Link Copied
Peristiwa Agung Isra Miraj Nabi Muhammad SAW

Peristiwa Agung Isra Miraj Nabi Muhammad SAW

By Andryanto Wisnuwidodo
Peristiwa Agung Isra Miraj Nabi Muhammad SAW diperjalankan saat malam yang diabadikan dalam Al-Qur'an sebagai tanda-tanda kebesaran Allah SWT. Ini penjelasannya

Peristiwa Isra Miraj Alasan Nabi Muhammad SAW Diperjalankan Malam

Peristiwa Isra Miraj Alasan Nabi Muhammad SAW Diperjalankan Malam


Sudah menjadi tradisi setiap tanggal 27 Rajab umat Islam memperingati Isra Miraj Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam (SAW). Peristiwa agung ini diabadikan dalam Al-Qur'an sebagai tanda-tanda kebesaran Allah.

Rasulullah SAW diperjalankan pada malam hari ternyata punya alasan sendiri. Di saat Rasulullah mengalami kesulitan menghadapi orang-orang kafir Makkah yang menolak dakwah beliau, Allah menyenangkan hati Nabi dengan memperjalankannya dari Masjid Al-Haram Makkah ke Masjidil Aqsha Palestina. Berikut firman-Nya dalam Al-Qur'an:

سُبۡحٰنَ الَّذِىۡۤ اَسۡرٰى بِعَبۡدِهٖ لَيۡلًا مِّنَ الۡمَسۡجِدِ الۡحَـرَامِ اِلَى الۡمَسۡجِدِ الۡاَقۡصَا الَّذِىۡ بٰرَكۡنَا حَوۡلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنۡ اٰيٰتِنَا‌ ؕ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيۡعُ الۡبَصِيۡرُ


Artinya: "Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat." (QS. Al-Isra Ayat 1)

Ayat ini menyebutkan terjadinya peristiwa Isra' yaitu perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa pada waktu malam. Sedangkan peristiwa Mi'raj yaitu naiknya Nabi Muhammad dari Masjidil Aqsa ke Sidratul Muntaha (Mustawa) tidak diisyaratkan oleh ayat ini, tetapi diisyaratkan dalam Surat An-Najm.

Allah mengawali firman-Nya dalam ayat ini dengan "Subhana" dan di beberapa ayat yang lain, sebagai pertanda bahwa ayat itu mengandung peristiwa luar biasa yang hanya terlaksana karena iradah dan kekuasaan-Nya. Dari kata Asra dapat dipahami bahwa Isra Nabi Muhammad terjadi pada waktu malam. Karena kata Asra dalam bahasa Arab berarti perjalanan di malam hari.

Penyebutan Lailan dengan bentuk Isim Nakirah, yang berarti "malam hari" adalah untuk menggambarkan bahwa kejadian Isra itu mengambil waktu malam yang singkat dan juga untuk menguatkan pengertian bahwa Isra itu benar-benar terjadi di malam hari.

Allah SWT meng-isra'-kan hamba-Nya di malam hari, karena waktu itulah yang paling utama bagi para hamba untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dan waktu paling baik untuk beribadah kepada-Nya. Perkataan 'Abdihi (hamba-Nya) dalam ayat ini maksudnya ialah Nabi Muhammad yang terpilih sebagai Nabi terakhir. Beliau mendapat perintah untuk melakukan perjalanan malam, sebagai penghormatan kepadanya.

Dalam ayat ini tidak diterangkan waktunya secara pasti, baik waktu keberangkatan maupun kepulangan Beliau kembali ke tempat tinggalnya di Makkah. Hanya saja yang diterangkan bahwa Isra' Nabi dimulai dari Masjidil Haram, yaitu masjid yang terkenal karena Kabah (Baitullah) terletak di dalamnya, menuju Masjidil Aqsa yang berada di Baitul Makdis.

Masjid itu disebut Masjidil Aqsa yang berarti "terjauh", karena letaknya jauh dari Kota Mekah yaitu di Palestina. Allah menyebutkan alasan mengapa Nabi Muhammad diperjalankan pada malam hari, yaitu untuk memperlihatkan kepada Nabi tanda-tanda kebesaran-Nya. Tanda-tanda itu disaksikan oleh Nabi dalam perjalanannya dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, berupa pengalaman-pengalaman berharga. Betapa luasnya jagat raya dan agungnya Allah Maha Pencipta.

Pengalaman baru yang disaksikan Nabi Muhammad berguna untuk memantapkan hati beliau menghadapi berbagai macam rintangan dari kaumnya. Dalam ayat ini Allah hanya menyebutkan peristiwa Isra saja. Sedangkan peristiwa Miraj yaitu naiknya Nabi Muhammad dari Masjidil Aqsa ke Sidratul Muntaha (Mustawa) tidak diisyaratkan oleh ayat ini, tetapi diisyaratkan dalam Surah an-Najm. Hampir seluruh ahli tafsir berpendapat bahwa peristiwa Isra terjadi setelah Nabi Muhammad diutus menjadi Rasul.

Peristiwanya terjadi satu tahun sebelum Hijrah. Demikian menurut Imam az-Zuhri, Ibnu Sa'ad, dan lain-lainnya. Imam Nawawi pun memastikan demikian. Bahkan menurut Ibnu Hazm, peristiwa Isra itu terjadi di bulan Rajab Tahun ke-12 setelah pengangkatan Beliau menjadi Nabi. Sedangkan Al-Hafizh 'Abdul Gani al-Maqdisi memilih pendapat mengatakan bahwa Isra' dan Mi'raj tersebut terjadi pada 27 Rajab, dengan alasan pada waktu itulah masyarakat melaksanakannya.

Referensi: Tafsir Kemena

Kapan Peristiwa Isra dan Mikraj? Urutannya Sesuai Hadits Nabi SAW

Kapan Peristiwa Isra dan Mikraj? Urutannya Sesuai Hadits Nabi SAW


Kapan sejatinya peristiwa Isra Mikraj terjadi tidak diketahui secara pasti. Syekh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri menyebutkan 6 pendapat tentang waktu kejadian tersebut. Tetapi tidak ada satupun yang pasti. Isra Mikraj terjadi pada periode akhir kenabian di Mekkah sebelum Rasulullah SAW hijrah ke Madinah.

Menurut al-Maududi dalam bukunya "Quranic Suras Information" dan mayoritas ulama, Isra Mikraj terjadi pada tahun pertama sebelum hijrah, yaitu antara tahun 620-621 M. Menurut al-Manshurfuri, Isra Mikraj terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian, dan inilah yang populer. Hanya saja, beliau menolak pendapat tersebut dengan alasan karena Khadijah radhiyallahu anha wafat pada bulan Ramadhan tahun ke-10 kenabian, yaitu 2 bulan setelah bulan Rajab, dan saat itu belum ada kewajiban sholat lima waktu.Terlepas dari itu, sebagian besar umat Islam mengimani bahwa Rasulullah SAW telah diisrakan oleh Allah dari Mekkah ke Baitul Maqdis lalu dimikrajkan (naik) ke langit dengan ruh dan jasadnya dalam keadaan sadar sampai ke langit yang ke tujuh, ke Sidratul Muntaha. Kemudian (beliau) memasuki surga, melihat neraka, melihat para Malaikat, mendengar pembicaraan Allah, bertemu dengan para Nabi, dan beliau mendapat perintah sholat yang lima waktu sehari semalam.

Dan beliau kembali ke Mekkah pada malam itu juga. Urutan Isra' dan Mikraj Urutan kisah Isra' dan Mikraj tertuang dalam hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dari Sahabat Anas bin Malik ra. bahwa Rasulullah SAW telah bersabda: Jibril telah datang kepadaku bersama Buraq, yaitu hewan putih yang tinggi, lebih tinggi dari keledai dan lebih pendek dari kuda, yang dapat meletakkan kakinya (melangkah) sejauh pandangannya. Maka aku menaikinya hingga sampailah aku di Baitul Maqdis, lalu aku turun dan mengikatnya dengan tali yang biasa dipakai oleh para Nabi.

Kemudian aku masuk ke masjid Al-Aqsha dan aku sholat dua rakaat di sana, lalu aku keluar. Kemudian Jibril as membawakan kepadaku satu wadah khamr dan satu gelas susu, maka aku memilih susu, lalu Jibril berkata kepadaku: "Engkau telah memilih fitrah (kesucian)."

Kemudian Buraq tersebut naik bersamaku ke langit, maka Jibril meminta agar dibukakan pintu langit, lalu ia ditanya: "Siapa engkau?" Jibril menjawab: "Jibril."

Jibril ditanya lagi: "Siapakah yang bersamamu?"

Jibril menjawab: "Muhammad." Jibril ditanya lagi: "Apakah dia telah diutus?"

Ia menjawab: "Dia telah diutus."

Kami pun dibukakan pintu lalu aku bertemu (Nabi) Adam as. Beliau menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku. Kemudian Buraq tersebut naik bersama kami ke langit kedua, maka Jibril as mohon dibukakan pintu, lalu ia ditanya: "Siapa engkau?"

Ia menjawab: "Jibril."

Ia ditanya lagi: "Siapa yang bersamamu?"

Jibril menjawab: "Muhammad."

Ia ditanya lagi: "Apakah dia telah diutus kepada-Nya?"

Jibril menjawab: "Dia telah diutus."

Maka kami dibukakan pintu lalu aku bertemu dengan dua orang sepupuku, yaitu ‘Isa bin Maryam dan Yahya bin Zakaria Alaihimussallam, maka keduanya menyambutku dan mendo’akan kebaikan untukku. Kemudian Buraq tersebut naik bersama kami ke langit ketiga, maka Jibril as minta dibukakan pintu, lalu ia ditanya: "Siapa engkau?"

Dia menjawab: "Jibril."

Dia ditanya lagi: "Siapa yang bersamamu?"

Dia menjawab: "Muhammad."

Dia ditanya lagi: "Apakah dia telah diutus kepada-Nya?"

Dia menjawab: "Dia telah diutus kepada-Nya."

Maka kami dibukakan pintu, lalu aku bertemu Nabi Yusuf as yang telah dianugerahi setengah dari ketampanan manusia sejagat. Maka Yusuf menyambutku dan mendo’akan kebaikan untukku. Kemudian Buraq tersebut naik bersama kami ke langit yang keempat, maka Jibril as minta dibukakan pintu, lalu ia ditanya: ‘Siapa engkau?’

Dia menjawab: "Jibril."

Dia ditanya lagi: "Siapa yang bersamamu?"

Dia menjawab: "Muhammad."

Dia ditanya lagi: "Apakah dia telah diutus kepada-Nya?"

Dia menjawab: "Dia telah diutus kepada-Nya."

Maka kami dibukakan pintu, lalu aku bertemu Idris as, ia menyambutku dan mendo’akan kebaikan untukku. Allah SWT telah berfirman (untuknya): "Dan kami telah mengangkatnya ke tempat yang tinggi."

Kemudian Buraq tersebut naik bersama kami ke langit yang kelima, maka Jibril as minta dibukakan pintu, lalu ia ditanya: "Siapa engkau?"

Dia menjawab: "Jibril."

Dia ditanya lagi: "Siapa yang bersamamu?"

Dia menjawab: "Muhammad."

Dia ditanya lagi: "Apakah dia telah diutus kepada-Nya?"

Dia menjawab: "Dia telah diutus kepada-Nya."

Maka kami dibukakan pintu, lalu aku bertemu dengan Nabi Harun as, ia menyambutku dan mendo’akan kebaikan untukku. Kemudian Buraq tersebut naik bersama kami ke langit yang keenam, maka Jibril as mohon dibukakan pintu, lalu ia ditanya: "Siapa engkau?"

Dia menjawab: "Jibril."

Dia ditanya lagi: "Siapa yang bersamamu?"

Dia menjawab: "Muhammad."

Dia ditanya lagi: "Apakah dia telah diutus kepada-Nya?"

Dia menjawab: "Dia telah diutus kepada-Nya." Maka kami dibukakan pintu, lalu aku bertemu dengan Musa as, lalu ia menyambutku dan mendo’akan kebaikan untukku.

Kemudian Buraq tersebut naik bersama kami ke langit yang ketujuh, maka Jibril as minta dibukakan pintu, lalu ia ditanya: "Siapa engkau?"

Dia menjawab: "Jibril."

Dia ditanya lagi: "Siapa yang bersamamu?"

Dia menjawab: "Muhammad."

Dia ditanya lagi: "Apakah dia telah diutus kepada-Nya?"

Dia menjawab: "Dia telah diutus kepada-Nya."

Maka kami dibukakan pintu, lalu aku bertemu dengan Ibrahim as, yang sedang menyandarkan punggungnya di Baitul Makmur, di mana tempat itu setiap harinya dimasuki oleh 70.000 Malaikat dan mereka tidak kembali lagi sesudahnya.

Kemudian Buraq tersebut pergi bersamaku ke Sidratul Muntaha yang (lebar) dedaunnya seperti telinga gajah dan (besar) buah-buahnya seperti tempayan besar. Tatkala perintah Allah memenuhi Sidratul Muntaha, maka Sidratul Muntaha berubah dan tidak ada seorang pun dari makhluk Allah yang bisa menjelaskan sifat-sifat Sidratul Muntaha karena keindahannya. Maka, Allah SWT memberiku wahyu dan mewajibkan kepadaku sholat lima puluh kali dalam sehari semalam.

Kemudian aku turun dan bertemu Musa as, lalu ia bertanya: "Apa yang diwajibkan Rabb-mu terhadap ummatmu?"

Aku menjawab: "Sholat lima puluh kali."

Dia berkata: "Kembalilah kepada Rabb-mu dan mintalah keringanan, karena sesungguhnya ummatmu tidak akan mampu melakukan hal itu. Sesungguhnya aku telah menguji bani Israil dan aku telah mengetahui bagaimana kenyataan mereka."

“Aku akan kembali kepada Rabb-ku.”

Lalu aku memohon: “Ya Rabb, berilah keringanan kepada ummatku.”

Maka aku diberi keringanan lima sholat. Lalu aku kembali kepada Musa askemudian aku berkata padanya: “Allah telah memberiku keringanan (dengan hanya) lima kali.”

Musa mengatakan: “Sesungguhnya ummatmu tidak akan mampu melakukan hal itu, maka kembalilah kepada Rabb-mu dan minta-lah keringanan.”

Aku terus bolak-balik antara Rabb-ku dengan Musa as sehingga Rabb-ku mengatakan:

يَا مُحَمَّدُ، إِنَّهُنَّ خَمْسُ صَلَوَاتٍ كُلَّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ، لِكُلِّ صَلاَةٍ عَشْرٌ فَذَلِكَ خَمْسُوْنَ صَلاَةً، وَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كُتِبَتْ لَهُ حَسَنَةً، فَإِنْ عَمِلَهَا كُتِبَتْ لَهُ عَشْرًا، وَمَنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا لَمْ تُكْتَبْ شَيْئًا، فَإِنْ عَمِلَهَا كُتِبَتْ سَيِّئَةً وَاحِدَةً.


‘Wahai Muhammad, sesungguhnya kewajiban sholat itu lima kali dalam sehari semalam, setiap sholat mendapat pahala sepuluh kali lipat, maka lima kali sholat sama dengan lima puluh kali sholat. Barangsiapa berniat melakukan satu kebaikan, lalu ia tidak melaksanakannya, maka dicatat untuknya satu kebaikan, dan jika ia melaksanakannya, maka dicatat untuknya sepuluh kebaikan. Barangsiapa berniat melakukan satu kejelekan namun ia tidak melaksanakannya, maka kejelekan tersebut tidak dicatat sama sekali, dan jika ia melakukannya maka hanya dicatat sebagai satu kejelekan.”

Kemudian aku turun hingga bertemu Musa as, lalu aku beritahukan kepadanya, maka ia mengatakan: "Kembalilah kepada Rabb-mu dan mintalah keringanan lagi."

Lalu aku menjawab: "Aku telah berulang kali kembali kepada Rabb-ku hingga aku merasa malu kepada-Nya." Imam Ibnul Qayyim dalam "Ijmaa’ul Juyusy al-Islaamiyyah ‘alaa Ghazwil Mu’aththilah wal Jahmiyyah" mengatakan hadits-hadits tentang mikraj Nabi SAW ke langit adalah mutawatir.

5 Amalan Sunnah di Malam Isra Mi'raj, Jangan Lupa Amalkan!

5 Amalan Sunnah di Malam Isra Mi'raj, Jangan Lupa Amalkan!


Malam 27 Rajab dalam kalender Islam adalah malam yang istimewa bagi umat muslim. Malam itu, disebut juga dengan peristiwa Isra Mi'raj , peristiwa agung, di mana pada malam tersebut Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam melewati malam dengan pengalaman spiritual yang luar biasa. Menjalani peristiwa yang di luar batas nalar akal.

Bertemu langsung dengan Allah untuk mendapatkan perintah sholat, dalam perjalanannya yang dikenal dengan nama Isra Mi'raj. Tentu sebagai muslim kita jangan melewatkan malam ini begitu saja. Perbanyak berdoa, bermunajat dan berdzikir pada Allah Ta'ala, karena banyak keutamaan dan amalan yang bisa menambah pahala di hari Isra Mi'raj ini.

Dirangkum dari berbagai sumber, berikut amalan-amalan yang bisa kita lakukan untuk menambah pahala dari amal ibadah kita di malam Isra Mir'aj nanti. Di antaranya:

1. Sholat sunah
Imam Al Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumuddin menulis, "Perlu diketahui,.. sesungguhnya terdapat malam-malam khusus yang memiliki keutamaan lebih dibandingkan malam yang lain yang dianjurkan untuk menghidupkanya. Dalam satu tahun ada 15 malam. Salah satunya adalah malam 27 Rajab, yakni malam di mana Nabi melakukan Isra' dan Mi'raj.

Diamalkan Siapa yang melakukan sholat pada malam tersebut sebanyak 12 rakaat, dan pada setiap rakaatnya membaca surat al-Fatihah dan salah satu surat dari al-Qur'an, bertasyahud dalam dua rakaat dan salam. Kemudian bisa dilanjutkan dengan membaca: Tasbih, Tahmid dan Tahlil, sebanyak 100 kali.

2. Perbanyak Istighfar

Dari kitab Risalah ‘Amaliyah disebutkan, “Barangsiapa membaca (istigfar) pada bulan Rajab, bulan Sya’ban dan bulan Ramadan dibaca pada tiap – tiap hari antara shalat Ashar dan Maghrib, maka Allah SWT mewahyukan kepada dua malaikat agar merobek buku catatan dosa dan kesalahannya semasa hidupnya.

3. Membaca doa
Setelah itu, lanjut Imam Ghazali, berdoa sesuai hajat masing-masing.

ويدعو لنفسه بما شاء من امر دنياه واخرته ويصبح صائما فإن الله يستجيب دعائه كله الا أن يدعو في معصية


Artinya: "kemudian terus berdo'a untuk dirinya apa saja yang di kehendaki mulai dari urusan dunia maupun urusan akhirat, dan pagi harinya berpuasa, maka Allah akan mengijabah doanya semuanya kecuali doa untuk maksiat (dosa)."

Sedangkan al-Arif Billah Sayyidi Imam Muhammad Bin Abdul Wahid al Nazhifiy (1270 H-1366 H) salah satu ulama kharismatik yang menjadi khalifah besar dalam Thariqah Tijani yang mendapat gelar al ‘Allamah al Auhad (orang yang memiliki banyak ilmu yang jarang sekali tandingannya) mengungkap doa khusus malam dua puluh tujuh bulan Rajab.

4. Berpuasa Sunah
Selain membaca doa, istigfar dan shalawat, amalan lain yang dapat dilakukan adalah menjalankan puasa pada tanggal 27 Rajab. Puasa Rajab ini memiliki beberapa keutamaan yakni mendapatkan pahala seperti melaksanakan puasa sebulan penuh, amalnya dicatat selama 60 bulan, dijauhkan dari pintu neraka, dan dibukakan pintu surga.

5. Berdzikir
Dalam perjalanannya ke langit ke tujuh, Nabi Muhammad SAW diajarkan berzikir oleh Nabi Ibrahim alaihisalam. Berikut bacaan zikirnya: Laa haula walaa quwwata illa billah Artinya "Tidak ada daya dalam menjauhi maksiat dan tidak ada upaya menjalankan ketaatan melainkan dengan pertolongan Allah."
Wallahu A'lam
(aww)