Syawal Menjadi Penyempurna Amalan Ibadah Bulan Ramadhan
Syawal Menjadi Penyempurna Amalan Ibadah Bulan Ramadhan
Andryanto Wisnuwidodo
Sabtu, 07 Mei 2022, 16:36 WIB

Bulan Syawal disebut sebagai penyempurna ibadah Ramadhan dengan melakukan banyak amalan untuk meningkatkan kualitas iman yang tak boleh dilewatkan kaum muslim.

Inilah Amalan di Bulan Syawal yang Berlimpah Pahala

Inilah Amalan di Bulan Syawal yang Berlimpah Pahala

Bulan Syawal disebut sebagai penyempurna ibadah bulan Ramadhan. Jadi, amalan di bulan Ramadhan tak hanya berakhir saat lebaran tiba, namun ditingkatkan lagi dengan menjalankan amal ibadah di bulan Syawal.

Dan ternyata selain puasa sunah enam hari, ada beberapa amalan yang dianjurkan dilaksanakan di bulan Syawal ini agar tetap memperoleh pahala yang melimpah. Amalan apa saja? Berikut amalan yang dianjurkan diamalkan di bulan Syawal ini, antara lain:

1. Mengqadha atau mengganti iktikaf dan amalan-amalan sunnah yang terlewatkan
Mungkin pada saat Ramadhan lalu, ada momen-momen beribadah yang terlewatkan. Misalnya saat iktikaf yang tidak bisa penuh, membaca Al-Qur’an, atau mungkin ada di antara kita yang tidak berpuasa karena suatu halangan.

Puasa Ramadan yang wajib, tentu mesti diganti sesuai dengan keadaan orang yang membatalkannya. Namun yang menjadi pertanyaan adalah, bagaimana dengan amalan yang sunnah, seperti iktikaf misalnya?

Nabi pernah melakukan Qadla’ iktikaf di bulan Syawal, ketika istri-istri beliau membuat kehebohan di rumah, karena mendirikan tenda-tenda di area masjid Nabawi, demi mengikuti i’tikaf bersama Nabi. Beliau pun terkejut, dan meminta para istrinya ini untuk membongkar tenda-tenda yang telah dibuat.

Akhirnya, untuk sementara waktu beliau pun tidak beriktikaf di masjid. Nabi mengganti iktikaf yang tidak dilakukan ini di bulan Syawal. Cara menggantinya pun mudah, yaitu meniatkan iktikaf yang dilakukan di masjid ini untuk mengganti yang terlewat di bulan Ramadhan. Kita bisa mengisi iktikaf itu dengan zikir, membaca Al-Qur’an, dan sebagainya.

Tidak hanya iktikaf saja yang bisa diganti di bulan Syawal. Ibadah sunnah lain pun boleh diganti di bulan ini. Dalam sebuah riwayat dalam Sunan an-Nasa’i misalnya, disebutkan pula ada seorang sahabat yang biasa puasa pada pertengahan atau awal bulan Sya’ban, tapi kebetulan ia lewatkan. Nabi pun memperkenankan untuk menggantinya di bulan Syawal.

2. Menikah di bulan Syawal
Sebagaimana disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, bahwa istri Nabi, Aisyah RA. menyatakan bahwa ia dinikahi Rasulullah pada bulan Syawal. Bagi orang-orang yang telah siap menempuh jenjang pernikahan, mengikuti laku Nabi yang menikah di bulan Syawal ini juga termasuk bentuk mengikuti ajaran Nabi.

Di berbagai tempat, banyak umat muslim yang menyelenggarakan pernikahan di bulan Syawal. Hal ini juga merupakan bentuk usaha meneladani Nabi di tengah masyarakat kita. Tapi jangan lupa, ini berlaku orang yang sudah mau dan mampu menikah saja lho.

3. Puasa Ayyamul Bidh (pertengahan bulan)
Nabi membiasakan berpuasa di pertengahan bulan, tepatnya tanggal 13, 14 dan 15 tiap-tiap bulan Hijriyah. Amalan puasa ini oleh para ulama dinamakan puasa Ayyamul bidh, karena pada tiga hari itu, rembulan sedang purnama dan tampak cemerlang. Di setiap bulan, kita dianjurkan berpuasa dalam tiga hari tengah bulan tersebut.

Tak terkecuali di bulan Syawal. Kalau terasa berat karena “kok kebanyakan puasa, sih?”, menggabungkan niat puasa sunnah ini dengan sekalian puasa sunnah Syawal atau Senin-Kamis, juga diperkenankan. Wallahu A’lam

Inilah 6 Julukan Bulan Syawal yang Penuh Keistimewaan

Inilah 6 Julukan Bulan Syawal yang Penuh Keistimewaan

Inilah 6 julukan bulan Syawal yang penuh keistimewaan. Saat ini kita telah masuk di bulan Syawal dalam kalender Islam. Setelah melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan, juga banyak amalan yang dapat dilakukan di bulan Syawal ini.

Selain penuh dengan amalan, bulan syawal juga memiliki beragam julukan, karena keistimewaaannya tersebut. Julukan apa saja?
Dirangkum dari berbagai sumber, berikut julukan untuk bulan Syawal ini dan keistimewaannya:

1. Bulan kembali ke fitrah
Setelah melaksanakan puasa Ramadhan selama sebulan penuh, maka pada bulan Syawal adalah bulan kembalinya umat Islam kepada fitrahnya, diampuni semua dosanya. Karenanya masuk 1 Syawal, umat Islam merayakan Hari Ratya Idul Fitri dan diharamkan berpuasa.

2. Bulan takbir
Pada tanggal 1 Syawal, seluruh umat Islam di berbagai belahan dunia akan mengumandangkan takbir. Takbir akan terdenger serentak oleh seluruh umat Islam. Takbir akan mulai dikumandangkan begitu malam memasuki tanggal 1 Syawal (malam takbiran), menjelang Salat Idul Fitri.

Ini merupakan bentuk rasa syukur atas keberhasilan ibadah Ramadhan selama sebulan penuh. Pada saat ini pula umat Islam akan memperbanyak dzikir, takbir, tahmid, dan tasbih.

3. Bulan silaturahmi
Pada bulan ini akan terlihat banyak umat Islam yang melakukan silahturahmi atau yang biasa disebut dengan halal bihalal. Saling berkunjung ke sanak suadara, kerabat dan tetangga untuk silaturahmi sekaligus bermaaf-maafan.

4. Bulan ceria
Syawal merupakan bulan dimana banyak umat Islam yang bersuka cita, bersalaman, berpelukan, bertangis bahagia, mengucap syukur yang agung, meminta maaf, dan memaafkan yang bersalah. Ini merupakan bulan yang penuh dengan nuansa ceria.

5. Bulan nikah
Bulan Syawal dipercayai sebagai bulan yang baik untuk melangsungkan pernikahan. Di bulan ini pula Rasulullah melangsungkan pernikahan dengan istrinya, Sayyidah Aisyah. Hal ini juga merupakan dobrakan kepada tradisi jahiliyah yang menentang untuk menikah pada bulan Syawal.

6. Bulan pembuktian takwa
Inilah makna terpenting di bulan Syawal. Selain untuk membuktikan takwa umat Islam, di bulan Syawal juga merupakan bulan dimana kualitas dan kuantitas ibadah meningkat.

Julukan untuk bulan Syawal ini tidak terlepas dari amalan-amalan sunnah yang baik yang dianjurkan untuk kita amalkan di bulan Syawal ini, antara lain:

1. Berpuasa selama 6 hari di bulan Syawal
2. Iktikaf Iktikaf biasanya dilakukan pada malam terakhir pada bulan Ramadhan, namun juga bisa di ganti pada saat masuk ke bulan Syawal.
3. Menikah pada bulan Syawal
4. Bertakbir malam Idul Fitri
5. Shalat Hari Raya atau Shalat Ied
6. Meningkatkan shalat 5 Waktu
7. Melanjutkan Qiyamullail dan Tadarus Al-Qur’an
8. Memperbanyak puasa sunnah lainnya
9. Bersedekah

Wallahu A'lam

9 Peristiwa Penting Bulan Syawal yang Wajib Diketahui Kaum Muslim

9 Peristiwa Penting Bulan Syawal yang Wajib Diketahui Kaum Muslim

9 Peristiwa penting bulan Syawal yang wajib diketahui kaum muslim. Pekan ini kita masih di awal bulan Syawal 1443 Hijriyah Tahun 2022. Berikut 9 peristiwa penting di bulan Syawal yang patut diketahui umat muslim. Syawal (شوال) berasal dari kata Syala yang berarti naik atau meninggi.

Pada bulan ini, kedudukan dan derajat kaum Muslimin meninggi di sisi Allah, karena telah melewati bulan ujian dan ibadah selama Ramadhan. Syawal merupakan bulan pertama pembuktian nilai-nilai takwa.

Syawal memiliki keistimewaan tersendiri. Dalam sebuah hadis Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: "Barang siapa berpuasa Ramadhan dan meneruskannya dengan puasa enam hari di bulan Syawal, berarti dia telah berpuasa satu tahun penuh." (HR Muslim No 1164)

Pada bulan Syawal banyak peristiwa bersejarah dalam peradaban Islam. Berikut peristiwa penting di bulan Syawal yang perlu diketahui umat Islam:

1. Tanggal 27 Syawal Tahun ke-10 kenabian, Nabi Muhammad SAW berdakwah ke Thaif.
Beliau berdakwah sekaligus-mencari suaka karena kerasnya permusuhan kafir Qurays setelah wafatnya Abu Tholib. Namun beliau mendapatkan pengusiran dari warga Thaif. Meski diusir, Nabi justru mendoakan warga Thaif. Inilah salah satu akhlak mulia Rasulullah yang patut kita teladani.

2. Syawal Tahun ke-1 Hijriyah, Kelahiran Abdullah bin Zubair.
Beliaulah bayi pertama Muhajirin yang lahir di Madinah, setelah tersebarnya isu seorang ahli tenung Yahudi telah menyebarkan tenungnya kepada kaum muslimin sehingga mereka mandul semua. Di bulan Syawal Tahun 1 Hijriyah, terjadi Perang Bani Qainuqa, klan Yahudi yang berkhianat terhadap perjanjian damai.

3. Syawal Tahun ke-2 Hijriyah, Nabi Muhammad menikahi Sayyidah Aisyah putri Abu Bakar. Beliaulah perempuan yang paling berkah untuk umat ini karena telah menyebarluaskan ilmu kepada ummat ini. Umat Islam patut berutang budi kepada beliau karena jasanya yang sangat agung.

4. Syawal Tahun ke-4 Hijriyah, Nabi Muhammad menikahi Ummu Salamah.
Ummu Salamah adalah seorang janda yang berhijrah 2 kali bersama suaminya, setelah Abu Salamah meninggal dalam menunaikan tugas dakwah, maka Nabi menikahinya untuk menguatkan Islam.

5. Tanggal 17 Syawal Tahun ke-3 Hijriyah, Perang Uhud.
Salah satu perang yang disebut-sebut dalam Al-Qur'an sebagai salah ujian ketaatan kepada sunnah dan perintah Nabi صلى الله عليه وسلم. Sebuah pelajaran berharga, akibat meninggalkan satu sunnah maka kaum muslimin mendapat musibah yang besar.

6. Tanggal 18 Syawal Tahun ke-5 Hijriyah, terjadi Perang Khandaq (Ahzab).
Sebuah perang yang diabadikan Allah sebagai nama salah satu Surah dalam Al-Qur'an. Perang yang fonumenal, dengan taktik dan strategi yang baru dalam peperangan yang belum pernah dikenal sebelumnya. Perang untuk membuktikan keimanan atas janji Allah melawan kepungan pasukan gabungan Qurays, sekutunya dan Yahudi, dengan kemenangan yang luar biasa.

7. Tanggal 6 Syawal Tahun ke-8 Hijriyah, terjadi Perang Hunain.
Perang yang terjadi setelah Futuh Makkah pada Ramadhan tahun 8 Hijriyah, karena gengsi suku baduy mereka ingin menundukkan Qurays setelah ditaklukkan Rasulullah. Awalnya kaum muslimin kalah, karena mulai tumbuh bibit kesombongan pada mereka karena merasa banyaknya jumlah pasukan. NamunAllah memenangkan kaum muslimin disebabkan keteguhan para As-Sabiqunal Awaalin (sahabat yang awal masuk Islam) yang tetap kokoh dan tangguh dalam keimanan.

8. Syawal Tahun ke-14 Hijriyah, Penaklukan Mada'in, ibukota imperium Persia.
Amirul Mukminin Umar bin Khattab menaklukkan Madyan, dan istana Raja Parsi yang dikenal dengan nama Istana Putih.

9. Tanggal 13 Syawal Tahun ke-194 Hijriyah, Imam Al-Bukhari Lahir di Bukhara, Uzbekistan.
Menurut Ibnu Hajar Al Asqalani, Imam al-Bukhari berhasil menuliskan sebanyak 9.082 hadis dalam karya monumentalnya bertajuk al-Jami'al-Shahil yang dikenal sebagai Shahih Bukhari, yaitu kitab yang paling shahih setelah Al-Qur'an. Demikian peristiwa pentingdi bulan Syawal. Semoga Allah mempertemukan kita dengan bulan Ramadhan berikutnya dengan keimanan dan mengharap ridha-Nya.

Wallahu A'lam

Inilah Hikmah dan Manfaat Puasa 6 Hari di Bulan Syawal

Inilah Hikmah dan Manfaat Puasa 6 Hari di Bulan Syawal

Setelah merayakan Idul Fitri, umat Islam dianjurkan mengamalkan 6 hari puasa Syawal . Banyak keistimewaan dan hikmah serta manfaat dari puasa Syawal ini. Apa saja hikmah dan manfaatnya?

Anjuran melaksanakan puasa sunnah 6 hari di bulan Syawal, tercantum dalam hadis Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam berikut ini: Dari Abu Ayub Al-Anshari bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Barangsiapa berpuasa ramadhan kemudian mengikutinya dengan puasa selama 6 hari di bulan Syawal , maka seolah-olah ia telah berpuasa dahr penuh.” (HR. Muslim)

Hadis ini merupakan dalil yang menunjukkan keutamaaan puasa 6 hari pada bulan Syawal, dan yang dimaksud dengan “ad-Dahr” di sini adalah setahun, maknanya, seakan-akan ia telah berpuas setahun penuh. Disebutkan dalam riwayat an-Nasa-i,

جعل الله الحسنة بعشرة أمثالها. فشهر بعشرة أشهر، وصيام ستة أيام بعد الفطر تمام السنة


''Allah menjadikan kebaikan dibalas dengan sepuluh kali lipatnya. (puasa) sebulan dibalas dengan (pahala puasa) 10 bulan, dan berpuasa selama 6 hari (di bulan Syawwal) setelah idul fitri sebagai penyempurna (puasa) setahun.” (HR. an-Nasa-i, di dalam al-Kubra 2/162 dari hadis Tsuban)

Mengutip tulisan Ustadz Amar Abdullah bin Syakir, dai yang aktif di Yayasan Hisbah, dijelaskan, bahwa hadis ini termasuk karunia Allah yang diberikan kepada hambaNya, mendapatkan pahala puasa setahun dengan tanpa kepayahan. Dan inilah hikmah dilakukannya puasa (sunnah) 6 hari (di bulan Syawwal). Wallahu a’lam.

Oleh karenanya, selayaknya seorang muslim berpuasa 6 hari ini agar ia mendapatkan keuntungan dengan meraih keutamaan yang agung ini. Dan, merupakan pertanda diterimanya ketaatan adalah disambungnya ketaatan tersebut dengan ketaatan yang lainnya. Puasa hari-hari ini (yakni, 6 hari di bulan Syawwal) merupakan dalil yang menunjukkan kesukaan pelakunya terhadap puasa dan bahwa ia tidak merasa bosan untuk melakukannya, tidak pula merasa berat.

Seperti diketahui puasa termasuk amal yang paling utama dalam Islam. Dan di antara buah dari puasa sunnah adalah bahwa hal tersebut menambal kekurangan yang terjadi pada perkara fardhu yang telah dilakukan.

Dalam hal tersebut Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang shalat, ar-rabb tabaraka wata‘ala berfirman,

انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ؟ فَيُكَمَّلَ بِهَا مَا انْتَقَصَ مِنْ الْفَرِيضَةِ، ثُمَّ يَكُونُ سَائِرُ عَمَلِهِ كَذَلِكَ


''Lihatlah apakah hambaku mempunyai amal sunnah? maka dengan amal sunnah tersebut Allah menyempurnakan kekurangan amal fardhu yang telah dikerjakannya. Kemudian, seluruh amalnya demikian halnya.” (HR. an-Nasa-i, di dalam al-Kubra 2/162 dari hadis Tsuban)

Demikian juga, puasa sunnah menjadikan seorang muslim meningkat derajatnya dalam kedekatan dengan Allah ta’ala. Mendapatkan tambahan kecintaan dariNya. Seperti dalam hadis qudsi,

“ما تقرّب إلى عبدي بأفضل مما افترضته عليه، ولا يزال عبدي يتقرب إليّ بالنوافل حتى أحبّه… الحديث”

''Tidaklah seorang hamba bertaqaruub (mendekatkan diri) kepadaKu dengan sesuatu yang lebih utama daripada dengan apa yang Aku fardhukan kepadanya, dan seorang hamba yang terus bertaqarrub (mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan sunnah hingga aku pun mencintainya… al-hadis.” (HR. al-Bukhari)

Yang utama adalah hendaknya puasa 6 hari ini dilakukan secara berurutan. Boleh juga untuk dilakukan secara terpisah selama dalam bulan syawwal. Berkata di dalam Subulus Salam, “Dan ketahuilah bahwa pahala puasanya diperoleh bagi orang yang berpuasa secara terpisah maupun secara berurutan, baik hal tersebut dilakukan setelah ‘idul fithri atau di pertengahan bulan, (Subulussalam, 2/331).

Hanya saja puasa yang dilakukan setelah Idul Fitri memiliki beberapa keistimewaan dari beberapa aspek, antara lain:
1. Hal tersebut merupakan bentuk bergegas untuk melakukan kebaikan.
2. Bersegara melakukannya merupakan bukti yang menunjukkan kesukaan untuk melakukan puasa dan tidak merasa bosan.
3. Untuk menghindari dari sesuatu yang mungkin akan menghalanginya untuk melakukannya bila ia menunda pelaksanaannya.
4. Bahwa puasa 6 hari setelah Ramadhan seperti shalat sunnah bersama dengan shalat fardhu, oleh kerena itu hal tesrebut dilakukan setelahnya.

Dan barangsiapa memiliki kewajiban mengqadha puasa, maka hal tersebut dilakukan terlebih dahulu, baru kemudian berpuasa 6 hari bulan Syawal, berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam :

"(Barangsiapa telah berpuasa ramadhan) dan siapa yang masih memiliki tanggungan (puasa) beberapa hari ramadhan, maka tidak benar dikatakan telah berpuasa ramadhan sehingga ia mengqodhanya baru kemudian berpuasa 6 hari ini. Dan karena bergegas untuk melaksanakan sesuatu yang wajib dan berlepas diri dari tanggungan merupakan perkara yang diminta dari seorang mukallaf (yang dibebani untuk menunaiakan kewajiban-kewajiban agama).

Ada sebagian ahli ilmu yang berpendapat, wajibnya menunaikan puasa qadha sebelum ia bepuasa sunnah. Tindakan kehati-hatian seorang muslim adalah ia berpuasa yang masih dalam tanggungannya baru kemudian berpuasa sunnah berupa puasa 6 hari di bulan syawal dan puasa sunnah yang lainnya. Namun, jika ia berpuasa sunnah, maka puasanya sah sementara ia masih tetap berkewajiban untuk menunaikan puasa yang masih dalam tanggungannya. (Al-Qawa-id, Ibnu Rajab)
(aww)