washington atau Sabtu (26/2/2022) WIB.
Pejabat Rusia lainnya yang juga jadi target sanksi Washington adalah Menteri Pertahanan Sergei Shoigu dan Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Rusia Valery Gerasimov.
Sebelas anggota Dewan Keamanan Rusia, termasuk Direktur Badan Intelijen Asing Sergei Naryshkin dan Sekretaris Dewan Keamanan Federasi Rusia Nikolai Patrushev tak luput dari bidikan sanksi Amerika.
Sanksi tersebut mencakup pembekuan aset yang berbasis di AS dari para individu yang menjadi target. Warga negara Amerika juga dilarang melakukan semua transaksi yang melibatkan properti atau kepentingan apa pun dari individu yang masuk daftar sanksi tersebut.
Uni Eropa juga secara resmi menjatuhkan sanksi kepada Putin dan Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov. UE menuduh keduanya melanggar kedaulatan Ukraina. Sanksi Uni Eropa biasanya berupa pembekuan aset dan pembatasan perjalanan.
Uni Eropa yang terdiri dari 27 negara juga memasukkan Perdana Menteri Rusia Mikhail Mishustin, Wakil Ketua Dewan Keamanan Dmitry Medvedev, dan Menteri Dalam Negeri Vladimir Kolokoltsev ke daftar hitam sanksi.
"Presiden Putin dan Menteri Luar Negeri Lavrov ada dalam daftar orang yang terkena sanksi bersama dengan sisa anggota Duma (Parlemen Rusia) yang mendukung agresi ini," kata Kepala Kebijakan Uni Eropa Josep Borrell.
Sementara, Inggris melalui Perdana Menteri Boris Johnson juga mengumumkan sanksi untuk Putin dan Menlu Rusia Sergey Lavrov pada hari Jumat, sambil mendesak sekutu untuk memutuskan Moskow dari jaringan pembayaran internasional SWIFT untuk menimbulkan efek maksimum pada Presiden Putin.
Melanjutkan sanksi terhadap individu-individu tersebut, Amerika, Uni Eropa, Inggris dan sejumlah negara menambah derita Rusia dengan sanksi yang menyasar ekonomi negara tersebut.
AS misalnya, menetapkan setiap lembaga di sektor jasa keuangan Rusia sebagai target sanksi. Washington memberikan sanksi kepada dua bank milik negara Rusia, yakni Bank pembangunan negara Vnesheconombank (VEB) dan Perusahaan Saham Gabungan Publik Promsvyazbank (PSB). Terakhir, Negeri Paman Sam mengharamkan membeli minyak asal Rusia.
Uni Eropa juga membatasi akses Moskow ke pasar modal dan keuangan negara-negara Eropa. Sanksi tersebut juga diikuti pembekuan aset dan memblokir akses perbankan Rusia yang berada di Eropa. Targetnya 70% pasar perbankan dan perusahaan milik Rusia akan ditutup di Eropa.
Di Inggris, semua bank besar Rusia dibekukan dan dikeluarkan dari sistem keuangan negara tersebut. Tujuannya, Rusia tak bisa mengakses Poundssterling dan melakukan pembayaran melalui Inggris.
Negara lainnya, seperti Jepang, juga ikut-ikutan menekan Rusia dengan pemberian sanksi berupa larangan penerbitan obligasi Rusia di Jepang dan membekukan aset individu Rusia tertentu serta membatasi perjalanan ke Negeri Matahari Terbit itu.