Link Copied
Fakta Buaya yang Jarang Terungkap

Fakta Buaya yang Jarang Terungkap

By Wuri Hardiastuti
Buaya dikenal sebagai salah satu hewan pemangsa paling ganas di dunia. Tak hanya itu, banyak fakta lain soal binatang berkulit keras ini yang jarang diketahui.

Kekuatan Rahang Buaya 3 Kali Lebih Kuat dari Singa

Kekuatan Rahang Buaya 3 Kali Lebih Kuat dari Singa


Buaya memiliki gigitan paling kuat yang pernah diukur untuk hewan yang sekarang hidup. Misalnya, buaya air asin, yang ditemukan di dekat Australia, dapat menggigit hampir tiga kali lebih keras dari singa atau harimau.

Buaya besar dapat menggigit dengan kekuatan lebih dari 5.000 pon per inci persegi. Gigitan itu lebih kuat dari hyena atau bahkan hiu putih besar! Bahkan, kekuatan gigitan mereka mungkin menyaingi T-rex yang perkasa.

Ahli paleobiologi Gregory M Erickson dan rekan-rekannya menguji 23 spesies buaya yang masih hidup melalui uji gigitan. Erickson dan rekan-rekannya mengukur secara fisik gigitan beberapa buaya air asin berukuran panjang 5,2 meter (17 kaki), seperti buaya Nil, aligator, caiman, gharial, dan buaya lainnya.

Hasilnya buaya air asin kekuatan rahangnya sekitar 3.700 pon per inci persegi (psi), atau 16.460 newton. Sedangkan Hyena, singa, dan harimau menghasilkan sekitar 1.000 psi (4.450 newton). Sebaliknya, manusia untuk memotong steak kekuatan rahangnya hanya 150 hingga 200 psi (890 newton).

Itu yang membuat buaya menjadi pemangsa yang sukses. Setiap mangsa yang tertangkap di rahang mereka tidak mungkin lolos. Namun, rahang buaya juga sangat sensitif terhadap sentuhan—bahkan lebih sensitif daripada ujung jari manusia.

Bagaimana bisa, rahang buaya yang sekuat besi baja bisa sangat sensitif? Rahang buaya ditutupi dengan ribuan organ indera. ”Setiap ujung saraf keluar dari lubang di tengkorak,” kata peneliti Duncan Leitch, dikutip SINDOnews dari laman jw.org, Minggu.

Susunan ini melindungi serabut saraf di rahang sambil memberikan sensitivitas yang lebih besar di beberapa titik. Alhasil, buaya bisa membedakan antara makanan dan kotoran yang ada di mulutnya. (Baca juga; Ini Fosil Buaya Modern Berusia 155 Juta Tahun, Punya 30 Gigi Tajam dan Berat 500 Kg )

Buaya pun dapat membawa anak-anaknya yang kecil di mulutnya tanpa harus khawatir membunuhnya tanpa sengaja. Jadi rahang buaya adalah kombinasi yang mengejutkan antara kekuatan dan kepekaan.

Cara Buaya Kawin Ternyata Unik Loh!

Cara Buaya Kawin Ternyata Unik Loh!

Cara buaya kawin dan kapan buaya kawin benar-benar membuat orang penasaran. Karena hewan berdarah dingin ini dikenal sebagai binatang yang setia dan menjadi lambang pernikahan di budaya asli Jakarta.

Ketika memasuki musim kawin, pada umumnya, buaya betina akan menjadi sangat aktif jika telah memasuki masa birahi. Musim kawin buaya berlangsung pada musim panas antara bulan Juli hingga bulan Augustus.

Dikutip dari laman Fauna.id, sebelum proses perkawinan buaya jantan akan memasuki wilayah betina dan menguasai teritorial mereka. Setelah area ditentukan, jantan mendekati betina dengan cara menggosok lembut bagian kepalanya.

Selain itu, buaya jantan akan menggesekkan tubuhnya pada buaya betina dan akan melihat reaksi dari betina tersebut. Jika betina tersebut menerima keberadaan pejantan maka si betina akan mengeluarkan suara tertentu yang dikenali.

Saat proses kawin buaya Jantan akan berbaring di atas punggung betina dan membungkus kaki belakang dan ekornya di bawahnya, sehingga kelamin mereka bersentuhan.

Buaya jantan akan membuahi sel telur betina. Kopulasi atau hubungan intim dilakukan di dalam air dan akan kawin selama beberapa periode.

Buaya betina juga terkenal sangat selektif terhadap pejantannya. Indukan tertentu punya sifat cemburu yang sangat tinggi sehingga tak mungkin mengizinkan betina lain memasuki teritorialnya.

Buaya Muara betina sebelum bertelur mempersiapkan tempat untuk bersarang yang letaknya tidak jauh dari tepi sungai. Si begtina akan mengumpulkan daun dan ranting-ranting untuk bersarang.

Selanjutnya, sang induk membuat lubang dan mengumpulkan lumpur menggunakan kaki belakang dan ekornya. Begitu sarang siap, telur-telur diletakkan dalam sarang tersebut guna melindungi telur dari predator.

Dalam sekali bertelur, betina akan menghasilkan hingga 100 butir telur, tergantung dari jenisnya.

70 Persen Buaya Betina Terbukti Setia, Bagaimana yang Jantan?

70 Persen Buaya Betina Terbukti Setia, Bagaimana yang Jantan?


Buaya masih dianggap binatang yang setia terhadap pasangannya. Alasan itu membuat buaya dijadikan simbol dalam beberapa budaya sebagai lambang kesetiaan. Apakah fakta itu benar atau hanya sebuah simbol, bahwa buaya adalah binatang yang setia ?

Penelitian untuk membuktikan buaya sebagai binatang yang setiap terhadap pasangannya pernah dilakukan Suaka Margasatwa Rockefeller di Louisiana, Amerika Serikat. Mungkin, ini satu-satunya penelitian ilmiah yang pernah dilakukan untuk mengamati pola hidup dan cara berkembang biak buaya.

Penelitian tentang buaya dilakukan Suaka Margasatwa Rockefeller (Rockefeller Wildlife Refuge/RWR) dilakukan selama 10 tahun dan dipublikasikan sekitar tahun 2009. Suaka Margasatwa Rockefeller seluas 76.000 hektare (Ha), lokasinya memanjang sejauh 26 mil di sepanjang garis pantai di teluk Long Island Sound.

Hasilnya, membuat para peneliti terkejut, ternyata buaya memiliki kesetiaan yang tinggi terhadap pasangannya. Temuan itu, menjadi bukti pertama yang dibuat, dari salah satu spesias buaya, tentang kesetiaan reptil ganas ini terhadap pasangannya. Secara spesifik, jenis buaya yang banyak hidup di habitat Suaka Margasatwa Rockefeller adalah spesies Aligator Amerika Serikat (Alligator mississippiensis).

Penelitian ini dibuat dengan melacak sekelompok buaya betina dan menganalisis DNA keturunan mereka. Dari 10 buaya betina, sebanyak 7 ekor ditemukan telah kembali ke pasangan yang sama saat musim kawin. Dengan satu betina kawin dengan pasangan yang sama pada tahun 1997, 2002, dan 2005.

"Kami menemukan bahwa 70 persen buaya betina menunjukkan kesetiaan luar biasa pada pasangannya. Padahal populasi buaya di Suaka Margasatwa Rockefeller sangat padat, kami tidak menyangka akan menemukan kesetiaan (buaya betina),” kata kata Stacey Lance, peneliti di Laboratorium Ekologi Sungai Savannah yang memimpin penelitian itu dikutip SINDOnews dari laman live science.

Hanya saja dalam penelitian ini belum ditemukan jawaban pasti mengapa buaya betina bisa sangat setia dengan pasangannya. Dan, tidak ada keterangan, apakah kesetiaan yang sama terjadi pada buaya jantan. "Semoga studi di masa depan juga akan menghasilkan beberapa hasil yang tak terduga dan sama-sama menarik," kata Lance.

Namun, para peneliti menemukan bahwa seekor buaya jantan bertanggung jawab atas semua keturunan yang dihasilkan dari buaya betina yang sama pada musim kawin tahun 2000, 2002, dan 2004. Sedangkan, buaya betina menunjukkan perawatan dan perlindungan luar biasa pada anak-anaknya agar tidak dimakan buaya dewasa. (Baca juga; Buaya Mampu Berenang dengan Kecepatan 20 Km Per Jam )

Dalam laman Zmescience disebutkan, setelah musim kawin dan telur menetas, pasangan buaya jantan dan betina dikenal sebagai orangtua yang luar biasa. Mereka saling berbagi tugas dan bergantian untuk melindungi bayinya dan buaya jantan mencari makanan untuk induknya.

Ngeri, Ternyata Buaya Bisa Lari Lebih Cepat Dibanding Manusia

Ngeri, Ternyata Buaya Bisa Lari Lebih Cepat Dibanding Manusia


Fakta ini bisa jadi bikin ngeri. Seekor buaya mempunyai kecepatan lari melebihi manusia. Kecepatan lari buaya di darat rata-rata 12 sampai 17 kilometer per jam. Bahkan ada juga yang menyebut Buaya Nil (Crocodylus niloticus) mampu berlari di darat dengan kecepatan 30-35 kilometer per jam.

“Beberapa sumber mengutip bahwa buaya dapat mencapai kecepatan maksimum 35 kilometer per jam! Itu sedikit mitos dan tidak ada buaya yang pernah diukur secara ilmiah dengan kecepatan yang begitu gila,” tulis laman africafreak dikutip SINDOnews.

Lalu berapa kecepatan manusia ketika berlari? Kecepatan lari manusia rata-rata 16 sampai 24 kilometer per jam. Untuk mencapai kecepatan 24 kilometer per jam, butuh usaha dan latihan yang cukup. Jangan bandingkan dengan Usain Bolt ya, dia dapat berlari hingga kecepatan maksimum 45 kilometer per jam.

Dari 15 spesies buaya di 5 benua yang hidup saat ini, hanya buaya Nil dan buaya air asin yang dikenal sebagai spesies tercepat, mampu berlari dengan kecepatan tertinggi hingga 17 kilometer per jam. Untungnya, semua buaya hanya bisa berlari untuk jarak pendek, biasanya hanya 30-40 meter dalam satu waktu.

Jadi kalau bertemu buaya darat, eh buaya di darat, sebaiknya jaga jarak aman. Secepat mungkin lari lebih dahulu untuk menjauh. Sebab, buaya tidak pernah memilih-milih mangsa untuk dimakan. Makhluk hidup apa pun yang bersuhu hangat pasti akan diterkam jika buaya sedang lapar.

Apalagi buaya dikenal memiliki percepatan yang luar biasa dalam bergerak pada jarak pendek. Ini yang membuat mangsanya terkejut ketika diserang mendadak secara cepat. Untungnya, buaya lebih senang berenang dan memburu mangsanya dari dalam air karena postur badannya yang besar (buaya Nil sekitar 750 Kilogram).

Buaya berenang lebih cepat daripada kemampuan mereka berlari dan juga merupakan penyelam yang sangat baik. Mereka dapat menahan napas hingga satu jam di bawah air! Buaya rata-rata bisa berenang hingga 20 km/jam! Kemampuan ini jauh melampau kecepatan berenang dan kemampuan menyelam manusia.

Buaya Mampu Berenang dengan Kecepatan 20 Km Per Jam

Buaya Mampu Berenang dengan Kecepatan 20 Km Per Jam


Buaya dikenal sebagai perenang sekaligus penyelam yang sangat baik. Buaya rata-rata bisa berenang antara 15 sampai 20 km per jam dan menyelam selama 1 jam.

Buaya air asin (Crocodylus porosus), dikutip SINDOnews dari laman animal, diperkirakan mampu berenang dengan kecepatan hingga 15 kilometer per jam. Kemampuan ini jauh melampau kecepatan berenang dan kemampuan menyelam manusia.

Jadi jangan pernah coba-coba melawan kecepatan buaya berenang, apalagi menyelam. Ekor buaya menjadi kunci utama untuk mampu berenang pada kecepatan tinggi. Ekor bergerak dari sisi ke sisi dalam pola sinusoidal, seperti ular.

Ekor buaya telah berevolusi untuk area permukaan maksimum untuk mendorong melewati air. Ekor buaya diratakan secara vertikal seperti kemudi horizontal seperti sekop, dan memiliki sisik, paku tulang rawan di sepanjang bagian atas, yang menambah luas permukaan.

Tubuh buaya mengikuti gerakan seperti ular ini saat melaju dalam air. Dalam kecepatan lambat, tubuhnya tidak bergerak, hanya ekornya yang berkelok-kelok.

Sedangkan kaki buaya digunakan untuk mengemudi pada kecepatan yang lebih lambat. Ketika kecepatan bertambah, buaya melipat kakinya ke belakang tubuhnya untuk mengurangi hambatan.

Untuk kemudi pada kecepatan lambat dan untuk membantu mengambang, buaya memiliki anyaman di kaki belakangnya yang berfungsi mirip dengan kemudi. Buaya memanfaatkan udara di paru-paru mereka untuk mengontrol mengapung atau menyelam.

Buaya mampu mempertahankan kecepatan berenang untuk waktu yang lama tanpa menghabiskan banyak energi. Berbeda ketika di darat, buaya mudah cepat lelah ketika berjalan atau lari. Untuk itu, buaya mampu berlari jarak pendek.
(wur)