Saat Eropa Tanggalkan Pembatasan Corona
Mohammad Faizal
Kamis, 24 Februari 2022, 18:12 WIB
Kendati pandemi belum berhenti dan jumlah yang terinfeksi masih tinggi, negara-negara di Eropa ini berani menanggalkan pembatasan Corona. Apa alasannya?
Denmark, Negara Eropa Pertama yang Abaikan Corona
Denmark menjadi negara anggota Uni Eropa (UE) pertama yang mencabut semua pembatasan Corona. Kendati kasus Omicron melonjak, mulai 1 Februari 2022, Denmark tak lagi mengkategorikan COVID-19 sebagai "penyakit kritis sosial".
Percaya bahwa vaksinasi besar-besaran memungkinkan untuk mengatasi varian virus yang lebih menular, Denmark menanggalkan masker dan mengabaikan COVID-19.
Pembatasan pertemuan di dalam ruangan telah dihapus, restoran dan bar pun kembali ke jam kerja biasa. Klub malam juga mulai dibuka kembali di seluruh negara Skandinavia tersebut.
"Kita bisa menemukan senyum itu lagi," kata Perdana Menteri (PM) Denmark Mette Frederiksen saat mengumumkan kembalinya negara itu ke kehidupan seperti sebelum wabah Corona.
Dia mengakui bahwa pencabutan pembatasan tampak aneh dan paradoks ketika negara berpenduduk 5,8 juta orang itu mencatatkan antara 40.000 dan 50.000 infeksi COVID-19 baru per hari.
Tetapi, Frederiksen menegaskan bahwa jumlah rawat inap terus menurun karena sifat Omicron yang lebih ringan. Sedangkan tingkat vaksinasi yang tinggi di antara populasi.
Lebih dari 60% warga Denmark telah menerima suntikan vaksin booster ketiga, dibandingkan dengan rata-rata di bawah 45% di tempat lain di Uni Eropa.
"Dengan Omicron tidak menjadi penyakit parah bagi yang divaksinasi, kami percaya masuk akal untuk mencabut pembatasan," kata ahli epidemiologi Lone Simonsen dari Universitas Roskilde kepada AFP seperti dilansir dari Russia Today.
Dia juga berpendapat bahwa penyebarluasan strain mutan kemungkinan akan mengarah pada kekebalan yang lebih kuat dan tahan lama, yang akan meminimalkan dampak gelombang virus Corona di masa depan di negara itu.
Tak Lagi Jeri, Negara-negara Eropa Ini Juga Tepiskan Pandemi
Menyusul Denmark yang menjadi negara Eropa pertama yang mencabut semua pembatasan Corona pada 1 Februari 2022 lalu, sejumlah negara di Benua Biru mengambil langkah serupa, tak ingin lagi dikekang oleh pandemi.
Berikut negara-negara Eropa yang telah atau dalam waktu dekat akan membolehkan masyarakatnya beraktivitas tanpa pembatasan Corona lagi:
1. Prancis Prancis mulai mencabut pembatasan virus Corona termasuk kewajiban mengenakan masker di luar ruangan pada 2 Februari 2022. Kebijakan ini bukan tanpa risiko, mengingat negara ini baru bulan lalu melaporkan rekor infeksi COVID-19.
Batasan kapasitas penonton untuk ruang konser, pertandingan olahraga, dan acara lainnya juga dihapus. Meskipun pekerjaan rumahan tidak lagi diwajibkan, namun tetap disarankan.
"Prancis akan dapat mencabut sebagian besar pembatasan yang diambil untuk mengekang epidemi pada Februari berkat izin vaksinasi baru, yang menggantikan izin kesehatan," kata Perdana Menteri Jean Castex pada Januari lalu.
2. Swedia Swedia mencabut pembatasan terkait pandemi Corona pada 6 Februari, juga di tengah rekor tingkat infeksi. Swedia mengandalkan vaksin booster dan tingkat infeksi COVID-19 yang tinggi di masa lalu untuk menjaga tingkat rawat inap tetap terkendali.
Pembatasan yang mencakup bar dan restoran yang harus tutup lebih awal, serta batas 500 orang di dalam ruangan yang lebih besar, berakhir pada 9 Februari.
"Sudah waktunya untuk membuka Swedia lagi," ujar Perdana Menteri Magdalena Andersson dalam seperti dikutip dari Reuters, Kamis (3/2/2022).
Swedia mencatat kematian per kapita yang lebih tinggi daripada negara-negara tetangga Nordiknya, meski lebih rendah dari kebanyakan negara Eropa yang memilih untuk menerapkan lockdown.
3. Norwegia Norwegia membatalkan hampir semua pembatasan COVID-19 pada 12 Februari lalu. Masyarakat negara ini sekarang tidak lagi perlu menjaga jarak, memakai masker atau pun menjalani karantina jika terinfeksi.
"Pandemi virus corona tidak lagi menjadi ancaman kesehatan utama bagi sebagian besar dari kita," kata Perdana Menteri Norwegia Jonas Gahr Støre. "Virus Omicron menyebabkan penyakit yang jauh lebih ringan dan kami terlindungi dengan baik oleh vaksin," ujarnya, Sabtu (12/2/2022).
Pemerintah Norwegia juga melonggarkan pembatasan perjalanan, menghilangkan persyaratan yang tersisa untuk membawa bukti tes negatif, kecuali untuk perjalanan ke kepulauan Svalbard yang memiliki layanan kesehatan terbatas.
4. Belanda Belanda berencana mencabut hampir semua pembatasan terkait Corona mulai 25 Februari 2022. Dengan kebijakan ini, Belanda menjadi negara Eropa terbaru yang mencoba untuk kembali pada kehidupan normal, meskipun infeksi varian Omicron masih tinggi.
"Bar, restoran, dan klub malam Belanda akan kembali ke jam buka normal, sama seperti sebelum pandemi terjadi. Selain itu, pemerintah juga akan menghapuskan kewajiban memiliki sertifikat kesehatan pada 25 Februari mendatang," kata Menteri Kesehatan Belanda Ernst Kuipers seperti dikutip dari Channel News Asia.
Sementara, anjuran menjaga jarak 1,5 m dari orang lain dan mengenakan masker dikatakan tetap masuk akal meski tidak menjadi kewajiban. Masker hanya diperlukan di transportasi umum dan di bandara. Periode karantina bagi yang terinfeksi COVID-19 juga akan dipersingkat menjadi 5 hari.
5. IslandiaIslandia akan mencabut semua pembatasan COVID-19 yang tersisa pada Jumat (25/2/2022), termasuk pembatasan terhadap pertemuan dalam ruang sebanyak 200 orang dan jam buka terbatas untuk bar. Kementerian Kesehatan Islandia juga menyatakan bahwa semua pembatasan perbatasan juga akan dicabut.
"Resistensi masyarakat yang meluas terhadap COVID-19 dalah rute utama keluar dari pandemi," kata Kementerian Kesehatan Islandia. "Untuk mencapai ini, sebanyak mungkin orang perlu terinfeksi virus karena vaksin tidak cukup, meskipun mereka memberikan perlindungan yang baik terhadap penyakit serius," tambahnya seperti dilansir dari Channel News Asia, Kamis (24/2/2022).
Hati-hati, Negara-negara Eropa Ini Pilih Longgarkan Restriksi
Tak semua negara di Benua Biru mengambil langkah berani mencabut pembatasan terkait Corona di negaranya. Sebagian memilih melonggarkan pembatasan sambil bersiap untuk kembali hidup normal.
Salah satunya adalah Jerman. Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan, negara Bavaria itu akan melonggarkan pembatasan COVID-19 karena puncak gelombang infeksi Omicron diyakini telah terlewati.
Setelah pertemuan dengan para kepala negara bagian pada Rabu (16/2/2022) pagi, Scholz mengatakan Jerman siap untuk memandang ke depan dengan lebih percaya diri terkait COVID-19. Namun, dia mengingatkan bahwa pandemi belum berakhir.
"Setelah dua tahun yang panjang ini kami pantas mendapatkan sesuatu yang entah bagaimana membaik lagi dan sepertinya itulah yang kami miliki di depan kami," kata Scholz seperti dilansir dari Al Jazeera, Kamis (17/2/2022).
Dalam rencana tiga tahap, pemerintah Jerman setuju untuk mencabut pembatasan pertemuan pribadi di dalam ruangan bagi mereka yang divaksinasi atau pulih dari virus dalam beberapa hari. Pemeriksaan bukti vaksinasi atau hasil tes negatif di toko non-esensial akan dihentikan, tetapi pemakaian masker tetap diperlukan.
Pada fase kedua mulai 4 Maret, ukuran maksimum yang diizinkan untuk acara di luar ruangan akan meningkat menjadi 25.000 orang dan klub malam akan dibuka kembali untuk mereka yang telah menerima tiga dosis vaksin atau mereka yang memiliki dua dosis vaksin ditambah tes COVID negatif.
Penduduk yang tidak divaksinasi akan diizinkan masuk ke restoran dengan tes negatif mulai 4 Maret. Semua pembatasan utama, termasuk persyaratan untuk bekerja dari rumah, akan berakhir pada 20 Maret, tetapi persyaratan untuk menjaga jarak dan memakai masker di dalam ruangan dan di transportasi umum akan tetap berlaku setelah 19 Maret.
Negara berikutnya adalah Swiss. Swiss menilai kondisi saat ini tepat untuk mempercepat normalisasi kehidupan secara nasional. Satu-satunya pembatasan Corona yang tersisa di Swiss adalah kewajiban untuk mengasingkan diri selama lima hari setelah tes positif dan memakai masker di transportasi umum serta di lembaga perawatan kesehatan. Namun, aturan tersebut rencananya akan diakhiri paling lambat akhir Maret.
"Dewan Federal mengambil keputusan untuk mencabut sebagian besar tindakan untuk menahan pandemi virus Corona," kata pemerintah Swiss dalam sebuah pernyataan. "Masker dan sertifikat COVID tidak lagi diperlukan untuk memasuki toko, restoran, tempat budaya, dan tempat serta acara publik lainnya," ungkap pernyataan tersebut.
Negara selanjutnya yang akan mencabut pembatasan COVID-19 adalah Austria. Kanselir Austria Karl Nehammer mengatakan, pemerintahnya akan membatalkan sebagian besar pembatasan mulai 5 Maret.
Penggunaan masker hanya wajib di toko-toko kebutuhan pokok dan di transportasi umum bersamaan dengan pembatasan masuk di rumah sakit dan tempat-tempat lain dengan kelompok rentan.
"Bersama-sama dan dengan hati-hati dan bijaksana, tetapi dengan tekad kita dapat mengambil kembali kebebasan yang direnggut virus itu," kata Nehammer.
Terkini, Slovakia juga menyatakan secara bertahap akan melonggarkan sebagian besar pembatasan Corona karena rumah sakit tampaknya berhasil mengatasi pandemi meskipun saat ini menghadapi rekor lonjakan infeksi yang disebabkan oleh varian Omicron yang sangat mudah menular.
Perdana Menteri Slovakia Eduard Heger mengatakan bahwa masyarakat akan memiliki akses ke toko, pusat perbelanjaan, berbagai pertemuan dan layanan publik, termasuk bar dan restoran, tanpa batasan apa pun. Pembatasan rencananya akan dicabut pada akhir Februari.
"Sebagai langkah selanjutnya, pemerintah juga berencana untuk melonggarkan batasan jumlah orang yang menghadiri berbagai acara dan pertemuan publik dan sebagian besar batasan lainnya sebulan kemudian," kata Heger seperti dilansir AP.