Anies Baswedan-Ridwan Kamil Senasib Sepenanggungan
Anies Baswedan dan Ridwan Kamil di Jakarta International Stadium (JIS). Tangkapan layar Instagram @aniesbaswedanKedekatan atau kemesraan Anies Baswedan dan Ridwan Kamil pun tak luput dari penilaian pengamat politik. Sama-sama berpeluang nyapres di Pilpres 2024, Anies-Ridwan Kamil terganjal tiket dari parpol.
“Mesra senasib dan sepenanggungan, karena kedua-duanya ingin maju nyapres. Tapi tak punya tiket, tak punya partai. Jadi keduanya memang mesti mesra dan akrab. Kelebihan keduanya memiliki elektabilitas,” kata Pengamat Politik Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komarudin kepada
SINDOnews, Kamis (17/2/2022).
Kekurangan keduanya, kata Ujang, sama-sama tidak punya partai politik. “Jika partai tak ada yang mencalonkan salah satu dari keduanya atau tak mencalonkan keduanya, ya akan ambyar cita-cita keduanya untuk nyapres. Keduanya kompak, karena belum punya masalah sebesar yang sedang dihadapi oleh Ganjar (Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, red) saat ini,” tutur Ujang.
Pakar politik dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Karim Suryadi menyebut, duet Ridwan Kamil-Anies Baswedan sebagai pasangan pemimpin paling masuk akal di Pilpres 2024. Penilaian tersebut disampaikannya menyusul hubungan keduanya yang makin akrab pascapenunjukan Jabar dan DKI Jakarta sebagai Co-Chairs Indonesia pada Outreach Groups U20 Presidensi G20 Indonesia Tahun 2022.
Menurut Karim, penunjukan ini bakal membuat Ridwan Kamil dan Anies Baswedan makin rutin muncul di hadapan publik dan ajang tersebut memiliki kans sebagai panggung bagi keduanya untuk melenggang ke Pilpres 2024.
Dia juga menilai, penunjukan co-chair G20 kepada dua kepala daerah tersebut menunjukkan kapasitas dan kompetensi keduanya dalam menangani urusan kota. "Ini melebihi urusan popularitas. Anies sebagai kepala daerah Ibu Kota dan RK yang berpengalaman dalam menata Kota Bandung sekaligus memimpin provinsi yang berhimpitan dengan Jakarta. Keduanya diyakini memiliki pengalaman memadai dalam menyelesaikan masalah-masalah perkotaan," tutur Karim, Jumat (18/2/2022).
Karim menekankan bahwa Outreach Groups U20 Presidensi G20 bukan semata-mata rangkaian acara formal, namun acara ini juga menunjukkan kepercayaan pada kualitas kedua orang pemimpin tersebut. "Apalagi latar belakang keilmuan Ridwan Kamil sebagai arsitek dan perencanaan kota merupakan bidang yang sangat relevan untuk itu. Performance kedua pemimpin daerah ini juga didukung kemajuan yang diraih daerah masing-masing," paparnya.
Soal kemungkinan kemesraan Ridwan Kamil dan Anies Baswedan dilirik menjadi satu paket pencalonan pada Pilpres 2024, Karim melihat ada sejumlah peluang positif yang bisa dibaca dari berbagai sisi. "Jika keduanya maju, tidak ada yang salah. Kapasitas, pengalaman, dan performance keduanya bagus. Sebagai gubernur, mereka menangani urusan yang dikelola presiden meski dengan lingkup dan skala yang berbeda. Jadi, gubernur adalah tangga menuju kepresidenan yang paling masuk akal."
Persoalannya, lanjut Karim, Anies dan Ridwam Kamil dikenal bukan sebagai pimpinan atau kader parpol. Terlebih, sampai saat ini, tiket capres seakan-akan sudah seperti "diborong" oleh ketua partai. "Hanya ini persoalannya. Apakah (duet Anies Baswedan-Ridwan Kamil) kartu mati? Tidak. Bahkan, jika pimpinan parpol jeli, jarak yang dibangun Ridwan Kamil dengan parpol misalnya, bisa menjadi nilai tambah dalam pandangan publik."
Menurutnya, di tengah
performance parpol yang masih turun naik, penilaian terhadap calon yang bisa menjaga jarak proporsional dengan parpol akan menggugah simpati publik dan tentunya kerelaan untuk mendukungnya. "Jadi, saya menilai (keduanya) tidak ada persoalan dalam hal kapasitas, kapabilitas, dan keberterimaan publik. Batu ujinya hanya ada pada parpol dalam memilih dan memajukan kandidat," tegasnya.
Karim juga menekankan pentingnya bagi parpol melihat duet ini sebagai upaya menghadirkan calon pemimpin nasional yang berkualitas sekaligus mengerek kepercayaan masyarakat terhadap parpol pengusung. "Majunya orang seperti Anies dan Ridwan Kamil yang jelas punya kapasitas dan kapabilitas akan menambah kepercayaan publik terhadap parpol dan pemilu sekaligus memunculkan harapan akan efikasi (kemanjuran)-nya," katanya.
Pengamat politik Tony Rosyid mengatakan bahwa Anies Baswedan dan Ridwan Kamil adalah dua gubernur yang bersahabat dan cukup dekat. Tony menambahkan, keduanya menjalin hubungan ketika sama-sama kuliah di Amerika. “Terjun di dunia politik, dua tokoh berpendidikan Amerika ini punya nasib mujur. Keduanya terpilih jadi gubernur. 2017 Anies Baswedan terpilih jadi Gubernur DKI, dan 2018 Ridwan Kamil terpilih sebagai Gubernur Jawa Barat,” kata Tony kepada SINDOnews, Sabtu (19/2/2022).
Dia menuturkan, meski partai utama pengusung Anies dan RK berbeda, namun tidak mengurangi persahabatan di antara keduanya. “Seandainya diberikan pilihan, Ridwan Kamil ingin mendampingi Anies maju di Pilpres 2024. Anies tentu akan menerima Ridwan Kamil sebagai partner di dalam pemerintahan,” katanya.
Dia pun menilai Anies dan RK saling tahu kualitas masing-masing dan bisa saling melengkapi. Dia mengungkapkan Anies berpendidikan ekonomi UGM dan S2 School of Public Policy University of Maryland, serta S3 political science di Northern Illionis University Chicago Amerika. Sedangkan Ridwan Kamil, kata dia, adalah seorang arsitek jebolan ITB yang kemudian lulus Master of Urban Design University of California Amerika. Keduanya ada chemistry dan akan saling mengisi jika menjadi Presiden dan wakil presiden.
Direktur Eksekutif Indostrategic Ahmad Khoirul Umam menilai Anies dan RK sedang memainkan gimmick politik untuk menaikkan "saham politik" masing-masing jelang Pilpres 2024. Bahkan, kata dia, jika dicermati intensitasnya, belakangan RK lebih banyak merapat ke Anies daripada ke kekuatan merah atau PDIP.
“Artinya, besar kemungkinan jika Pilpres 2024 dijalankan, RK akan lebih mengerahkan kekuatannya untuk mendukung gerbong Anies. Problemnya, RK kurang cocok untuk disandingkan dengan Anies dengan skema simulasi Anies-RK,” kata Umam.
Alasannya, kata Umam, pendukung utama Anies lebih banyak didorong oleh kekuatan Islam yang terkonsentrasi di Jawa Barat, Banten, dan Sumatera. “Sementara magnitude elektabilitas RK sendiri juga hanya bertahan di wilayah yang sama, yakni Jawa Barat dan Banten yang memiliki kesamaan sosiologis budaya Sunda. Artinya, basis pemilihnya berpotensi
overlapped (tumpang tindih, red), dan tidak mampu menghasilkan insentif elektoral baru."
Menurut Umam, kesempatan paling rasional bagi Anies untuk maju adalah menggandeng Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), yang memiliki mesin politik riil dan jaringan logistik yang lebih memadai. Di sisi lain, menurut Umam, AHY bisa mengonsolidasikan kekuatan dukungan segmen nasionalis-religius yang menjadi basis kekuatan Partai Demokrat selama ini.
Artinya, kata Umam, skema simulasi Anies-AHY akan menghadirkan pengaruh dan magnitude elektabilitas yang lebih besar untuk memenangkan Pilpres 2024. "Jika RK juga berada di gerbong Anies-AHY, maka RK bisa ikut menasional dengan bergabung dalam kabinet pemerintahan selanjutnya." (
Rico Afrido Simanjuntak, Agung Bakti Sarasa)